Categories: KehamilanNutrisi

Menjadi Vegetarian Selama Kehamilan, Amankah?

Sudah menonton film dokumenter The Game Changers? Film besutan sutradara James Cameron ini lumayan ramai diperbincangkan karena berhasil menyodorkan perspektif baru soal pola makan plant based alias vegetarian. Di dalam film tersebut ditampilkan sejumlah atlet yang menerapkan pola makan vegan dan ternyata berdampak positif bagi performa mereka di lapangan.

Nah, bagaimana pengaruh pola makan vegan bagi ibu yang sedang hamil? Apakah diet vegan masih aman diterapkan saat hamil?

Menjalani kehamilan yang sehat dan tetap menjadi seorang vegetarian, bisa saja Bunda terapkan. Namun sebelumnya, perlu dicatat bahwa diet vegan melarang konsumsi daging dan olahan hewani. Sehingga, pengaturan pola makan penting dilakukan agar perkembangan janin tetap baik. 

Risiko kesehatan yang mengintai di balik diet vegan saat hamil

Sebenarnya, diet vegan atau vegetarian tidak mengakibatkan komplikasi kesehatan saat hamil, selama kebutuhan vitamin B-12 dan zat besi tetap terpenuhi. Kekurangan vitamin B-12 saat hamil dapat meningkatkan risiko cacat bawaan tabung saraf (neural tube defect) dan kelainan kognitif pada bayi.

Sementara itu, kurangnya asupan zat besi pada tubuh dapat berimbas pada munculnya gejala anemia. Meski tergolong sebagai gangguan kesehatan umum yang sering diidap non-vegan, mereka yang menerapkan diet vegan memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia, terutama saat hamil.

Kekurangan zat besi dan anemia saat hamil dapat berimbas pada kelahiran prematur, berat badan bayi di bawah normal, hingga perkembangan kognitif bayi yang tidak optimal. Anemia juga digadang-gadang sebagai salah satu faktor risiko munculnya postpartum depression. Itulah sebabnya Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan dan ahli nutrisi jika ingin menerapkan diet vegan saat hamil.

Mengapa vitamin B-12 dan asam folat penting bagi kehamilan?

Vitamin B-12 dan asam folat berperan penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Perkembangan otak janin umumnya terjadi pada tahap awal kehamilan. Mereka yang menerapkan diet vegetarian mungkin masih dapat memperoleh asupan vitamin B-12 yang cukup dari telur dan susu. Namun, hal ini bisa jadi tantangan bagi penganut diet vegan.

Jika janin tidak mendapatkan asupan vitamin B-12 dan asam folat yang mencukupi, dampaknya bisa terlihat pada perkembangan yang lambat, kemampuan kognitif di bawah rata-rata, serta potensi gangguan kognitif lainnya.

Untuk itu, Bunda perlu meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan folat bahkan sebelum merencanakan kehamilan. Beberapa jenis sayuran yang mengandung folat di antaranya: asparagus, brokoli, kacang-kacangan, dan lentil.

Asupan nutrisi harus tetap terpenuhi meskipun menjalani diet vegan saat hamil

Selain mengawasi risiko munculnya anemia dan kekurangan vitamin B-12 selama kehamilan, Bunda juga wajib memperhatikan asupan nutrisi lain seperti protein, vitamin D, kalsium, dan omega 3.

Bagi penganut vegan, sumber protein terbaik dapat diperoleh dari kacang-kacangan dan gandum utuh. Untuk mencegah anemia selama hamil, Bunda yang menjalani diet vegan juga perlu memperbanyak konsumsi buah-buahan kering, quinoa, tahu, dan sayuran hijau.

Jadi, tidak masalah jika Bunda ingin tetap menjalani diet vegan saat hamil. Namun, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi untuk mendapatkan saran seputar asupan gizi serta suplemen yang dapat dikonsumsi untuk melengkapi kebutuhan nutrisi selama kehamilan.

Perkaya wawasan seputar kehamilan, menyusui, dan pengasuhan dengan mengikuti Instagram dan Facebook Ibu Sehati. Lewat aplikasi smartphone yang dapat diunduh di Google Play Store dan Apps Store, Bunda juga dapat membaca berbagai informasi menarik yang lebih up-to-date. Yuk, bekali perjalanan kehamilan Bunda bersama Ibu Sehati!

dr Jovita Amelia, SpGK

Dokter Jovita adalah seorang spesialis gizi klinik yang saat ini berpraktik di RS Pelni dan Ciputra Hospital CitraGarden City. Perempuan yang aktif berorganisasi sejak masih berstatus sebagai mahasiswa ini menempuh pendidikan kedokterannya di Universitas Trisakti. Dokter Jovita kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister di Wageningen University dan memperoleh gelar master of nutrition and health. Gelar Spesialis Gizi Klinik ia peroleh dari Universitas Indonesia. Selain aktif berpraktik sebagai dokter, Dokter Jovita juga kerap menjadi pembicara di berbagai seminar dan talkshow. Seri seminar dan talkshow pola hidup sehat untuk masyarakat awam adalah beberapa kegiatan yang Dokter Jovita isi. Kini, Dokter Jovita aktif menulis untuk Ibu Sehati.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago