Kenali 5 Mitos Umum tentang Infertilitas dan Faktanya

Tidak jarang pasangan yang ingin mempunyai anak terjebak berbagai mitos infertilitas. Kepercayaan umum (mitos) ini terkait hal-hal seperti gaya berhubungan pria dan perempuan, gaya hidup, hingga makanan dan minuman yang dikonsumsi. Percaya pada mitos-mitos ini bukan saja tidak bermanfaat, tetapi juga menghalangi pasangan untuk memilih langkah yang tepat agar bisa segera mendapat anak.

Ketahui fakta di balik lima mitos ini agar Bunda bisa memilih solusi yang tepat untuk hamil.

1. Ketidaksuburan adalah Masalah Pria/Wanita

Fakta: Ketidaksuburan (infertilitas) bukan masalah pria atau wanita saja, tapi bisa keduanya. Pasangan yang gagal memiliki anak setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap wanita saja, namun juga pada pasangannya.

Bagi pria, masalahnya bisa berupa gangguan pada sperma, seperti jumlah sperma yang terlalu sedikit, pergerakan sperma yang terganggu atau kelainan bentuk sperma. Gangguan pada sperma ini tidak berhubungan dengan penampakan fisik seorang pria loh! Bukan berarti seorang pria yang gagah pasti tidak ada gangguan sperma, sehingga perlu dilakukan analisa sperma di laboratorium.

Bagi perempuan, masalahnya bisa berupa gangguan menstruasi karena ketidakseimbangan hormon, kelainan pada rahim, sumbatan pada saluran telur, usia, riwayat operasi sebelumnya atau adanya penyakit penyerta seperti kencing manis, penyakit autoimun, pengentalan darah, infeksi serta tidak lupa kekurangan vitamin D.

2. Pasangan yang Infertil Tidak Bisa Memiliki Anak

Fakta: Ketidaksuburan tidak sama dengan kemandulan. Definisi infertilitas merujuk pada ketidakmampuan memiliki anak setelah berhubungan teratur selama 12 bulan berturut-turut. Akan tetapi, jika dilakukan evaluasi penyebab ketidaksuburan serta dilakukan tatalaksana yang tepat, pasangan yang tidak subur masih memiliki potensi mendapat anak. Adapun tindakan yang dilakukan sesuai dengan masalah ketidaksuburan yang diperoleh saat evaluasi.

3. Infertilitas Terjadi Karena Faktor Usia

Fakta: Wanita yang berusia 40 tahun ke atas memang cenderung lebih sulit untuk memiliki anak. Hal ini berhubungan dengan cadangan telur yang sudah menipis. Sementara pada pria, ketidaksuburan tidak berhubungan dengan usia. Seperti disebutkan bahwa, usia bukan satu-satunya penyebab infertilitas, karena orang yang berusia muda juga bisa mengalaminya. Hal-Hal seperti faktor gaya hidup, pekerjaan, konsumsi obat tertentu, hingga kondisi kesehatan juga berpotensi menyebabkan infertilitas.

4. Minum Pil KB Membuat Perempuan Tidak Subur

Fakta: Banyak orang percaya bahwa siklus menstruasi normal mereka akan terhenti selama berbulan-bulan setelah berhenti minum pil KB. Akan tetapi, kenyataannya tidak selama itu. Siklus menstruasi Bunda akan kembali normal dalam waktu relatif singkat setelah berhenti minum pil KB (biasanya antara satu hingga tiga bulan). Konsultasikan dengan dokter jika Bunda mengalami gangguan haid setelah lepas KB. Mungkin ada hal lain yang menyebabkan gangguan haid.

5. Lama Tidak Ejakulasi akan Menghasilkan Sperma Bermutu

Fakta: Ada kepercayaan bahwa pria yang menahan diri tidak ejakulasi selama tujuh hingga 10 hari akan menghasilkan sperma bermutu. Padahal, terlalu lama mendiamkan sperma di dalam tubuh malah akan menghasilkan banyak sel sperma yang rusak atau mati. Ejakulasi yang sehat berlangsung setiap tiga hingga lima hari.

Jika ingin punya anak, solusi terbaik bukan mempercayai mitos infertilitas, tetapi berkonsultasi ke dokter dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Bunda dan pasangan akan mendapat solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ketidaksuburan. Jangan lupa mengikuti info soal kehamilan di Facebook dan Instagram Sehati, serta unduh aplikasinya di Google Play Store dan Apple Store.

Dr. Olivia Widyanti, SpOG

Dokter Olivia Widyanti Budiman adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang kini berpraktik di RS Bhayangkara Brimob. Ia menyelesaikan studi kedokterannya di Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti, dan memperoleh gelar spesialisnya di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Dokter Olivia kini aktif menulis untuk situs Ibu Sehati. Tak hanya itu, dokter yang gemar berolahraga ini juga turut berpartisipasi mengisi materi kelas online yang diselenggarakan oleh Ibu Sehati.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago