Perdarahan adalah hal yang umum terjadi selama masa kehamilan, terutama pada trimester pertama. Namun, perdarahan juga dapat menjadi sinyal sebuah masalah serius pada kehamilan. Oleh karena itu, selain menjaga kesehatan dengan mengonsumsi nutrisi seimbang, sangat penting bagi ibu hamil untuk mengetahui penyebab perdarahan saat hamil.
Nah, berikut beberapa alasan yang memungkinkan terjadinya perdarahan selama kehamilan.
Ketika sel telur yang telah dibuahi tertanam di dinding rahim, perdarahan bisa saja terjadi. Bercak darah normal biasanya akan keluar sekitar 6 – 12 hari setelahnya. Sebagian wanita mungkin akan salah paham dan mengira perdarahan tersebut adalah menstruasi. Biasanya, perdarahan bersifat ringan dan hanya berlangsung beberapa waktu. Jenis perdarahan ini tidak berbahaya.
Biasanya, implan embrio dibuahi di tuba fallopii. Namun, pada kehamilan ektopik, pembuahan terjadi di luar rahim. Embrio yang berkembang menyebabkan tuba fallopii tergores sehingga perdarahan terjadi. Kondisi ini dapat membahayakan keselamatan ibu hamil. Persentase terjadinya kehamilan ektopik hanya sekitar 2% dari seluruh kehamilan.
Bunda mungkin sudah mempersiapkan diri dengan berbagai kiat seputar kehamilan. Namun risiko keguguran sering kali masih menjadi momok bagi para ibu hamil. Biasanya, tanda terjadinya keguguran adalah perdarahan yang cukup berat. Keguguran paling umum terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan atau selama masa trimester pertama.
Meskipun tidak semua perdarahan pada trimester pertama adalah tanda keguguran, rasa khawatir tentu masih ada. Bunda dapat mengenali terjadinya masalah ini jika ada rasa kram yang sangat hebat pada bagian bawah perut dan jaringan pada vagina.
Penyebab pendarahan saat hamil lainnya adalah placenta pervia. Kondisi ini terjadi ketika plasenta berada di bagian yang rendah pada rahim sehingga menutupi pembukaan jalan rahim. Masalah kehamilan ini biasanya terjadi pada trimester kedua. Nah, perdarahan yang terjadi karena placenta pervia adalah keadaan darurat yang harus mendapat penanganan medis segera.
Selain perdarahan, gejala lain placental abruption adalah nyeri pada perut dan punggung. Ini adalah salah satu masalah pada kehamilan, yaitu ketika plasenta terlepas dari dinding rahim, sebelum atau selama persalinan. Darah pun mengalir di antara plasenta dan uterus. Perdarahan jenis ini berbahaya bagi ibu hamil.
Nah, demikian beberapa penyebab perdarahan yang dapat terjadi pada saat hamil. Setelah mengetahui penyebabnya, Bunda pun dapat mengusahakan penanganannya.
Bunda juga bisa mendapatkan berbagai informasi seputar kehamilan di Facebook dan Instagram Sehati. Untuk informasi yang lebih praktis, tersedia pula aplikasi Sehati di Android maupun iOS yang bisa didapatkan secara gratis.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…