Uniknya Protein dalam ASI, Ini Manfaatnya

Air Susu Ibu (ASI) sangat unggul dan memiliki keistimewaan dalam hal nutrisi untuk sang buah hati. Komponen nutrisi ASI mengandung karboidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda tergantung kebutuhan setiap bayi. Salah satu yang dibahas kali ini adalah protein. Protein merupakan nutrisi penting yang mendukung struktur dan fungsi tubuh manusia. Zat makanan ini berperan dalam membangun, memperkuat, serta memperbaiki organ, otot, tulang, dan darah. Lebih dari itu, protein juga diperlukan untuk memproduksi hormon, enzim, serta antibodi.

Protein yang Ditemukan di dalam ASI

Kandungan protein di dalam ASI berbeda dengan komposisi susu sapi. Di dalam ASI, kandungan proteinnya cukup tinggi. Kandungan protein yang ada di dalam ASI sangat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan mencegah bayi dari infeksi penyakit. Di awal-awal kelahiran, bayi akan mendapat kolostrum. Meski jumlahnya hanya sedikit, jenis ASI awal ini mengandung sejumlah nutrisi yang mudah dicerna oleh bayi, termasuk protein.

Kasein dan Whey

Kandungan protein di dalam ASI dan susu formula yaitu protein whey dan kasein. ASI lebih banyak mengandung protein whey dan lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Protein kasein lebih sulit dicerna oleh usus bayi dan terdapat lebih banyak di susu formula. Kandungan kasein di ASI yaitu 30%, berbeda dengan di susu formula yaitu 80%. Selain itu, terdapat komponen beta laktoglobulin yang merupakan protein berpotensi menyebabkan alergi di susu formula.

Protein whey mengandung antibodi, laktoferin, serta lisozim yang berperan dalam membantu bayi melawan infeksi. Sementara, kasein merupakan molekul protein kompleks yang lebih besar dan lebih sulit untuk dicerna

ASI pertama yang muncul di awal-awal kelahiran mengandung hampir 90 persen protein whey dan 10 persen kasein. Ketika berubah menjadi ASI matur (mature milk), ASI akan memiliki 60 persen protein whey dan 40 persen protein whey.

Asam Amino

Kualitas asam amino yang terkandung di dalam ASI juga lebih baik kandungannya daripada di dalam susu sapi. Asam amino merupakan zat organik yang menjadi komponen dasar pembentuk protein. Ketika protein dicerna oleh bayi, ia akan terurai menjadi asam amino. Dalam ASI, setidaknya ditemukan lebih dari 20 jenis asam amino yang berbeda. ASI memiliki asam amino yang lebih banyak jenisnya daripada susu sapi.

Taurin

Salah satu contoh asam amino adalah taurin. Taurin ditemukan hanya dalam jumlah yang sedikit di susu sapi. Manfaat taurin adalah untuk perkembangan otak. Hal tersebut karena menurut penelitian, taurin banyak ditemukan pada jaringan otak yang sedang berkembang. Bayi prematur belum mampu membentuk protein taurin ini sehingga sangat membutuhkannya.

Nukleotida

Berbagai jenis senyawa organik yang dikenal sebagai nukleotida juga terdapat dalam kandungan ASI. ASI diketahui memiliki kandungan nukleotida yang lebih banyak daripada susu sapi. Dari segi kualitasnya, kandungan nukleotida dalam ASI juga lebih baik. Peran nukleotida adalah meningkatkan kematangan saluran cerna bayi, merangsang pertumbuhan bakteri baik di dalam usus, meningkatkan daya tahan tubuh, serta penyerapan besi.  

Laktoferin

Laktorim merupakan bagian dari protein whey. Protein ini berfungsi untuk mengikat besi dan mengangkutnya ke seluruh tubuh. Selain itu, laktoferin juga berperan dalam menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi dan membantu bayi melawan infeksi virus, bakteri, atau jamur pada saluran gastrointestinal.

Protein dalam Susu Formula vs Protein dalam ASI

Susu formula memiliki kandungan protein yang lebih banyak daripada ASI. Namun, protein dalam susu formula tidak sama dengan protein dalam ASI. Susu formula terutama yang terbuat dari susu sapi, umumnya mengandung lebih banyak kasein dan sedikit protein whey. Sementara, protein whey dalam ASI cenderung lebih banyak dari kasein. Jadi, protein yang dimiliki ASI lebih mudah dicerna oleh pencernaan bayi.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai manfaat protein dalam ASI. Apabila ingin mendapat info atau tips-tips menarik lainnya seputar menyusui, download saja akun Sehati di Play Store atau App Store. Semoga bermanfaat.

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago