Tentu Bunda khawatir bila sang buah hati belum buang air besar (BAB) atau konstipasi. Konstipasi adalah suatu keadaan dimana si Kecil tidak mampu BAB dengan teratur, kemudian frekuensi BAB berkurang dari biasanya.
Ada beberapa gejala yang dapat diamati pada bayi yang mengalami konstipasi. Bayi terlihat kesulitan saat BAB (buang air besar), lalu setelah keluar tekstur feses bayi terlihat keras dan kering. Tinja bayi tampak lebih besar dan bila diraba perutnya akan terasa ada massa/benjolan tinja. Biasanya, bayi juga akan gampang rewel. Bahkan, pada kasus tertentu, feses tampak berdarah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh luka pada anus bayi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi sembelit. Dengan mengetahui penyebabnya, cara mengatasinya pun lebih tepat dan efektif. Berikut di antaranya:
Pastikan takaran yang digunakan sudah sesuai. Bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki risiko mengalami konstipasi lebih besar daripada bayi yang mengonsumsi ASI. Hal ini dikaitkan dengan kandungan protein yang terdapat di dalam susu formula.
Penyebab konstipasi lainnya adalah tekstur makanan yang berubah. Hal ini umumnya dialami oleh bayi yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI). Biasanya, pada masa peralihan tersebut, bayi rentan mengalami konstipasi.
Bayi dapat mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan pada kondisi tertentu, seperti tumbuh gigi, sariawan, atau demam. Pasalnya, bayi enggan menyusu atau minum. Karena kurangnya asupan cairan, feses bisa menjadi lebih padat sehingga sulit untuk dikeluarkan. Pastikan kebutuhan minum sang buah hati terpenuhi setiap harinya.
Penyebab konstipasi salah satunya adalah riwayat trauma sebelumnya saat BAB. Hal tersebut dapat karena nyeri yang dialami akibat tinja yang keras. Bila tinja semakin ditahan maka air nya akan semakin diserap sehingga tinja semakin keras.
Nah, berdasarkan beberapa penyebab bayi sembelit tersebut, ada beberapa tindakan yang perlu Bunda lakukan, yaitu:
Berikan minum yang cukup untuk si buah hati. Berikan air minum minimal seliter sehari. Selain itu, Bunda perlu juga memberikan makanan yang mengandung serat bila bayi sudah mulai mendapat MPASI. Buah-buahan dapat diberikan yang banyak mengandung air misalnya pepaya, jeruk, buah naga. Hindari buah pisang dan apel.
Supaya feses lebih mudah keluar, bayi perlu bergerak lebih aktif. Jika belum bisa merangkak, gerakkan kaki bayi seperti sedang mengayuh sepeda. Metode ini akan menolong mendorong feses keluar.
Bunda perlu mengetahui bahwa tinja yang menumpuk di ususnya perlu dikeluarkan. Caranya dapat menggunakan obat khusus yang dimasukkan lewat anus. Bila tinja terlalu banyak, Bunda perlu membawanya ke rumah sakit agar ditangani oleh dokter.
Pijatlah perut bayi dengan searah jarum jam untuk merangsang gerakan usus besar. Lakukan pemijatan pada bayi secara lembut. Bunda dapat melakukan pijat di perut dengan minyak telon ataupun baby oil secara rutin. Pastikan si kecil merasa relaks dan tidak menunjukkan raut wajah kesakitan.
Tujuan dari toilet training untuk menguatkan refleks agar dapat BAB. Sebagian besar si kecil dapat dimulai toilet training saat usia 18 bulan sampai 3 tahun. Caranya adalah menyemangati si kecil duduk di dudukan pispot atau toilet selama 3-5 menit (15 menit setelah makan pagi/siang). Sang buah hati tidak perlu dipaksa harus BAB, yang penting ia mau duduk sebentar dan teratur setiap hari.
Bila keadaan konstipasi ini sudah terjadi sejak lahir, lalu perut bayi tampak kembung, perlu diwaspadai ada keadaan yang lebih berat. Disertai juga dengan pertumbuhan bayi tidak optimal, Bunda perlu mencurigai adanya penyakit Hirschsprung. Penyakit ini didasari karena ada bagian usus yang tidak memiliki saraf, sehingga tidak dapat bergerak untuk mengeluarkan tinja. Bunda sebaiknya membawa si Kecil berobat ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
Nah, demikian ulasan singkat mengenai konstipasi pada bayi, penyebab, serta cara mengatasinya.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…