Kesehatan
Si Kecil Teething? Ini Tanda dan Cara Aman Mengatasinya
Tumbuh gigi pada bayi atau teething biasanya mulai terjadi saat bayi menginjak usia 5 sampai 6 bulan. Teething akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri akibat proses gigi yang keluar ke rongga mulut. Proses ini dapat terjadi 4-8 hari sebelum gigi keluar, sampai 3 hari setelah gigi bayi tampak di gusinya. Namun, proses ini sering kali diiringi dengan sejumlah gejala dan kondisi yang membuat si kecil tidak nyaman. Agar Bunda tidak bingung dalam menyikapi perubahan sikap si kecil, kenali tanda teething dan cara aman untuk mengatasinya berikut ini.
Tanda-Tanda Bayi Teething
Meski ujung gigi belum nampak, Bunda bisa tahu bahwa si kecil sedang teething dengan mengenali tanda-tanda berikut ini.
1. Gusi Bengkak
Bayi yang sedang tumbuh gigi biasanya akan mengalami gusi bengkak, merah, atau berwarna lebih gelap. Namun, gejala ini merupakan hal yang wajar karena proses pertumbuhan gigi akan mendorong lapisan terluar gusi dan menimbulkan pembengkakan.
2. Produksi Air Liur Berlebih
Tanda teething berikutnya adalah meningkatnya produksi air liur si kecil. Meningkatnya produksi air liur bayi terjadi akibat iritasi peradangan yang dialami gusi bayi. Akibatnya, si kecil akan memproduksi lebih banyak air liur dari biasanya. Banyaknya produksi air liur tersebut dapat membuat bayi lebih mudah batuk. Selain itu, air liur yang mengenai sekitar mulut dan dagu bayi dapat menyebabkan kulit wajah bayi menjadi kemerahan, sehingga sebaiknya Bunda dianjurkan membersihkan sekitar mulut dan dagu bayi secara teratur.
3. Suka Menggigit Jari atau Barang yang Ada di Sekitarnya
Bayi yang sedang teething biasanya juga suka menggigit jari atau barang-barang yang ada di sekitarnya. Hal ini dilakukan bayi sebagai respons terhadap gusinya yang terasa gatal dan tidak nyaman.
4. Rewel di Malam Hari
Proses tumbuh gigi juga sering kali menyebabkan bayi rewel di malam hari. Pasalnya, laju pertumbuhan gigi akan mengalami peningkatan pada waktu malam.
5. Demam
Peradangan gusi yang dialami oleh bayi saat tumbuh gigi biasanya juga akan membuat temperatur tubuh si kecil meningkat. Demam yang dialami bayi di kecil ini biasanya tidak lebih dari 38 derajat Celsius. Namun apabila demamnya lebih tinggi dari angka tersebut dan berlangsung lebih dari dua hari, sebaiknya segera bawa si kecil ke dokter.
Cara Aman Mengatasi Bayi yang Sedang Teething
Nah, apabila si kecil mengalami tanda-tanda teething seperti yang telah disebutkan di atas, berikut adalah beberapa cara aman yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasinya.
1. Usap Gusi Bayi
Usapan ringan pada gusi bayi diharapkan dapat membantu si kecil merasa lebih nyaman. Untuk melakukannya, Bunda bisa menggunakan jari atau kain flanel yang telah dicuci bersih. Dapat pula menggunakan es yang dilapisi kain bersih atau handuk kecil untuk disentuhkan beberapa saat ke gigi yang akan muncul. Bunda juga dapat menekan dengan ringan bagian gusi dengan jari Bunda yang telah dibersihkan lalu lakukan pijatan ringan.
2. Berikan Mainan Teether
Teether adalah mainan yang mudah digenggam bayi dan aman dimasukkan ke dalam mulut. Sebelum memberikannya kepada si kecil, Bunda juga bisa mendiamkannya selama beberapa saat di lemari es untuk mengurangi rasa gatal dan tidak nyaman pada gusi si kecil. Pilihlah bentuk teether yang tidak menyebabkan tersedak dan terbuat dari bahan yang terjamin kualitasnya. Selesai digunakan, jangan lupa untuk mencuci teether agar kebersihannya terjaga.
3. Berikan Camilan Sehat
Daripada si kecil memasukkan benda-benda berbahaya ke dalam mulutnya, lebih baik berikan camilan sehat seperti buah pisang, apel, atau wortel sebagai pengganti teether. Namun, Bunda perlu mengawasi saat diberikan makanan tersebut, waspada jangan sampai bayi tersedak. Bila mungkin, dinginkan terlebih dahulu di dalam kulkas. Sensasi dingin akan membuat rasa sakit berkurang bahkan cenderung kebas. Namun, sebaiknya hindari memberikan camilan yang banyak mengandung gula seperti permen atau cokelat ya, Bun.
4. Berikan Pelukan Hangat
Pelukan yang Bunda berikan, perhatian serta kasih sayang dapat membantu si Kecil melalui ketidaknyamanan akibat proses teething. Aktivitas lain juga dapat dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak dari rasa nyeri tersebut, misalnya diajak membaca buku cerita, bernyanyi, atau bermain bersama.
Nah, itulah tanda teething pada bayi dan cara aman untuk mengatasinya. Jika Bunda ingin mendapat info-info menarik seputar pengasuhan, kesehatan, atau gaya hidup, ikuti juga akun Instagram dan Facebook Ibu Sehati.
Kesehatan
Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas.
Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.
Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.
Kenali Siapa Dokter yang Menangani
Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya.
Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.
Bantu Antarkan ASI
Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.
Tetap Lakukan Bonding
Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.
Beri Penjelasan kepada Si Kakak
Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya.
Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.
Perhatikan Diri Sendiri
Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur.
Kesehatan
Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu.
Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia.
Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini.
Ruang NICU adalah
Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.
Alasan bayi dirawat di ruang NICU
Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup.
Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).
Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat.
Berapa lama bayi dirawat di NICU?
Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
Siapa saja yang bertugas di ruang NICU?
Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog.
Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?
BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya.
Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.
Berapa biaya perawatan di ruang NICU?
Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.
Kesehatan
Ini yang Perlu Bunda Ketahui tentang Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, atau di bawah usia kehamilan 37 minggu. Wajarnya, di dalam rahim Bunda akan terus berkembang dan menyempurnakan diri, sebagai bekal hidupnya ketika terlahir ke dunia. Akan tetapi, karena terlahir sebelum usia yang seharusnya, kondisi tubuh bayi prematur pun belum sempurna.
Kondisi ini menyebabkan bayi prematur perlu dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit. Mengetahui kondisi bayi prematur merupakan langkah awal untuk dapat merawat bayi prematur dengan baik. Berikut ini beberapa hal yang perlu Bunda ketahui tentang bayi prematur.
1. Berat bayi lahir rendah. Semakin matang usia kelahiran bayi, semakin berat pula badannya. Bahkan di usia kehamilan 37 ke atas, janin mulai menumpuk lapisan lemak di kulitnya. Tidak heran jika bayi yang lahir prematur memiliki berat badan yang rendah. Bayi prematur biasanya terlahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Seiring usianya, berat badan dan ukurannya juga akan bertambah.
2. Bayi prematur mungkin akan dirawat di ruang NICU. Jangan panik jika dokter yang menangani si kecil memutuskan untuk merawatnya di NICU. Pahamilah bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi si kecil dan memahami kebutuhannya. Bunda tetap dapat melakukan bonding dengan si kecil. Tanyakan pada fasilitas kesehatan terkait mengenai apa saja yang bisa Bunda lakukan untuk menjalin komunikasi dengan si kecil.
3. Di NICU, si kecil mungkin perlu dirawat dalam inkubator dan ‘terikat’ dengan berbagai peralatan medis, Beberapa peralatan itu diperlukan untuk mengatur suhu tubuh dan memonitor tanda vital. Mungkin si kecil juga perlu menggunakan ventilator dan selang makanan yang diperlukan untuk membantunya bernapas dan mengonsumsi makanan.
4. Bayi prematur masih rentan terhadap kuman. Lahir sebelum matang, menyebabkan bayi prematur memiliki sistem imunitas yang belum berkembang maksimal. Oleh sebab itu, wajib menjaga lingkungannya tetap bersih dan bebas kuman.
Di NICU, setiap pengunjung wajib mencuci tangannya terlebih dahulu. Penggunaan gaun rumah sakit, masker, dan sarung tangan juga disarankan. Begitu pun ketika si kecil sudah dirawat di rumah, jaga kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum memegangnya. Batasi kerabat maupun teman yang berkunjung. Asap rokok juga bisa berbahaya bagi bayi prematur Bunda.
5. Si kecil memerlukan pemantauan dokter secara rutin. Adalah penting untuk terus menjaga komunikasi dengan dokter anak si kecil dan meng-update perkembangannya. Kunjungan rutin ke dokter tetap perlu dilakukan. Sayangnya, bayi prematur masih rentan tidak hanya terhadap kuman tapi juga terhadap kondisi kesehatan tertentu. Ia pun perlu divaksinasi sesuai jadwal.
6. Si kecil mungkin mengalami kesulitan menyusui. Selain usus dan paru-parunya yang masih berkembang, si kecil juga masih kesulitan mengisap, menelan dan bernapas secara bersamaan. Padahal, keahlian ini diperlukan untuk memenuhi nutrisinya di luar rahim. Pun, bayi prematur cepat merasa lelah dari kegiatan tersebut.
Selama di NICU ia memperoleh nutrisi dari infus atau selang yang dimasukkan melalui hidung atau mulutnya. Selang tersebut mengantarkan ASI atau susu formula ke dalam perutnya.
Ketika si kecil mulai mengisap dari payudara Bunda untuk memperoleh asupan ASI, lakukanlah secara bertahap, yaitu dengan mengkombinasikan menyusui langsung dengan pemberian ASI melalui botol. Akan tetapi, selalu mulai dengan memberikan ASI langsung ya, Bun. Selain itu, beri jarak antar menyusui lebih sering, pasalnya si kecil cenderung menyusu sedikit-sedikit.
7. Pola tidur bayi prematur berbeda dengan bayi yang lahir sesuai usia. Tidak hanya dalam hal waktu tetapi juga kualitas tidur. Bayi prematur dapat tidur selama 22 jam per hari. Namun karena mereka masih perlu sering menyusu, tidurnya tidak akan terlalu nyenyak. Itu sebabnya mereka akan tampak seperti selalu mengantuk. Bayi prematur baru dapat tidur sepanjang malam di usia 8 atau 9 bulan.
Itulah tujuh fakta yang perlu Bunda ketahui tentang bayi prematur. Dengan memahami kondisinya. Bunda pun dapat memberikan perawatan yang tepat untuk si kecil.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca5 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin