Menjalani diet keto saat hamil bisa jadi malah berdampak buruk bagi pertumbuhan janin, lho Bun. Simak penjelasannya berikut ini.
Bunda pasti pernah mendengar program diet keto. Diet ini sedang populer akhir-akhir ini dan digadang-gadang mampu mengurangi berat badan secara cepat. Bagi ibu hamil yang kerap kaget ketika melihat jarum timbangan, diet keto pasti sangat menggiurkan. Eits, tapi Bunda jangan terburu-buru menerapkannya ya. Sebelum memutuskan, ketahui dulu apa itu diet keto dan bagaimana dampaknya bagi kehamilan.
Diet keto atau diet ketogenik adalah sebuah pola makan yang membatasi konsumsi karbohidrat dan di sisi lain memperbanyak konsumsi lemak. Saat menjalani ini, pelaku diet keto biasanya mengontrol betul konsumsi karbohidrat. Nasi, roti, hingga umbi-umbian sama sekali dihilangkan dari daftar menu makanan. Dalam sehari, pelaku diet keto hanya mengonsumsi karbohidrat paling tidak 5% dari seluruh porsi konsumsi harian.
Sebagai gantinya, pelaku diet keto akan mengonsumsi makanan tinggi lemak, seperti daging, ikan, telur, dan keju. Sayur dan buah pun dibatasi pada jenis yang tidak mengandung karbohidrat sama sekali tapi mengandung lemak yang tinggi, seperti sayuran hijau, tomat, alpukat, dan stroberi. Asupan protein pun dibatasi menjadi sekitar 20% saja dari keseluruhan porsi makanan.
Ketika pertama kali mendengar daftar menu yang dianjurkan dalam diet keto, sebagian orang mungkin mengernyitkan dahi. Mau menghilangkan lemak, kok, malah mengonsumsi lemak?
Dalam keadaan normal, sel-sel tubuh menggunakan glukosa sebagai bahan utama untuk menghasilkan energi. Glukosa biasanya berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat. Ini termasuk gula dan makanan bertepung seperti roti dan pasta yang di dalam tubuh terurai menjadi gula sederhana. Glukosa dapat digunakan tubuh sebagai bahan bakar atau disimpan dalam hati dan otot sebagai glikogen.
Jika tidak ada ketersediaan glukosa yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan mengadopsi strategi alternatif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tubuh tadi. Tubuh pun mulai memecah simpanan lemak untuk menyediakan glukosa dari trigliserida. Keton adalah produk sampingan dari proses ini.
Keton adalah asam yang dapat menumpuk dalam darah dan dieliminasi dalam urin. Dalam jumlah kecil, keton sebagai pertanda untuk menunjukkan bahwa tubuh memecah lemak. Namun, dalam jumlah yang besar keton dapat meracuni tubuh dengan menyebabkan proses yang disebut ketoasidosis.
Ketosis menggambarkan keadaan metabolik yang mana tubuh mengubah simpanan lemak menjadi energi dan melepaskan keton dalam prosesnya
Namun, hal baru pasti membutuhkan adaptasi. Tubuh Bunda yang baru saja beralih ke metabolisme lemak juga akan menunjukkan tanda-tanda penyesuaian. Dan biasanya, tanda-tanda penyesuaian ini bukanlah sesuatu yang enak untuk dirasakan.
Ketika baru memasuki fase ketosis, beberapa orang mungkin akan merasakan demam, gatal-gatal, lemas, mual, hingga timbul jerawat.
Mengikuti pola diet ketogenik dapat menyebabkan penurunan berat badan jangka pendek. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2008 dan diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa pria obesitas mengikuti diet ketogenik selama 4 minggu kehilangan rata-rata 12 pon atau kurang lebih 6kg. Peserta mampu mengonsumsi lebih sedikit kalori tanpa merasa lapar saat mengikuti diet.
Menurut Mayo Clinic, diet ketogenik dapat memiliki efek sehat pada kondisi kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, diabetes dan sindrom metabolik. Hal ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL lebih baik daripada diet moderat karbohidrat lainnya.
Diet ketogenik juga telah digunakan di bawah pengawasan medis untuk mengurangi kejang pada anak dengan epilepsi yang tidak respon dengan bentuk terapi lainnya. Beberapa studi telah menyarankan bahwa diet ini juga bisa memberikan keuntungan pada orang dewasa yang menderita epilepsi, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
Namun, untuk pelaksaan jangka panjang diet ketogenik tidak menghasilkan manfaat yang besar. Sebuah review tahun 2014 tentang diet menemukan bahwa perbedaan antara diet ketogenik dan diet protein normal hanya sekitar 1 pon (sekitar 0,4 kg) setelah satu tahun.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth tahun 2013 dengan judul Effects of a Ketogenic Diet During Pregnancy on Embryonic Growth in the Mouse mengatakan bahwa diet keto bisa memengaruhi perkembangan embrio. Diet keto menimbulkan adanya gangguan fungsi organ dan berpotensi mengubah perilaku anak setelah lahir.
Penelitian diet keto saat hamil pada manusia termasuk sulit dilakukan dan berisiko, sehingga penelitian kebanyakan dilakukan pada tikus. Penelitian ini menganalisis bagaimana kondisi embrio tikus pada tikus yang diberikan diet tinggi lemak dan diet standar.
Hasilnya diketahui bahwa terdapat perbedaan ukuran embrio dan besar ukuran organ-organ tubuh di dalamnya. Perbedaan ukuran dari yang seharusnya ini, berpotensi memengaruhi fungsi dari organ-organ tersebut.
Diet keto membuat ukuran jantung janin tikus lebih besar, tapi ukuran otak, faring, sumsum tulang belakang, hipotalamus, bagian otak tengah, dan hati menjadi lebih kecil.
Seorang doktor sekaligus asisten profesor dari Departemen Epidemiologi University of North Carolina, Tania Desrosiers, melakukan penelitian bersama koleganya baru-baru ini. Studi yang mereka lakukan mencoba mengulik hubungan diet rendah karbohidrat dengan cacat pada bayi baru lahir. Hasilnya cukup mengejutkan. Desrosiers dan kawannya-kawannya menemukan fakta bahwa diet rendah karbohidrat yang selama ini menjadi tren ternyata berefek buruk bagi kondisi janin.
Seorang ibu yang menjalankan diet karbohidrat selama kehamilannya 41% lebih berisiko memiliki bayi dengan neural tube defect (NTD). Apa itu NTD? Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, NTD adalah cacat tabung saraf. Pada janin, tabung saraf adalah bagian tubuh yang akan membentuk organ penting, seperti otak, jantung, dan sumsum tulang belakang. Tabung saraf harus menutup agar janin mendapatkan organ tubuh yang sempurna.
Lantas, apa hubungannya diet keto dengan risiko cacat tabung saraf pada janin?
Saat melakukan diet keto, Bunda membatasi konsumsi karbohidrat dan konsumsi beberapa buah dan sayur tertentu. Saat melakukan pembatasan ini, Bunda sangat mungkin kekurangan asam folat. Kurangnya asam folat ini dapat memunculkan efek domino pada janin antara lain adalah tidak menutupnya tabung saraf.
Saat tabung saraf tidak menutup sempurna, pertumbuhan jantung dan sumsum tulang belakang pun jadi tidak sempurna. Salah satu tipe cacat tabung saraf yang paling umum adalah spina bifida, yakni tidak terbentuknya tulang belakang secara sempurna hingga bayi seolah memiliki kantung lunak di bagian punggungnya.
Menurut Desrosiers, kekurangan asam folat ini tidak bisa ditutupi dengan suplemen saja. Bunda benar-benar harus memenuhinya lewat konsumsi makanan sehari-hari. Karena kondisi ini, Bunda lebih baik menunda pelaksanaan diet keto ataupun diet karbohidrat lainnya selama masa kehamilan. Fokus saja memenuhi nutrisi yang dibutuhkan janin agar lahir sehat dan prima.
Karbohidrat khususnya karbohidrat kompleks sangat diperlukan bagi ibu hamil, tentunya harus dalam jumlah yang sesuai setiap harinya. Dalam anjuran Kemenkes RI, salah satu syarat makan untuk ibu hamil adalah jumlah karbohidrat harus sebanyak 50-60 persen dari total energi hariannya. Karbohidrat ini yang menjadi sumber energi utama sekaligus sumber serat. Makanan berserat tinggi dari karbohidrat kompleks dapat membantu meringankan terjadinya sembelit, masalah yang umum terjadi pada masa kehamilan.
Meskipun membutuhkan karbohidrat, bukan berarti Bunda bisa bebas makan makanan yang mengandung gula sederhana. Kue-kue kemasan, minuman manis, donat adalah contoh sumber makanan mengandung karbohidrat sederhana dan tinggi lemak jenuh.
Ketika hamil, janin memerlukan banyak nutrisi untuk pertumbuhannya. Sehingga, ada baiknya, diet atau pola makan apapun yang Bunda terapkan, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter Anda ya Bun.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…