Infeksi pasca melahirkan bisa terjadi pada ibu usai melahirkan normal maupun bedah sesar. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015, 7.3 persen kematian ibu disebabkan oleh infeksi pascapersalinan.
Infeksi pasca persalinan paling sering terjadi pada lapisan rahim atau disebut endometritis, yang dapat terjadi pada persalinan normal atau akibat sayatan bedah sesar. Selain endometritis, infeksi juga dapat terjadi pada payudara atau disebut mastitis dan infeksi saluran kemih. Sebuah penelitian mengungkapkan, sekitar 94 persen kasus infeksi tersebut terdeteksi setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Tanda awal ibu terkena infeksi berupa demam, yaitu peningkatan suhu tubuh mencapai 38 derajat Celsius dalam 24 jam pertama pasca persalinan. Demam juga bisa terjadi lebih dari 38 derajat Celsius sejak hari kedua setelah melahirkan.
Gejala infeksi tergantung pada bagian yang terinfeksi, antara lain terdapat nyeri di bagian jalan lahir, bekas luka sayatan, atau perut bawah. Pada kasus infeksi pada rongga rahim (endometritis), gejalanya berupa nyeri perut bawah yang biasanya disertai keluarnya cairan rahim yang berbau dan berwarna kehijauan seperti nanah, selain itu dapat pula disertai darah. Infeksi dapat disebabkan oleh kuman yang berkembang pada luka yang didapat saat persalinan ataupun pada sisa selaput ketuban yang tertinggal pada dinding rahim.
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Yokoe dkk tahun 2001, infeksi pasca persalinan terjadi pada ibu yang melahirkan secara normal sebanyak 5.5% dan secara bedah sesar sebanyak 7.4%. Risiko bisa meningkat pada ibu hamil dengan kurang darah atau anemia dan penyakit kencing manis atau diabetes.
Obesitas atau kelebihan berat badan juga meningkatkan risiko infeksi. Karena itu, ibu hamil harus memantau kenaikan berat badan yang sesuai dengan petunjuk dari tenaga medis, selama kehamilan sampai melahirkan. Selain itu, hindari memasukkan benda atau cairan apapun ke dalam jalan lahir. Pemeriksaan janin melalui jalan lahir hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih dalam bidang ini.
Faktor pemicu risiko infeksi pasca persalinan lainnya, meliputi waktu bersalin yang terlalu lama, infeksi jalan lahir sebelum persalinan, dan kurang menjaga kebersihan diri. Semakin lama durasi pecah ketuban sampai persalinan terjadi, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Karena itu, ibu hamil harus waspada ketika keluar air dari jalan lahir yang menandakan ketuban pecah.
Meskipun infeksi pasca persalinan bisa disembuhkan secara medis, lebih baik ibu melakukan pencegahan. Untuk mencegahnya, sebaiknya ibu mengubah gaya hidup dan menerapkan hal-hal berikut ini:
Apa pun metode persalinan yang ibu lalui, potensi infeksi pasca persalinan akan tetap ada. Untuk mengetahui lebih jauh tentang cara mengantisipasinya, pantau terus kondisi janin dengan melakukan pemeriksaan rutin, ya Bun.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…