Anak sehat, cerdas, dan memiliki kepribadian yang baik memanglah sesuatu yang sangat didambakan setiap orang tua. Salah satu cara agar bayi tumbuh cerdas dan terpenuhi gizinya adalah dengan pemberian ASI.
Bagi bayi baru lahir, ASI sangat baik untuk nutrisi dan kekebalan tubuhnya. Tak hanya sekadar membuat bayi kenyang, ASI juga dapat membantu pertumbuhan otak bayi. Namun, kadang terdapat beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya.
Menurut dr Karina Kaltha, SpA, ada beberapa alasan medis mengapa seorang bunda tidak dapat secara langsung memberikan ASI-nya kepada sang buah hati. Salah satu alasan medis tersebut misalnya ibu mengidap penyakit HIV. Jika ibu yang mengidap HIV menyusui bayinya, virus HIV dikhawatirkan akan tertular ke sang bayi melalui ASI.
Untuk mengatasi masalah seperti ini, usaha medis yang bisa dilakukan adalah dengan cara memberikan pengobatan antiretrovirus bagi bunda yang terdampak. Selanjutnya, bayi akan diberikan susu formula dan pengobatan serta diperiksa apakah bayi sehat atau tidak.
“Beberapa kondisi medis lain yang menjadi kendala bagi bunda untuk menyusui adalah konsumsi obat kemoterapi, konsumsi obat penenang, radioaktif, dan kondisi payudara hipoplastik. Selain itu, kondisi bunda yang pernah mengalami operasi mastektomi dan kondisi bayi galaktosemia (masalah penyerapan gula) juga bisa menjadi kendala,” tutur dr Karina.
Namun, jika kendala pemberian ASI terjadi karena bayi lahir dalam keadaan prematur ataupun bibir sumbing, ASI dapat dipompa dan tetap diberikan sampai keadaan reflex hingga kondisi bayi membaik atau sumbing telah dikoreksi dokter bedah.
Semua ibu yang melahirkan bayinya tentu sangat berharap dapat memberikan ASI eksklusif kepada buah hati. Namun, bila terjadi indikasi medis sehingga Bunda tidak dapat memberikan ASI, Bunda sebaiknya berkonsultasi kepada dokter dan tidak putus asa. Nutrisi bagi bayi dapat tetap diberikan misalnya melalui ASI donor ataupun susu formula. Yang terpenting, tumbuh kembang bayi tetap dipantau secara rutin ke fasilitas kesehatan.
Bila si kecil sudah mendapatkan ASI donor ataupun susu formula sebagai pengganti ASI, perkembangan dan pertumbuhan si kecil harus selalu dipantau. Panjang badan dan lingkar kepala bayi harus diukur apakah sudah sesuai dengan kurva pertumbuhan dan sesuai usia bayi saat ini. Apabila gizi sang anak sudah baik, barulah dapat dilanjutkan kembali pemberian ASI secara eksklusif.
Bila Bunda masih mengalami kendala terkait pemberian ASI dan gizi bayi, tidak masalah bagi bunda untuk datang ke petugas kesehatan agar dapat dicarikan solusi terbaik. Meski pemberian susu formula sempat disebutkan sebagai alternatif, Bunda sangat tidak disarankan untuk langsung memberikan susu formula sebagai pengganti ASI kepada si kecil. Sebaiknya, konsultasikan terlebih dulu dengan dokter sebelum mengambil keputusan.
Bunda jangan ragu meminta bantuan tenaga medis. “Pemerintah pun telah memberikan sarana dan prasarana kesehatan, baik rumah sakit umum pusat, rumah sakit daerah, puskesmas, posyandu, sekaligus tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan untuk membantu Ibu,” ucap dr Karina Kaltha.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…