Categories: KesehatanParenting

Milestone Bayi Berusia 6 Bulan

Perkembangan bayi Bunda akan semakin bertambah setiap bulan. Pertumbuhan bayi di 6 bulan pertama kerap kali membuat Bunda terpana. Begitu banyak perubahan yang terjadi. Tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga kecerdasan dan kemampuan motoriknya. Selama 6 bulan tersebut, ia melampaui beberapa tahapan pencapaian yang kerap disebut sebagai milestone perkembangan.

Bayi cenderung mengalami perkembangan yang sama pada milestone ini, misalnya mulai bisa duduk di usia 6 bulan. Akan tetapi, setiap bayi memiliki jalannya sendiri. Milestone perkembangan biasanya digunakan sebagai panduan saja, bukan sebuah patokan baku.

Meski begitu, ada jangka waktu tertentu yang perlu menjadi perhatian. Misalnya, bayi akan belajar berjalan antara usia 9-16 bulan. Bila pada saat itu si kecil tidak menunjukkan pencapaian di area ini, ada baiknya Bunda berkonsultasi ke dokter.

Baca juga: Penyebab Pertumbuhan Bayi ASI Terhambat

Nah, untuk mengetahui normal tidaknya perkembangan bayi 6 bulan, Bunda dapat mengamati beberapa tanda berikut ini.

Perkembangan bayi usia 6 bulan

  • Duduk sendiri dengan kedua tangan menyangga tubuhnya
  • Merangkak, meraih mainan, atau mendekati seseorang
  • Belajar berdiri, kedua kakinya menyanggah sebagian berat badan
  • Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
  • Memungut dua benda masing-masing tangan memegang satu benda pada saat bersamaan
  • Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
  • Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
  • Berguling dari depan ke belakang dan belakang ke depan
  • Menahan lebih banyak berat pada bagian kaki
  • Menggunakan jari-jari untuk menyapu benda dan kemudian berkembang dengan menggenggam menggunakan jempol dan telunjuk
  • Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata
  • Bermain cilukba/tepuk tangan
  • Membuat suara tertentu yang berkaitan dengan emosi, seperti suara bahagia atau suara frustrasi.
  • Dapat menanggapi ketika diajak berbicara
  • Mengenali wajah-wajah orang yang familier
  • Memberikan respons jika didekati orang asing dengan memperlihatkan rasa takut, menangis, atau merangkul pengasuhnya.
  • Suka melihat ke cermin
  • Mulai mengeluarkan suara seperti “eh”, “oh”, dan “ah”.
  • Menanggapi jika namanya dipanggil
  • Berceloteh dengan menggunakan bunyi konsonan, seperti “m” dan “b”.
  • Dapat menanggapi emosi orang lain, seperti rasa sedih atau senang
  • Belajar melalui rasa dan sentuhan

Baca juga: Makanan yang Perlu Dihindari sampai Bayi Berusia 1 Tahun

Kapan Perlu Khawatir?

Perkembangan setiap bayi memang berbeda-beda. Namun, jika si kecil menunjukkan beberapa gejala berikut, segera hubungi dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut mengenai perkembangan bayi.

  • Gerakan yang tidak seimbang antara anggota tubuh kiri dan kanan
  • Refleks primitif (refleks yang muncul sejak bayi) menetap hingga 6 bulan ke atas
  • Jarang tersenyum atau ekspresi kesenangan lain
  • Tangan bayi masih menggenggam
  • Kurang kemampuan mata mengikuti gerak benda
  • Belum berespons atau mencari sumber suara
  • Tidak berusaha meraih benda yang ada di sekitarnya
  • Tidak menanggapi rasa sayang yang ditujukan kepadanya
  • Tidak dapat membawa benda, seperti mainan atau boneka ke mulut
  • Tidak dapat mengeluarkan suara
  • Tidak dapat berguling
  • Tidak tertawa atau mengungkapkan rasa “gembira”
  • Tampak kaku dan sulit untuk bergerak
  • Berat badan tidak bertambah

Nah, untuk mendukung tumbuh kembang bayi setelah usia 6 bulan, Bunda perlu aktif melakukan stimulasi serta memberikan asupan tinggi nutrisi melalui MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) dan melakukan stimulasi untuk mendukung perkembangannya.

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago