Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2734

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2738

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/output.class.php on line 3679
Jelang Persalinan, Ini 7 Fakta Kontraksi yang Harus Bunda Tahu
Connect with us

Persalinan

Jelang Persalinan, Ini 7 Fakta Kontraksi yang Harus Bunda Tahu

Usia kandungan memasuki trimester III, sudah waktunya Bunda bersiap-siap menyambut persalinan. Yuk, ketahui 7 fakta kontraksi berikut ini.

mm

Published

on

fakta kontraksi kehamilan

Bunda, seperti apakah rasa sakit ketika kontraksi? Tidak ada seorang ibu hamil pun yang bisa mendeskripsikannya dengan mudah karena setiap kehamilan punya cerita masing-masing. Sebagian orang menyamakan kontraksi jelang persalinan dengan kram ketika menstruasi, ada pula yang menganggapnya mirip dengan perut kembung. Apalagi, ketika rasa itu tidak kunjung reda meski Anda sudah buang angin maupun buang air besar. Bisa saja itu pertanda bayi ingin segera lahir.

Namun, kontraksi pun tak melulu menjadi tanda persalinan. Boleh jadi Bunda mengalami hal ini beberapa kali selama masa kehamilan. Nah, Bunda perlu mengetahui fakta kontraksi yang dialami sepanjang kehamilan agar tidak salah membaca tanda-tanda kelahiran bayi.  

Berikut 7 fakta kontraksi jelang persalinan yang perlu Bunda ketahui.

Sepanjang masa kehamilan, ada dua tipe kontraksi

Setidaknya, Bunda akan mengalami tiga tipe kontraksi berikut ini.

Kontraksi persalinan palsu (Braxton hicks contraction)

Braxton hicks juga dikenal sebagai kontraksi persalinan palsu. Kontraksi ini bisa terjadi mulai trimester kedua kehamilan Anda, namun pada umumnya dialami mulai trimester 3 kehamilan. Bunda bisa mengalaminya, bisa pula tidak. Ketika terjadi, kontraksi berlangsung kurang lebih salam 30-60 detik. Frekuensi kemunculannya tidak teratur, jarak antar kontraksi satu dengan lainnya juga tidak sama. Kontraksi ini umumnya tidak nyeri, terpusat di perut Bunda, dan Bunda merasakan kencang-kencang di perut. Kontraksi ini sebenarnya terjadi sebagai persiapan otot rahim menjelang persalinan nanti.

Kontraksi persalinan

Beberapa minggu menjelang Hari Perkiraan Lahir (HPL), Bunda dapat mengalami banyak tanda persalinan sesungguhnya. Cara Bunda mengetahui apakah ini kontraksi jelang melahirkan atau bukan adalah:

  1. Kemunculan begitu intens. Alih-alih mereda, justru kontraksi meningkat dan tidak menghilang walau Anda mengubah posisi tubuh.
  2. Semakin sering dan teratur. Setiap kontraksi dapat berlangsung sekitar 30-90 detik dengan intensitas meningkat seiring proses bertambahnya pembukaan yang Anda alami.
  3. Adanya bercak darah kemerahan disertai dengan lendir.
  4. Bisa dibarengi dengan kram, atau nyeri perut luar biasa.
  5. Bisa didahului dengan pecah ketuban. Namun, tanda ini hanya terjadi pada 15% proses persalinan. Kebanyakan ketuban pecah secara spontan selama persalinan.

Penyebab kontraksi yang pasti

Banyak teori yang berusaha menjelaskan apa yang memicu munculnya kontraksi persalinan. Anda jelas lebih khawatir pada kapan ini akan terjadi daripada mengapa bisa terjadi, bukan? Namun, para ahli sepakat semua berawal dari janin yang mengirimkan semacam ‘pesan’ pada tubuh Bunda bahwa ia ingin segera keluar dari dalam rahim. Bayi akan mengirim pesan ke tubuh Anda untuk melepaskan hormon oksitoksin, zat yang memicu kontraksi, sehingga proses persalinan dimulai.

Bagian tubuh yang bereaksi pada kontraksi

Fakta kontraksi berikutnya adalah rasa tegang ini tidak terasa pada bagian perut bawah saja. Kontraksi akan terasa pada perut bagian tengah (yang merupakan puncak rahim), yang menjalar ke perut bagian bawah sampai selangkangan dan lipat paha. Namun, nyeri yang terasa pada beberapa bagian tubuh tak melulu indikator persalinan. Sebaiknya Anda juga mencermati frekuensi, intensitas, dan keteraturan kontraksi yang muncul.  

Waktu yang tepat menghubungi bidan atau dokter

Minggu-minggu menjelang persalinan, bidan atau dokter kandungan tentu sudah mewanti-wanti Bunda kapan waktu yang tepat menghubungi mereka. Anda dapat berpatokan pada ini: kontraksi berlangsung teratur setiap 5-10 menit sekali. Jika Anda belum cukup yakin apakah ini tanda melahirkan, tetapi kontraksi cukup teratur dan semakin intens, segera datang ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Tidak perlu khawatir Anda membangunkan orang meski jam sudah lewat tengah malam. Tak ada seorang pun yang bisa memprediksi kelahiran bayi, termasuk Anda sebagai ibunya. Tenang saja jika itu hanya kontraksi persalinan palsu. Minimal, Anda sudah memahami apa saja yang perlu dilakukan ketika kejadian sesungguhnya tiba.

Kapan perlu ke rumah sakit

Bunda, ketika mengalami situasi darurat berikut ini, sebaiknya segera pergi ke rumah sakit.

  1. Kontraksi kuat dan teratur,  namun usia kehamilan Anda masih kurang dari 37 minggu.
  2. Ketuban pecah, diiringi tanda-tanda melahirkan lainnya maupun tidak.
  3. Ketuban pecah dan warna air ketuban tampak hijau kecokelatan.
  4. Gerak janin Bunda dirasakan kurang aktif, atau bahkan Anda tidak merasakan gerak janin sama sekali selama 1 jam terakhir.

Durasi rata-rata kontraksi persalinan

Lama rata-rata kontraksi persalinan bisa bervariasi menurut panjang waktunya, intensitas, dan frekuensi. Hal ini juga bergantung pada tahapan persalinan yang Bunda alami.

  1. Persalinan fase laten, kontraksi terjadi selama 30-45 detik mulai 20 menit sekali. Namun, jarak antar kontraksi akan semakin pendek begitu fase ini berakhir.
  2. Persalinan fase aktif, intensitas kontraksi meningkat, lebih sering dan lebih lama, masing-masing berlangsung 40-60 detik.
  3. Mendorong dan melahirkan, kontraksi pada tahap ini terjadi selama 60-90 detik, disertai dengan dorongan untuk meneran untuk mengeluarkan janin melalui jalan lahir Bunda.

Kontraksi setelah berhubungan seks itu wajar

Setelah berhubungan seks dan Bunda mengalami orgasme, rahim Anda akan berkontraksi. Cobalah tetap tenang karena banyak ibu hamil mengalami hal serupa. Begitu lewat dari 30 menit, kontraksi itu akan menghilang dengan sendirinya. Satu hal yang pasti, berhubungan seks saat hamil itu aman. Anda tak perlu khawatir tentang ini, kecuali jika Anda punya riwayat keguguran, riwayat persalinan prematur sebelumnya, ataupun riwayat perdarahan yang disebabkan oleh ari-ari yang letaknya di bawah menutupi jalan lahir.

Merangsang kontraksi kadang diperlukan

Fakta kontraksi menarik lainnya adalah berhubungan seks merupakan salah satu cara  induksi alamiah pada usia kehamilan cukup bulan. Sperma memiliki kandungan prostaglandin dapat menyebabkan kontraksi rahim. Itulah sebabnya dokter menyarankan Anda berhubungan seks dengan suami begitu kehamilan menginjak usia 37 minggu ke atas.

Selain itu, suami dapat melakukan pijatan lembut pada bagian pinggang saat kontraksi persalinan muncul. Sentuhan ini merangsang tubuh memproduksi endorfin alami yang membuat dapat mengurangi rasa nyeri yang Bunda alami.

Demikian 7 fakta kontraksi jelang persalinan yang perlu Bunda ketahui. Dengan mengenali ciri-ciri kontraksi sebagai tanda dimulainya persalinan, Bunda bisa lebih waspada sekaligus tetap tenang mengikuti irama tubuh saat melahirkan.

Tambah pengetahuan Bunda dengan mengunduh aplikasi Sehati untuk pengguna iPhone dan Android

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pasca

Bengkak setelah Melahirkan, Apakah Normal?

mm

Published

on

bengkak setelah melahirkan

Melihat foto Kate Middleton usai melahirkan anak pertamanya, Bunda pun menggantungkan ekspektasi bahwa tubuh Bunda akan terlihat kembali ramping usai si kecil lahir. Pada kenyataannya, tidak semudah itu, Bunda! 

Ya, mari singkirkan imej kesempurnaan Kate Middleton setelah melahirkan. Kebanyakan ibu hamil masih terlihat “gembil” setelah melahirkan, meskipun secara timbangan berat badannya turun cukup banyak. Jadi apa yang menyebabkannya? 

Apa itu bengkak setelah melahirkan?

Apakah wajah Bunda masih terlihat “gembil” atau bahkan “bengkak” setelah melahirkan? Begitu juga dengan kaki, lengan, pergelangan tangan, dan jari-jemari? 

Saat melahirkan, Bunda sudah membayangkan dan siap mengucap “selamat tinggal” pada tubuh yang terlihat “puffy”. Tapi apa daya, pada kenyataannya tidak secepat itu. Cairan ekstra yang tersimpan dalam tubuh Bunda selama hamil tidak akan ‘terkuras’ begitu saja dan hilang dalam waktu semalam. Cairan ekstra tersebut tersimpan di jaringan pada lapisan di bawah kulit Bunda. 

Ditambah lagi jika Bunda perlu mendapat infus karena melahirkan melalui caesar, cairan tubuh pun akan terakumulasi dan membuat Bunda terlihat lebih bengkak. Aih… jauh-jauh dulu dari cermin, ya. 

Begitu pula Bunda yang menjalani persalinan secara per vaginam, akan mungkin mengalami pembengkakan di sekitar perineum.

Lalu apakah ini normal? Meski bukan hal yang menyenangkan, pembengkakan setelah melahirkan ini wajar dialami ibu yang melalui persalinan normal maupun caesar. 

Penyebab bengkak setelah melahirkan

Retensi cairan selama hamil merupakan salah satu penyebab pembengkakan setelah melahirkan. Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkannya: 

  • Sisa cairan yang terakumulasi selama 9 bulan kehamilan Bunda. Cairan yang terkumpul di tubuh selama kehamilan ini jika ditotal bisa mencapai berat 3 kilogram!
  • Cairan yang disimpan selama persalinan. Untuk persalinan epidural misalnya, maka Bunda akan menerima cairan infus untuk memastikan tekanan darah tidak turun. Begitu pula dengan persalinan secara caesar, cairan infus diberikan selama proses operasi hingga 24 jam setelahnya. Simpanan cairan tersebut tidak akan hilang begitu saja. 
  • Mengedan. Proses mengedan selama persalinan bisa menyebabkan pembengkakan pada tubuh dan wajah Bunda, loh. 
  • Kurang bergerak. Setelah melahirkan biasanya Bunda akan disarankan untuk sering-sering turun dari ranjang dan bergerak. Cara ini bisa membantu mengeluarkan cairan dari tubuh. Sebaliknya, kecenderungan untuk tidak bergerak justru membuat tubuh bengkak lebih lama. 
  • Hormon. Selama kehamilan, kadar hormon progesteron dalam tubuh Bunda akan meningkat. Salah satu dampaknya adalah retensi air dalam tubuh selama kehamilan yang kemudian berlanjut setelah melahirkan. 

Cara mengatasi pembengkakan setelah melahirkan

Ada beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan untuk membantu mengatasi pembengkakan setelah melahirkan. 

  • Kuras cairan ekstra dengan minum banyak air. Loh, kok malah disuruh minum? Iya, Bun… cara ini bisa mencegah tubuh mengalami dehidrasi yang menyebabkan tubuh menahan air lebih banyak. Minum lebih banyak air juga dapat memastikan ginjal bekerja maksimal untuk membantu menghilangkan sampah dalam tubuh, termasuk cairan ekstra. 
  • Bergerak sesuai dengan kemampuan Bunda. Terlebih jika Bunda baru menjalankan persalinan melalui operasi caesar. Aktivitas fisik akan mencegah cairan dan darah mengumpul di kaki membantu mengeluarkan cairan dari tubuh. 
  • Hindari berdiri atau duduk terlalu lama. Berdiam diri terlalu lama, tanpa aktivitas fisik berarti, membuat cairan berkumpul di bagian bawah tubuh. Bergerak akan membantu darah bersirkulasi ke seluruh tubuh. 
  • Mengangkat kaki lebih tinggi dari tubuh saat berbaring di tempat tidur. Cara ini akan membantu mengalirkan cairan di bagian bawah tubuh ke bagian tubuh bagian atas yang pada akhirnya akan dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat. 
  • Putar pergelangan kaki Bunda. Jika Bunda belum dapat turun dari tempat tidur, cobalah putar pergelangan kaki searah jarum jam dan melawan jarum jam 10 kali untuk setiap arah. Coba juga untuk memijat area kaki yang bengkak.
  • Jika perlu, gunakan stocking kompres. Stocking ini membantu meningkatkan sirkulasi darah di kaki, yang membantu menggerakkan cairan ke tubuh bagian atas dan melewati ginjal untuk kemudian dibuang. 
  • Jika jari dan tangan Bunda juga bengkak, angkat melewati kepala untuk membantu mengalirkan cairan dari area tersebut ke bawah.
  • Kurangi asupan sodium atau garam dalam makanan yang Bunda konsumsi. Garam berpotensi memperparah pembengkakan setelah melahirkan. 
  • Berpakaian tipis dan nyaman. Suhu tubuh yang terlalu panas malah akan menahan cairan dalam tubuh. Nyalakan kipas angin dan buka jendela agar tubuh terasa lebih adem. 

Pada akhirnya cairan tubuh akan dikeluarkan secara bertahap di minggu pertama setelah melahirkan. Tubuh yang bengkak setelah melahirkan pun akan kembali normal setelah itu. 

Akan tetapi tetap awasi jika bengkak setelah hamil ini juga disertai dengan gejala lain yang bisa jadi penanda adanya masalah kesehatan. Beberapa tanda yang perlu diawasi adalah: 

  • Bengkak yang muncul tiba-tiba
  • Pembengkakan bertambah parah setelah beberapa hari. 
  • Bengkak yang disertai tanda preeklampsia setelah melahirkan, seperti sakit kepala, muntah, pandangan buram atau sensitif terhadap cahaya. 
  • Nyeri dada dan kesulitan bernapas
  • Luka operasi caesar bengkak dan diikuti rasa nyeri dan cairan berbau 

Jika menemukan gejala di atas, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter ya, Bunda!

Continue Reading

Pasca

Kenali Perdarahan Nifas yang Abnormal Pasca Persalinan

mm

Published

on

perdarahan masa nifas
Apa ciri-ciri perdarahan nifas yang abnormal?

Tahukah Bunda, saat hamil volume darah di dalam tubuh kita meningkat sampai 50%. Peningkatan volume darah ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan janin dan juga persiapan saat persalinan nanti. Proses persalinan itu sendiri menyebabkan perdarahan akibat proses keluarnya janin, baik secara per vaginam maupun melalui operasi caesar. 

Jika perdarahan saat persalinan merupakan hal yang wajar, bagaimana dengan perdarahan yang terjadi setelah persalinan? Umumnya, di masa pasca persalinan atau masa nifas, Bunda akan mengalami darah yang keluar dari vagina atau disebut dengan perdarahan nifas. 

Akan tetapi, bukan tidak mungkin ada perdarahan yang terjadi di masa pasca persalinan yang disebabkan oleh keadaan abnormal. Bagaimana membedakannya? 

Ini perdarahan nifas yang normal 

Pasca persalinan per vaginam maupun caesar, tubuh akan mengeluarkan darah nifas atau yang dikenal secara medis dengan nama lochea. Nifas merupakan cara tubuh mengeluarkan darah dan jaringan sisa di rahim, yang sebelumnya dipakai untuk menjaga pertumbuhan janin. 

Perdarahan terberat terjadi pada dua hari pertama setelah persalinan. Setelah itu, jumlah darah yang keluar dari vagina akan terus berkurang. 

Darah nifas berwarna merah cerah dengan adanya beberapa gumpalan, terutama di beberapa hari pertama setelah persalinan. Untuk kenyamanan, Bunda perlu mengenakan pembalut menstruasi berukuran besar, yang khusus dibuat untuk ibu nifas. 

Dua sampai tiga hari setelah melahirkan darah nifas yang keluar akan semakin berkurang jumlahnya. Akan tetapi, jumlah darah yang keluar bisa kembali meningkat jika Bunda banyak beraktivitas. Jika ini yang terjadi, cobalah beristirahat, jangan terlalu sering berjalan ke sana ke mari. 

Seperti halnya darah menstruasi, wajar jika Bunda merasakan arus darah keluar dari vagina saat berubah posisi dari duduk ke berdiri. Hal ini disebabkan oleh anatomi organ reproduksi perempuan yang khas. Saat duduk atau berbaring, darah nifas akan berkumpul di area yang berbentuk seperti mangkuk. Otomatis ketika berdiri, darah yang turun terasa lebih deras. 

Sepuluh hari setelah melahirkan, jumlah darah nifas akan jauh berkurang. Alih-alih gumpalan dan aliran darah, Bunda akan melihat bercak atau noda darah pada pembalut menstruasi. Hal ini bisa terjadi sampai 6 minggu setelah persalinan. Saat ini, Bunda bisa mengganti pembalut menstruasi dengan sanitary pad yang lebih tipis dan nyaman. Hindari tampon ya, Bun… sebab tampon bisa menyebabkan infeksi. 

Perdarahan abnormal pada masa nifas 

Kondisi yang terjadi di luar gambaran di atas bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Perdarahan setelah melahirkan bisa terjadi pada 5% ibu dan biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan. Akan tetapi bukan tidak mungkin perdarahan terjadi pada 12 minggu pertama setelah melahirkan. 

Perdarahan setelah melahirkan bukan hal yang bisa dianggap sepele. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan turunnya tekanan darah. Jika tekanan darah turun hingga di bawah normal, organ-organ tubuh Bunda bisa kekurangan suplai darah. Kondisi ini dinamakan syok dan bisa berujung pada kematian. Itu sebabnya, kondisi ini harus segera ditangani. 

Segera datang ke fasilitas kesehatan jika Bunda mengalami hal ini: 

  • Mengeluarkan darah berwarna merah cerah tiga hari pertama pasca persalinan 
  • Mengeluarkan gumpalan darah yang ukurannya lebih besar dari buah plum
  • Sanitary pad menjadi basah oleh darah setelah satu jam dikenakan dan perdarahan tidak berhenti atau berkurang 
  • Pandangan buram 
  • Kedinginan 
  • Telapak tangan keringat dingin 
  • Denyut jantung menjadi lebih cepat 
  • Pusing 
  • Lemah 
  • Mual 
  • Merasa seperti akan pingsan

Bunda yang rentan mengalami perdarahan abnormal masa nifas

Terjadi pada 5% ibu yang baru melahirkan, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu lebih rentan mengalami perdarahan nifas yang abnormal. Di antaranya jika Bunda pernah mengalami perdarahan pasca persalinan di kehamilan sebelumnya. Risikonya juga lebih tinggi pada Bunda yang keturunan Asia dan Amerika Tengah (Hispanik).  

Penyebab perdarahan masa nifas yang paling umum adalah atonia uteri. Umumnya, rahim akan menyusut atau berkontraksi untuk mengurangi perdarahan. Pada kondisi atonia uteri, rahim tidak berkontraksi secara maksimal,  yang akhirnya menyebabkan perdarahan. 

Kondisi atonia uteri lebih umum dialami jika Bunda: 

  • Melahirkan lebih dari satu anak dalam sekali waktu (anak kembar misalnya) 
  • Ukuran janin lebih besar dari 4 kg
  • Mengalami persalinan yang lama 
  • Sebelumnya pernah melahirkan beberapa kali

Beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan perdarahan setelah persalinan, adalah: 

  • Robek rahim saat persalinan
  • Persalinan secara caesar, risiko perdarahan lebih tinggi daripada persalinan per vaginam
  • Robek pada vagin atau serviks selama persalinan
  • Penggunaan obat bius total 
  • Penggunaan oksitosin (induksi)
  • Preeklampsia
  • Obesitas
  • Masalah pada plasenta

Mengatasi perdarahan 

Jika mengalami perdarahan yang abnormal di masa nifas, Bunda harus segera mencari pertolongan medis. Kunjungi fasilitas kesehatan tempat Bunda melahirkan untuk mengatasinya dengan segera. 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perdarahan tersebut, tergantung penyebab dan gejala yang Bunda alami. Dari pijat rahim, pemberian obat untuk memicu kontraksi rahim, transfusi darah untuk mengembalikan darah yang hilang, sampai histerektomi dan bahkan laparotomi (bedah perut) untuk mengetahui dan mengatasi penyebabnya.  

Jadi jangan sepelekan perdarahan pasca melahirkan ya, Bun.

Continue Reading

Persalinan

Yuk, Hitung Perlengkapan Bayi Baru Lahir!

mm

Published

on

perlengkapan bayi baru lahir
Menghitung perlengkapan bayi baru lahir mesti cermat agar anti mubazir.

Bunda sedang antusias-antusiasnya mempersiapan perlengkapan bayi untuk si kecil yang sebentar lagi akan lahir? Eits, hati-hati ya, Bun. Perlengkapan bayi memang terlihat menggemaskan dan membuat kita serasa ingin membeli semuanya. Namun, lebih baik tahan diri. Salah-salah, apa yang kita beli justru akan mubazir dan tidak terpakai karena si kecil cepat sekali pertumbuhannya.

Nah, supaya Bunda tak kalap, lebih baik mulai dengan membuat perencanaan sebelum membeli, yuk! Simak di sini perhitungan membeli perlengkapan bayi baru lahir ya, Bun.

Daftar Perlengkapan Bayi Baru Lahir

Bagi Bunda yang menantikan anak pertama, mencari perlengkapan bayi baru lahir bak mencari jalan di negara asing. Sulit! Belum adanya pengalaman membuat Bunda bingung menentukan perlengkapan bayi baru lahir yang dibutuhkan dan tidak. Supaya Bunda tak tersesat, berikut daftarnya.

  • Kain bedong: 6-7 helai

Enam hingga tujuh helai kain bedong sudah cukup bagi si kecil. Pasalnya, kain bedong tidak akan dipakai terlalu lama. Bedong instan bisa jadi pilihan bagi Bunda yang tak mau repot atau merasa ‘kurang terampil’. Namun, kekurangan bedong instan dibanding kain bedong adalah tak bisa digunakan sebagai selimut saat bayi sudah besar.

  • Pospak: 1 kemasan isi 40 pcs

Si kecil boleh saja langsung dipakaikan pospak atau popok sekali pakai setelah lahir. Namun, ingatlah untuk menggantinya tiap 4 jam sekali agar si kecil terhindar dari ruam popok maupun infeksi saluran kemih. Jangan dulu beli terlalu banyak untuk melihat reaksi kulit si kecil.

  • Popok kain: 5 buah

Popok kain atau cloth diaper (clodi) adalah alternatif lain selain pospak. Sebagai awalan, Bunda bisa lebih dulu mempersiapkan 5 buah cloth diaper beserta insert mengingat harganya yang agak mahal. Jika memang penggunaan popok kain membuat Bunda dan si kecil lebih nyaman, barulah tambah koleksi clodi Bunda.

  • Baju bayi: 9 pasang

Membeli baju bayi jangan terlalu banyak dulu, Bun, karena biasanya ada banyak kado pakaian untuk adik bayi. Hihi. Cukup beli 9 pasang yang terdiri dari 6 pasang pakaian tangan panjang dan 3 pasang pakaian tangan pendek. Belilah pakaian yang sudah satu set dengan kaos kaki dan sarung tangan bayi supaya lebih hemat.

  • Handuk mandi: 3 buah

Siapkan beberapa handuk mandi supaya bisa diganti secara rutin.

  • Bak mandi bayi: 1 buah
  • Perlengkapan mandi bayi: 1 set yang terdiri dari sabun, sampo, minyak telon, dan minyak wangi
  • Kapas bulat: 2 pak
  • Tisu basah: 4 pak
  • Waslap: 2 buah
  • Singlet: 6 buah
  • Perlak: 2 buah
  • Kain kasa: 1 pak
  • Salep ruam popok: 1 buah
  • Gendongan kain: 1 buah
  • Boks bayi side bed

Boks bayi side bed sebenarnya tidak wajib, tapi disarankan demi keamanan bayi. Pasalnya, di bawah 2 tahun, risiko sindrom bayi mati mendadak sangatlah tinggi sehingga bayi lebih baik tidur di areanya sendiri, tapi tetap dekat dengan orang tuanya.

Tips Membeli Perlengkapan Bayi Baru Lahir

  • Buat perencanaan. Sebelum belanja, buatlah daftar barang yang hendak Bunda beli. Bunda bisa menggunakan daftar di atas atau berimprovisasi dengan menambahkan barang lain yang Bunda anggap perlu. Perencanaan seperti daftar belanja membuat kita lebih disiplin, loh.
  • Wait and see. Bayi yang baru lahir biasanya mendapatkan banyak hadiah dari keluarga dan kerabat. Karena itulah, lebih baik menunda membeli perlengkapan bayi terlalu banyak.
  • Tidak perlu membeli perlengkapan tidur. Bayi tidak disarankan tidur dengan selimut, bantal, ataupun mainan karena dapat meningkatkan risiko sindrom bayi mati mendadak. Bayi disarankan tidur di areanya sendiri tanpa tambahan apapun yang berisiko menutupi jalan napasnya.
  • Cicil dari jauh hari. Agar tidak membebani uang belanja, belilah perlengkapan bayi dengan dicicil dari jauh-jauh hari. Membeli perlengkapan dari jauh hari juga memungkinkan Bunda untuk mencari diskon.

Selamat berbelanja ya, Bun. Semoga membantu.

Continue Reading

Trending