Tips bagi Ayah Menghadapi Keguguran

Ada opini umum di masyarakat bahwa seorang perempuan dianggap sebagai seorang ibu ketika ia mulai mengandung, sedangkan laki-laki baru dianggap sebagai seorang ayah ketika ia menggendong bayinya. Benarkah anggapan ini?

Tidak jawabannya.

Ketika seorang perempuan divonis mengandung, kehamilan itu adalah milik ia dan sang suami. Baik istri maupun suami memiliki hak dan tanggung jawab yang sama atas buah hati mereka di dalam kandungan. Ketika peristiwa tak mengenakkan seperti keguguran datang, ingatlah bahwa keduanya mengalami kedukaan yang sama.

Sayangnya, opini umum di masyarakat yang telah disebutkan di awal membuat sebagian orang lupa bahwa laki-laki juga bisa berduka saat sang istri keguguran. Padahal, ketika buah hati yang dinanti justru pergi sebelum datang di pangkuan, ayah pun akan mengalami fase berduka yang sama dengan ibu. Oleh karena itu, Ayah juga butuh dukungan moral dari pasangan dan lingkungan sekitarnya untuk melewati masa ini.

Namun, selain dukungan dari orang sekitarnya, Ayah juga perlu terbuka pada diri sendiri dan mengakui duka yang dialami. Tak perlu menahan emosi. Bila Ayah hanya memendamnya dalam diam dan tak pernah mengakuinya, rasa duka dan kesedihan tak akan pernah tuntas. Ketahuilah bahwa fase berduka itu wajar bagi seorang yang melalui kehilangan. Jika Ayah sudah mengakui emosi yang dialami, ada beberapa langkah self-help yang bisa dilakukan untuk kembali bangkit.

Tuliskan atau Bicarakan Perasaan Ayah

Support system kerapkali dikaitkan dengan perempuan. Padahal, Ayah juga membutuhkan support system loh, terutama untuk melalui masa-masa sulit seperti ini. Ketika Ayah merasa begitu kehilangan, carilah sistem pendukung seperti keluarga atau teman terdekat untuk membicarakannya. Ayah juga bisa bergabung dengan support group yang mengalami masalah sama. Percayalah, berbicara membuat beban jadi lebih ringan.

Kalau Ayah keberatan untuk berbicara, paling tidak tuliskanlah perasaan Ayah. Ayah bisa menuliskannya di secarik kertas atau bahkan blog. Sama dengan berbicara, menulis juga bisa membantu Ayah melepaskan beban.

Temukan Kesibukan

Mencari kesibukan untuk mengalihkan kedukaan bukanlah hal yang buruk. Untuk mengenyahkan energi negatif, carilah kegiatan-kegiatan positif yang bisa membuat Anda merasa berarti. Mengikuti kegiatan amal atau menjadi volunteer akan sangat membantu untuk melepaskan perasaan negatif.

Saling Mendukung dengan Pasangan

Ingatlah bahwa sesibuk apapun Ayah mengatasi perasaan berduka, pasangan juga berduka. Keduanya harus memahami ini agar tidak berjalan masing-masing. Tuntaskan kedukaan secara bersama-sama. Sampaikan padanya apa yang menjadi keluh-kesah Ayah. Menjalani proses penyembuhan berdua akan membuat pengalaman berat ini terasa lebih ringan.

Hal lain yang perlu Ayah ingat adalah jangan menganggap Ayah mesti tampil kuat dan tegar untuk menghibur pasangan. Sebaliknya, akuilah bahwa Ayah juga merasa kehilangan dan butuh bantuan. Dengan demikian, Ayah dan Bunda akan merasa berada di situasi dan kondisi yang sama. Mendiskusikannya pun akan lebih mudah.

Ayah dan Bunda kemudian bisa mencari kegiatan positif atau hobi yang sama-sama kalian minati. Selain itu, Ayah dan Bunda juga bisa melakukan kegiatan seremonial nan intim berdua saja untuk mengenang calon bayi yang telah pergi, misalnya menanam pohon untuk mengenangnya atau melepaskan balon ke angkasa sebagai simbol merelakan kepergiannya. It helps!

Tak Perlu Terburu-Buru

Tiap orang mengalami fase kedukaan yang berbeda-beda. Ada yang cepat, ada pula yang lambat. Ada yang hari ini berhasil melupakan, lalu besok teringat lagi. Intinya, bersabarlah. Tidak perlu terburu-buru menyelesaikan kedukaan ini jika memang Ayah masih bersedih. Fluktuasi emosi saat masa berduka adalah hal yang wajar. Maka, nikmati saja dan jangan menyerah.

Cari Bantuan Profesional

Tidak semua masalah dapat kita atasi sendiri. Maka, ketika Ayah merasakan kesedihan yang semakin parah dan sudah mengarah pada depresi, lebih baik cari bantuan profesional. Pergilah ke konselor atau psikolog yang akan membimbing Ayah menemukan jalan keluar. Kalau perlu, ikutilah terapi berdua dengan Bunda. Dengan demikian, satu sama lain bisa saling menguatkan selama proses terapi berjalan.

Itulah tips yang bisa kami berikan bagi Ayah untuk melalui masa-masa berduka pascamengalami keguguran. Bila Ayah ingin tahu lebih banyak tentang pengasuhan buah hati, jangan lupa like dan follow laman Facebook dan Instagram Ibu Sehati. Unduh juga aplikasi Sehati yang tersedia di Google Play Store maupun App Store untuk mendapatkan kabar terkini seputar kesehatan ibu dan bayi.

Nadia Amelia Putri, S.Psi., M.Psi

Nadia Amelia Putri adalah psikolog yang berpraktik di Cahaya Psikologi Indonesia. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan strata satu psikologinya di Universitas Paramadina. Ia kemudian mengambil pendidikan profesi klinis dewasa dan memperoleh gelar psikolog dari Universitas Tarumanegara. Selain aktif berpraktik sebagai psikolog, Nadia Amelia juga aktif terlibat dalam sejumlah organisasi. Salah satu organisasi yang ia ikuti adalah Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia. Tak hanya itu, saat ini ia juga menjabat sebagai sekretaris di Himpunan Psikologi Banten.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago