Bunda pasti pernah mendengar kata mitos dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, mitos berasal dari tradisi lisan masyarakat atau informasi yang turun-temurun datang dari keluarga. Ada banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat yang mungkin pernah Bunda dengar. Nah, rupanya masa nifas pun tak luput dari mitos loh, Bun.
Sebelum mengetahui benar atau tidaknya mitos yang beredar seputar nifas, simak dulu yuk Bun penjelasan mengenai masa nifas dari dr. Cepi Teguh Pramadya, Sp.OG.
Menurut dr. Cepi Teguh Pramadya, Sp.OG, “Nifas adalah fase yang pasti akan Bunda lalui pasca melahirkan, apapun dan bagaimanapun proses persalinannya.”
Bunda juga harus mengetahui kalau masa nifas merupakan fase ketika rahim atau uterus akan berkontraksi sampai kembali ke bentuk semula. Selama fase ini, darah akan keluar dari dalam uterus. Keluarnya darah ini akan terasa seperti haid yang semakin lama semakin berkurang sampai dengan 40 hari lamanya.
Dan jangan lupa, pada fase ini Bunda akan mulai belajar untuk menyusui atau memberikan ASI eksklusif pada si buah hati agar ia tumbuh dan berkembang serta terpenuhi gizinya seperti yang Bunda harapkan.
Darah nifas berasal dari plasenta yang terlepas dari rahim pada persalinan. Proses lepasnya plasenta tersebut disertai robeknya pembuluh darah di dinding rahim, di mana plasenta melekat. Darah tersebut kemudian memenuhi rahim Bunda. Ketika plasenta dikeluarkan, rahim pun berkontraksi sebagai upaya menutup pembuluh darah yang robek dan mengurangi perdarahan.
Bunda, juga sangat penting untuk mengetahui bahwa darah nifas mengalami perubahan dari hari ke hari. Simak penjelasannya.
“Hal yang perlu diperhatikan selama masa nifas tentu saja ada. Salah satunya adalah perihal jumlah darah yang keluar dari vagina Bunda. Jika jumlahnya lebih banyak dari normal, kira-kira lebih dari 5 pembalut penuh per harinya dan kadang disertai demam tinggi lebih dari 38°C, khawatirnya Bunda mengalami infeksi pada selaput lendir rahim atau endometritis,” ucap dr. Cepi.
Dokter Cepi juga mengingatkan bahwa payudara yang bengkak akibat ASI bertumpuk bisa menjadi momok yang sangat mengganggu Bunda. Jika dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan mastitis atau radang pada bagian payudara.
Salah satu mitos nifas yang sering terdengar adalah pembagian nifas berdasarkan dua kategori, yakni nifas pada kelahiran normal dan nifas pada kelahiran Caesar. Namun, dr. Cepi menjelaskan bahwa secara medis tidak ada pembagian-pembagian tertentu berdasarkan persalinan normal ataupun caesar.
“Fase yang akan dilalui sebenarnya sama saja. Hanya saja, pada Bunda yang melakukan persalinan secara caesar, darah yang keluar tidak sebanyak persalinan yang dilakukan secara normal,” tutur dr. Cepi.
Mitos lainnya soal nifas yang sering beredar adalah larangan untuk tidak boleh keramas hingga 40 hari setelah melahirkan. Dokter Cepi pun membantah mitos ini karena sangat bertolak belakang dengan kebenarannya. “Itu hanya mitos saja. Kita malah sangat menginginkan kondisi Bunda yang selalu dalam keadaan bersih dan higienis agar buah hati pun juga tetap sehat,” ucap dr. Cepi.
Dokter Cepi juga menjelaskan bahwa tidaklah mengherankan jika Bunda yang memasuki masa nifas mulai waspada terhadap berbagai pantangan atau mitos karena Bunda ingin lebih berhati-hati. Dituruti atau tidaknya mitos tersebut sepenuhnya kembali lagi kepada Bunda. Siapa tahu memang ada mitos memang baik untuk perkembangan si buah hati ataupun untuk Bunda sendiri.
Yang terutama, Bunda jangan lupa menjaga kesehatan. Utamakan pula olahraga dan makan makanan yang bernutrisi secara teratur agar Bunda dan si buah hati tetap sehat dan bergizi.
Bunda, saat berada di masa nifas juga harus memperhatikan pola makan lho.. Ada banyak makanan bergizi yang direkomendasikan untuk Bunda yang sedang menjalani masa nifas seperti mengonsumsi daging, susu, ikan, sayur, dan buah. Adakah ada suplemen khusus seperti zat besi yang perlu dikonsumsi Bunda yang mengalami nifas?
“Kalau menurut saya sih tidak diperlukan karena saat mengalami nifas tidak terjadi perdarahan yang begitu hebat,” ucap dr Cepi. Namun apabila terdapat atau terjadi hal-hal di luar kendali Bunda, ada baiknya Bunda melakukan pemeriksaan medis.
Untuk menampung darah nifas, Bunda bisa menggunakan pembalut biasa atau pembalut haid. Bagaimana dengan tampon? Tampon sendiri adalah bantalan kapas lembut yang berbentuk silinder dengan benang penarik pada bagian ujungnya. Cara penggunaannya adalah dimasukkan ke liang vagina dengan tujuan untuk menyerap yang keluar dari dinding rahim melalui leher rahim. dr. Cepi juga tidak menyarankan penggunaan tampon pada masa nifas karena dapat menghambat darah yang seharusnya keluar pada masa ini.
Itulah pembahasan mengenai masa nifas beserta mitos yang menyertainya. Apabila Bunda ingin mengetahui informasi menarik lainnya mengenai masa kehamilan, Bunda bisa mengikuti Ibu Sehati di Facebook dan Instagram. Jangan lupa untuk mengunduh aplikasi Ibu Sehati di Google Play Store dan Apple Store untuk kehamilan yang menyenangkan dan menenangkan ya, Bunda.
nifas adalah
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…