Categories: KesehatanParenting

Konstipasi pada Bayi, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Tentu Bunda khawatir bila sang buah hati belum buang air besar (BAB) atau konstipasi. Konstipasi adalah suatu keadaan dimana si Kecil tidak mampu BAB dengan teratur, kemudian frekuensi BAB berkurang dari biasanya.

Ada beberapa gejala yang dapat diamati pada bayi yang mengalami konstipasi. Bayi terlihat kesulitan saat BAB (buang air besar), lalu setelah keluar tekstur feses bayi terlihat keras dan kering. Tinja bayi tampak lebih besar dan bila diraba perutnya akan terasa ada massa/benjolan tinja. Biasanya, bayi juga akan gampang rewel. Bahkan, pada kasus tertentu, feses tampak berdarah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh luka pada anus bayi.

Penyebab Konstipasi pada Bayi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi sembelit. Dengan mengetahui penyebabnya, cara mengatasinya pun lebih tepat dan efektif. Berikut di antaranya:

1. Susu Formula

Pastikan takaran yang digunakan sudah sesuai. Bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki risiko mengalami konstipasi lebih besar daripada bayi yang mengonsumsi ASI. Hal ini dikaitkan dengan kandungan protein yang terdapat di dalam susu formula.

2. Perubahan Tekstur Makanan

Penyebab konstipasi lainnya adalah tekstur makanan yang berubah. Hal ini umumnya dialami oleh bayi yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI). Biasanya, pada masa peralihan tersebut, bayi rentan mengalami konstipasi.

3. Dehidrasi

Bayi dapat mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan pada kondisi tertentu, seperti tumbuh gigi, sariawan, atau demam. Pasalnya, bayi enggan menyusu atau minum. Karena kurangnya asupan cairan, feses bisa menjadi lebih padat sehingga sulit untuk dikeluarkan. Pastikan kebutuhan minum sang buah hati terpenuhi setiap harinya.

4. Trauma

Penyebab konstipasi salah satunya adalah riwayat trauma sebelumnya saat BAB. Hal tersebut dapat karena nyeri yang dialami akibat tinja yang keras. Bila tinja semakin ditahan maka air nya akan semakin diserap sehingga tinja semakin keras.

Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi

Toilet training dapat membantu reflek si kecil untuk BAB.

Nah, berdasarkan beberapa penyebab bayi sembelit tersebut, ada beberapa tindakan yang perlu Bunda lakukan, yaitu:

1. Berikan cairan yang cukup dan kombinasi makanan

Berikan minum yang cukup untuk si buah hati. Berikan air minum minimal seliter sehari. Selain itu, Bunda perlu juga memberikan makanan yang mengandung serat bila bayi sudah mulai mendapat MPASI. Buah-buahan dapat diberikan yang banyak mengandung air misalnya pepaya, jeruk, buah naga. Hindari buah pisang dan apel.

2. Mengajak anak lebih aktif

Supaya feses lebih mudah keluar, bayi perlu bergerak lebih aktif. Jika belum bisa merangkak, gerakkan kaki bayi seperti sedang mengayuh sepeda. Metode ini akan menolong mendorong feses keluar.

3. Evakuasi Tinja

Bunda perlu mengetahui bahwa tinja yang menumpuk di ususnya perlu dikeluarkan. Caranya dapat menggunakan obat khusus yang dimasukkan lewat anus. Bila tinja terlalu banyak, Bunda perlu membawanya ke rumah sakit agar ditangani oleh dokter.  

4. Memijat perut bayi

Pijatlah perut bayi dengan searah jarum jam untuk merangsang gerakan usus besar. Lakukan pemijatan pada bayi secara lembut. Bunda dapat melakukan pijat di perut dengan minyak telon ataupun baby oil secara rutin. Pastikan si kecil merasa relaks dan tidak menunjukkan raut wajah kesakitan.

5. Toilet training

Tujuan dari toilet training untuk menguatkan refleks agar dapat BAB. Sebagian besar si kecil dapat dimulai toilet training saat usia 18 bulan sampai 3 tahun. Caranya adalah menyemangati si kecil duduk di dudukan pispot atau toilet selama 3-5 menit (15 menit setelah makan pagi/siang). Sang buah hati tidak perlu dipaksa harus BAB, yang penting ia mau duduk sebentar dan teratur setiap hari.

6. Waspada

Bila keadaan konstipasi ini sudah terjadi sejak lahir, lalu perut bayi tampak kembung, perlu diwaspadai ada keadaan yang lebih berat. Disertai juga dengan pertumbuhan bayi tidak optimal, Bunda perlu mencurigai adanya penyakit Hirschsprung. Penyakit ini didasari karena ada bagian usus yang tidak memiliki saraf, sehingga tidak dapat bergerak untuk mengeluarkan tinja. Bunda sebaiknya membawa si Kecil berobat ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.

Nah, demikian ulasan singkat mengenai konstipasi pada bayi, penyebab, serta cara mengatasinya.

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

3 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago