Kehamilan merupakan peristiwa paling menakjubkan dalam kehidupan wanita. Selama kehamilan, Bunda mengalami berbagai hal mengejutkan, mulai keinginan makan di luar kebiasaan, perubahan warna kulit, pola makan, pola pikir, sampai tubuh yang bisa membesar berkali-kali lipat demi si calon bayi.
Namun, tahukah Bunda? Perubahan bentuk tubuh, terutama perut yang membesar selama kehamilan ternyata dapat memicu diastasis rekti, lho. Sudah tahu apa itu diastasis rekti? Kalau masih ragu, mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Ini merupakan kondisi terpisahnya otot perut yang disebabkan adanya tekanan dalam perut selama kehamilan. Semakin tua usia kehamilan, tekanan pada perut akan semakin kuat dan menyebabkan otot perut melebar ke kiri dan ke kanan sehingga menghasilkan jarak di bagian tengahnya. Kondisi ini bisa dialami ibu hamil di trimester ketiga maupun setelah persalinan.
Risiko seorang perempuan mengalami kondisi ini jauh lebih besar jika ukuran tubuhnya tergolong kecil, mengandung janin kembar, hamil pada usia 35 tahun ke atas, serta berat janin yang besar. Tidak hanya itu, sembelit dan mengangkat barang yang berat juga dapat meningkatkan risiko diastesis rekti loh.
Biasanya, setelah melahirkan, hormon tubuh Bunda akan kembali ke kondisi sebelum kehamilan, tapi elastisitas jaringan otot perut jadi berkurang. Pada wanita dengan diastasis rekti, kondisi perut tidak dapat kembali seperti semula akibat pelebaran otot yang berlebihan selama hamil, sehingga perut masih terlihat buncit.
Pelebaran otot perut selama kehamilan dapat ditandai dengan nyeri pada punggung bagian bawah, panggul yang terasa sakit, serta urine yang keluar saat bersin maupun batuk. Garis pada bagian tengah perut yang semakin terlihat juga bisa menandakan bahwa sedang terjadi pelebaran pada otot perut Bunda.
Meski tergolong lazim, diastasis rekti juga memiliki risiko komplikasi yang tidak boleh dianggap enteng. Selain membuat perut terlihat buncit meski sudah tidak hamil, diastasis rekti juga dapat memudahkan timbulnya hernia.
Bunda mungkin berpikir bahwa diastasis rekti aini masih bisa ditangani dengan latihan seperti sit-up, push-up atau melakukan posisi plank. Latihan fisik ringan memang dapat meringankan efek diastasis rekti, tapi tidak dengan latihan yang memberikan tekanan pada perut seperti dua jenis latihan yang disebutkan di atas.
Latihan pernapasan serta yoga dinilai lebih efektif dalam melatih otot perut agar kembali kuat. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter jenis latihan apa saja yang bisa dilakukan selama masa prakonsepsi dan kehamilan untuk mencegah risiko diastasis rekti.
Nah, Bunda, setelah tahu lebih banyak tentang diastasis rekti, jadi makin paham pentingnya olahraga selama masa prakonsepsi ‘kan? Buat Bunda yang sedang merencanakan kehamilan, persiapkan fisik dengan olahraga ringan yang rutin, seperti joging, melatih kekuatan otot perut, serta olah pernapasan agar saat hamil dan bersalin, tubuh jadi lebih kuat dan napas pun panjang.
Perkaya pengetahuan Bunda selama masa kehamilan dengan berbagai informasi menarik dari Ibu Sehati. Ikuti Facebook dan Instagram Ibu Sehati untuk mendapatkan informasi terkini seputar kesehatan wanita, pola asuh, dan menyusui. Oh iya, Ibu Sehati juga hadir dalam aplikasi smartphone yang dapat diunduh gratis di Play Store dan Apps Store. Jangan sampai ketinggalan, ya!
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…