Saat hamil, Bunda juga rentan mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat aktivitas hormonal yang berubah-ubah. Jika tidak ditangani dengan serius, kondisi ini dapat menyebabkan infeksi yang berakibat buruk pada perkembangan janin di dalam rahim.
Pada beberapa kasus, janin bisa dianggap sebagai benda asing. Supaya bisa diterima tubuh, maka tubuh akan melemahkan sistem imunnya sendiri. Dalam dunia medis, proses ini disebut dengan imunosupresi.
Namun, melemahnya imunitas tubuh ini juga berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan janin dalam rahim. Selain rentan terserang infeksi, imunosupresi juga bisa menyebabkan sulitnya deteksi dini penyakit akibat kenaikan sel darah putih yang drastis.
Selain mengganggu kesehatan ibu, infeksi selama kehamilan juga bisa menular atau berpindah ke bayi. Hal ini disebut dengan vertical transmission. Infeksi ini bisa terjadi saat janin masih berada dalam kandungan, selama proses persalinan, atau bahkan setelah Bunda melahirkan.
Merupakan jenis infeksi yang didapat bayi melalui plasenta. Infeksi bawaan ini kerap disebabkan oleh virus atau parasit tertentu, dan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan fisik dan otak janin.
Ada 5 macam infeksi kongenital, yang disingkat sebagai TORCH:
Infeksi jenis ini terjadi saat proses persalinan berlangsung, dan biasanya ditularkan karena jalan lahir ibu telah terinfeksi. Dari berbagai macam infeksi perinatal, paling banyak ditemukan berhubungan dengan Penyakit Menular Seksual (PMS). Beberapa di antaranya:
Pascamelahirkan, ibu juga berisiko menularkan infeksi kepada bayi. Infeksi ini didapat bayi melalui air susu ibu (ASI) yang mengandung mikroba tertentu. Contohnya yaitu infeksi CMV, HIV, Group B Streptococcus (GBS).
Berdasarkan riwayat kesehatan Bunda, faktor risiko, paparan terhadap infeksi tertentu, serta dengan mempertimbangkan hasil USG dan pemeriksaan rutin kehamilan, dokter akan menentukan apakah Bunda perlu melakukan pemeriksaan laboratorium. Beberapa alat diagnostik juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya infeksi kongenital. Namun, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan akan menilai terlebih dulu dan kemudian melakukan pemeriksaan secara selektif berdasarkan hasil evaluasi. Jadi, pemeriksaan infeksi ini bukanlah pemeriksaan rutin.
Melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) kandungan, kelainan yang mengindikasikan adanya infeksi kongenital dapat terdeteksi. Dari pemeriksaan ini, dapat ditemukan pertumbuhan janin yang tidak normal berdasarkan ukuran kepala, berat janin, atau adanya kelainan pada jantung, anggota tubuh, paru-paru, atau perut.
Setelah lahir, bayi yang dicurigai memiliki kelainan atau infeksi kongenital akan dievaluasi melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah di laboratorium. Panel yang umumnya diperiksa adalah kadar protein hati, antibodi, trombosit, dan sel darah. Bila ditemukan kejanggalan, bayi akan kembali diperiksa untuk melihat keberadaan infeksi mikroba yang spesifik.
Oleh sebab itu, kontrol rutin merupakan langkah antisipasi yang tepat untuk mendeteksi kelainan pada janin. Dan, bila ada yang Bunda khawatirkan seputar kondisi kehamilan, jangan enggan untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang merawat. Ini tak lain agar bisa segera diambil tindakan yang tepat.
Sambil menunggu kelahiran si buah hati, yuk perkaya diri dengan informasi seputar kehamilan dan parenting dengan follow Instagram Sehati atau download aplikasi gratisnya di Playstore dan AppStore!
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…