Categories: Air Susu IbuMenyusui

Mitos atau Fakta? Ketahui Informasi Benar Soal Menyusui Berikut Ini

Ada banyak hal yang menentukan sukses tidaknya Bunda dalam menyusui si buah hati. Tidak hanya faktor kesehatan Bunda dan si kecil, kerap kali hal-hal yang tidak berhubungan langsung, justru ikut andil dalam menentukan kesuksesan ini.

Mitos-mitos seputar menyusui–yang seringkali salah–juga bisa memengaruhi keberhasilan Bunda dalam menyusui. Salah mempercayai mitos tertentu, bisa-bisa Bunda salah langkah dalam usaha melancarkan proses menyusui.

Baca juga: Tip Memberikan ASI Eksklusif untuk Buah Hati

Dari acara Sehati Bersama Bidan yang diselenggarakan oleh Bidan Sehati dengan dukungan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat di Bandung, awal Juni lalu, dr. Frecillia Regina Sp.A, IBCLC, dokter anak dan konselor laktasi dari RSIA Limijati Bandung, menyampaikan beberapa mitos menyusui berikut ini.

Coba Bunda tebak, mana yang mitos dan mana yang fakta?

#1 Payudara Ibu hamil perlu dibersihkan dan dipijat supaya ASI lancar

Tidak benar. Membersihkan puting justru dapat merangsang oksitosin, hormon yang bisa menyebabkan kontraksi dan dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Selama hamil, produksi hormon prolaktin meningkat, membuat payudara membesar dan memicu produksi ASI. Selama hamil, adalah wajar jika ASI belum keluar karena produksinya tertahan oleh hormon kehamilan (progesteron).

#2 Cara melahirkan normal atau caesar dapat memengaruhi produksi ASI

Fakta. Saat ibu merasakan kontraksi dan bayi siap dilahirkan, secara alamiah tubuh ibu lebih siap menyusui. Usia kehamilan matang, juga membuat organ janin lebih berkembang dan siap menyusui. Semakin matang janin Bunda, yaitu mendekati 39-40 minggu, semakin baik. Selain itu, rasa sakit atau stres yang dialami Bunda bisa menghambat oksitosin dan menghambat pengeluaran ASI.  

#3 Bayi menangis merupakan tanda haus

Tidak selalu. Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi untuk menyatakan ia lapar, buang air kecil, buang air besar, atau ia merasa tidak nyaman karena kepanasan, pegal, ingin digendong, dan lain-lain. Untuk mengetahui apakah ia benar-benar lapar, coba sentuh bagian mulut atau pipi si kecil, dan lihat apakah ia menunjukkan rooting reflex. Ini adalah refleks normal yang ditunjukkan bayi baru lahir, yang otomatis memutarkan wajahnya menuju stimulus dan mengenyot dengan mulut saat pipi atau bibirnya disentuh. Bayi baru lahir memang selalu mau menyusu atau mengisap apa yang dimasukkan ke dalam mulutnya. Bagi mereka, mulut adalah pusat kenyamanannya.

#4 ASI masih sedikit di awal lahir harus ditambah dengan susu formula

Mitos. Ada banyak hal yang menyebabkan bayi kuning; beda golongan darah, infeksi, kelainan darah, kelainan hati/empedu, kurang minum, dan lain-lain. Formula diberikan jika ada indikasi, salah satunya adalah berat badan turun >8% dari berat lahir. ASI tetap penting dikonsumsi, terutama di masa awal kelahiran bayi. ASI atau kolostrum ini mempunyai efek pencahar untuk membuang bilirubin.

#5 Puting perih dan berdarah adalah wajar pada awal menyusui

Mitos. Puting perih bukanlah tanda Bunda sukses menyusui. Justru hal ini menunjukkan bahwa pelekatan, atau letak mulut bayi pada payudara ibu, tidak benar. Padahal, pelekatan yang tidak benar, selain dapat melukai puting dan membuat Bunda merasa kurang nyaman, juga dapat membuat proses menyusui tidak berlangsung optimal yang akhirnya mengganggu produksi ASI.

Baca juga: Anti-Kalap Menyusui dengan 7 Kontak Laktasi

#6 Ibu harus minum susu, banyak makan sayur dan pelancar ASI supaya ASI-nya banyak

Tidak. Produksi ASI merupakan dampak dari hukum supply dan demand yang sederhana. Semakin sering ASI disedot oleh si kecil, produksinya pun semakin bertambah. Payudara akan berhenti memproduksi ASI jika produksi ASI tidak dikonsumsi atau dikeluarkan.

#7 Lebih baik memakai ASI donor daripada formula

Tidak selalu. Dalam memberikan susu untuk si kecil, ada hierarki yang bisa Bunda jadikan panduan, yaitu sebagai berikut:

  1. Menyusui langsung
  2. Membawa bayi ke tempat kerja
  3. Ibu pulang untuk menyusui
  4. ASI perah ibu sendiri disimpan di chiller (kulkas bawah)
  5. ASI perah ibu sendiri disimpan di freezer
  6. ASI donor yang telah dipasteurisasi
  7. Formula partially hydrolyzed, formula bayi yang hypoallergenic sehingga bisa dikonsumsi bayi yang tidak dapat mencerna susu sapi.
  8. Formula biasa

Susu donor yang tidak dipasteurisasi dengan baik dapat menularkan penyakit (HIV, Hepatitis B dan C, HLTV, dll).

#8 Perlu membeli dot atau empeng yang menyerupai puting Bunda.

Tidak. Menggunakan dot malah bisa menyebabkan bayi mengalami bingung puting. Sebaiknya gunakan sendok, gelas, atau pipet.

Itulah tadi mitos menyusui yang perlu Bunda ketahui. Untuk tahu tip dan informasi seputar ASI dan menyusui, silakan pantau terus akun Facebook dan Instagram Ibu Sehati. Dan untuk memperoleh panduan kehamilan dari pakarnya, Bunda bisa mengunduk aplikasi Ibu Sehati di Google Store dan Apps Store.

Ibu Sehati

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago