Banyak kontroversi tentang amannya menjalani ibadah puasa pada perempuan yang sedang mengandung. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi jika memang ibu hamil ingin menjalankan ibadah puasa. Beberapa di antaranya adalah kesehatan secara umum ibu dan bayi yang dikandung sebelum menjalani puasa, usia kehamilan ibu, perkembangan janin selama ibu menjalani puasa dan durasi puasa dalam sehari.
Yang dimaksud di sini adalah kondisi ibu dilihat dari keluhan. Misalnya, apakah Bunda masih mengeluhkan mual, muntah dan sakit kepala? Lalu apakah makanan yang dimuntahkan lebih banyak daripada yang dikonsumsi? Apakah ibu mengidap anemia yang mengharuskan tambahan asupan zat besi, dan kondisi lain yang sudah dinyatakan sehat oleh dokter kebidanan. Sedangkan untuk janin sendiri dievaluasi; apakah tumbuh kembang sampai saat mulai puasa normal, adakah kelainan yang berkaitan dengan kurangnya nutrisi dan yang lainnya.
Seperti yang sudah diketahui bersama jika trimester pertama (sampai dengan usia kandungan 12 minggu) merupakan masa yang penting untuk pembentukan otak, sistem saraf pusat dan organ penting lainnya. Biasanya, Bunda disarankan untuk lebih berhati-hati jika ingin menjalani puasa di trimester satu. Pengecualian akan diberikan jika ibu hamil dapat memenuhi asupan makanan seperti halnya saat tidak berpuasa.
Pemantauan perkembangan janin melalui pemeriksaan ultrasonografi atau USG seharusnya dilakukan lebih sering selama puasa. Kenaikan berat badan, air ketuban dan reaktivitas janin dalam kandungan menjadi parameter yang penting bagi ibu hamil yang ingin melanjutkan puasa. Sehingga, sangat mungkin bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan lebih sering karena perhitungan perkembangan janin memang diperlukan untuk memantau kondisinya secara objektif.
Beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia karena memiliki waktu puasa yang tidak terlalu lama yaitu sekitar 12-14 jam. Pada kondisi kurang cairan dan nutrisi ini tubuh masih bisa melakukan kompensasi. Namun jika mengalami waktu puasa yang lebih panjang, Bunda harus dapat mengatur pola makan untuk dapat mengejar kebutuhan nutrisi dan cairan yang berkurang selama berpuasa.
Jika kriteria di atas sudah dipenuhi oleh ibu hamil dan Bunda mau menjalankan ibadah puasa, perlu diingat bahwa jumlah makan dan cairan yang dikonsumsi setiap harinya tidak boleh berubah. Misal saat sahur ibu hamil tetap makan besar, snack dan susu. Saat buka puasa, Bunda makan snack dan makan besar. Sepulang terawih dianjurkan untuk kembali makan besar dan susu. Semua itu diperlukan supaya janin yang kelak dilahirkan tidak mengalami berat badan kurang.
Beberapa penelitian dan studi klinis yang sudah dilakukan menyatakan: perempuan sehat dengan nutrisi yang baik puasa di bulan Ramadhan, tidak terjadi efek yang berarti pada perkembangan janin. Namun demikian, kelahiran bayi dengan berat badan rendah dapat terjadi 1.5x lebih besar pada ibu yang berpuasa pada trimester pertama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak berpuasa.
Bagaimana, Bunda memutuskan untuk berpuasa atau tidak? Apapun pilihan yang Bunda ambil, lakukan langkah-langkah yang sudah dijelaskan di atas untuk menjaga perkembangan janin, ya. Untuk mendapatkan informasi perkembangan seputar janin dan saran-saran selama kehamilan, Bunda bisa mengunduh aplikasi Sehati via Google Play Store dan Apple Store.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…