Pregnancy screening adalah agenda wajib bagi ibu hamil. Cek prosedurnya di sini.
Untuk memeriksa kondisi awal ibu hamil dan janin yang dikandungnya, dokter akan melakukan serangkaian pregnancy screening. Tes yang dalam bahasa kedokteran disebut juga dengan prenatal screening ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada risiko/kemungkinan bayi lahir cacat, dan mendeteksi kondisi abnormal lain yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Berikut rangkaian prosedur pregnancy screening yang wajib Bunda jalani secara rutin ketika mengandung.
Pregnancy screening pada trimester pertama dapat dimulai ketika kandungan sudah memasuki usia 10 minggu. Adapun rangkaian tesnya adalah:
USG atau ultrasonography bertujuan untuk mengetahui ukuran dan denyut jantung janin. Selain itu, tes ini juga cukup akurat untuk mendeteksi ada/tidaknya kemungkinan bayi lahir down syndrome yang dapat dilihat dari ukuran selaput leher janin.
Selain pemeriksaan darah lengkap yang dapat mengetahui kemungkinan adanya anemia, deteksi dari statsu gizi dan juga infeksi dari ibu. Pilihan pemeriksaan TORCH juga dapat dilakukan. Jenis-jenis penyakit menular yang dimaksud adalah toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex. Pemeriksaan HIV sudah menjadi standart rutin pemeriksaan darah awal. Tes darah juga termasuk untuk mengetahui golongan darah dan rhesus ibu hamil.
CVS atau Chorionic Villus Sampling merupakan tes yang bertujuan untuk memastikan ada tidaknya kelainan genetik pada janin. CVS dilakukan dengan mengambil potongan kecil plasenta untuk dijadikan sampel. Pemeriskaan ini dilakukan jika dari pemeriksaan ultrasound dan pemeriksaan darah ditemukan adanya kecurigaan kelainan pada janin.
Pada minggu ke 16-20 kehamilan, dokter akan melakukan pemeriksaan rutin berupa USG untuk mengecek kondisi fisik Bunda dan janin, serta menentukan hari perkiraan lahir (HPL). Selain itu, ada juga skrining prenatal berupa:
Seperti namanya, tes ini memang bertujuan untuk mendiagnosis kemungkinan diabetes gestasional pada ibu yang lazimnya berkembang selama kehamilan. Hasil tes gula darah ini juga yang menentukan apakah persalinan bisa ditempuh lewat metode vaginal atau bedah Caesar, sebab bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes cenderung berukuran besar.
Tes opsional yang dilakukan setelah kandungan menginjak usia 15 minggu ini dilakukan dengan cara mengambil sedikit cairan ketuban dari rahim Ibu untuk diuji. Amniosentesis sangat disarankan pada ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun, punya riwayat kelainan genetik, serta kelainan kromosom pada kehamilan sebelumnya. Tindakan ini termasuk tindakan invasif dan baru dilakukan jika data dari ultrasound dan pemeriksaan darah menunjukan kelainan.
Pada kunjungan kehamilan di trimester ketiga, dokter akan melakukan pemeriksaan ulang untuk pemeriksaan darah dasar dan pengulangan jika ditemukan kelainan/hasil pemeriksaan darah yang tidak normal di trimester kedua atau jika sudah dilakukan terapi.
Mengingat besarnya manfaat pregnancy screening, Bunda sangat disarankan untuk menjalaninya secara rutin. Terus pantau kesehatan calon bayi Bunda dengan tambahan informasi bermanfaat dari Sehati dengan mengunduh aplikasinya di Apps Store dan Google Playstore, ya. Selamat menanti kelahiran sang buah hati!
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…