Categories: KehamilanKesehatan

Hiperemesis Saat Hamil Bisa Sebabkan Komplikasi?

Ibu hamil tidak boleh menganggap remeh rasa mual dan muntah yang berkepanjangan atau yang disebut dengan hiperemesis. Selain dapat mengganggu kesehatan janin, hiperemesis juga ternyata memiliki risiko komplikasi yang cukup serius.

Meski komplikasi penyakit akibat hiperemesis sangat ditentukan oleh kondisi fisiologis penderitanya, penanganan dini tentunya dapat mengurangi risiko munculnya berbagai penyakit berbahaya.

Baca juga: Mual dan Muntah Berkepanjangan? Bisa Jadi Hiperemesis

Apa Bahaya Kesehatan yang Mengintai di Balik Hiperemesis?

Jika tidak segera ditangani, hiperemesis dapat berbahaya bagi keselamatan jiwa ibu dan janin. Beberapa bahaya kesehatan yang diakibatkan hiperemesis meliputi:

    • Tingginya risiko sindroma Mallory-Weiss, yakni kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lendir kerongkongan dan lambung.
    • Dehidrasi. Kurangnya asupan cairan dalam tubuh tidak hanya mengganggu proses metabolisme tubuh. Jika sudah parah, penderitanya tidak dapat berkonsentrasi dan bahkan kehilangan kesadaran.
    • Kurangnya asupan nutrisi. Ibu hamil yang menderita hiperemesis akan merasa enggan untuk makan karena rasa mual yang luar biasa. Asupan gizi yang kurang dari ibu dapat membuat bayi yang lahir memiliki berat badan di bawah rata-rata.
    • Ketosis atau peningkatan kadar asam keton yang bersifat racun dalam darah dan urine.
    • Deep Vein Thrombosis atau penggumpalan pembuluh darah vena.
    • Gangguan pada kesehatan mental yang ditandai dengan rasa cemas dan depresi.
    • Kesulitan dalam mengontrol berat badan ideal.
    • Diabetes.
    • Kerusakan gigi dan gusi.

Penanganan Hiperemesis

Pada kasus hiperemesis gravidarum tingkat lanjut, penderita harus ditangani di rumah sakit demi mencegah timbulnya komplikasi penyakit yang membahayakan kesehatan ibu dan janin. Penanganan hiperemesis di rumah sakit biasanya dilakukan dengan menyuntikkan obat-obatan antimual ke dalam pembuluh vena pasien. Pemasangan infus juga diperlukan untuk memastikan pasien tidak kehilangan cairan tubuh saat menjalani perawatan.

Baca juga: Nggak Penting Tapi Penting, 7 Hal Ini Bisa Bantu Ibu Hamil Merasa Nyaman

Hiperemesis bukanlah morning sickness biasa. Ada bahaya yang mengintai di baliknya jika tidak segera ditangani dengan serius. Segera konsultasikan ke dokter jika morning sickness Anda tidak berhenti saat memasuki trimester kedua kehamilan.

Jangan lewatkan berbagai informasi dan tips-tips bermanfaat lainnya dari SEHATI. Dapatkan informasi menarik seputar kehamilan dengan mengikuti Facebook dan Instagram SEHATI. 

dr. Ari Waluyo, SpOG

Dokter spesialis kebidanan sekaligus juga founder Sehati TeleCTG. Lulusan Spesialisas Obstetri dan Ginekologi dari Fakultas Kedokteran UI ini sekarang berpraktik di Mayapada Hospital dan RS Agung, keduanya di Jakarta Selatan.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago