Categories: Kehamilan

Toxoplasma Gondii, Parasit Yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil

Pernahkah Bunda mendengar toxoplasma gondii? Bila belum, Bunda perlu memahami bahwa toxoplasma gondii adalah parasit yang bisa menyebabkan infeksi bernama toxoplasmosis. Parasit serta infeksi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin.

Menurut dr. Cepi Teguh Pramadya, SpOG, toxoplasma gondii adalah sejenis parasit protozoa yang penyebarannya dapat disebabkan oleh paparan feses kucing yang mengandung parasit tersebut. Tak hanya itu, parasit ini juga dapat tersebar melalui makanan mentah dan transfusi darah loh, Bun. Bagi ibu hamil, toxoplasma gondii perlu lebih diwaspadai karena parasit dapat menular ke janin melalui plasenta Bunda.

Bahaya Toxoplasma Gondii bagi Ibu Hamil

“Bagi Bunda yang sedang mengandung, berhati-hatilah jika mengonsumsi makanan, terutama jika mengonsumsi daging mentah. Makanan tersebut bisa mengandung parasit Toxoplasma gondii yang kemudian juga bisa masuk (ke janin) melalui plasenta Bunda yang sedang hamil,” ucap dr. Cepi.

Toxoplasma gondii memang tidak tersebar dari manusia ke manusia, kecuali pada ibu hamil yang bisa menularkan ke janinnya. “Dampak toxoplasma gondii pada ibu hamil adalah sistem imunitas tubuh ibu melemah, pertumbuhan janin terhambat, hingga keguguran atau kematian janin dalam kandungan,” ujar dr. Cepi.

Kalau begitu, perlukah Bunda mendeteksi keberadaan virus tersebut? Menurut dr. Cepi, hal ini kembali lagi ke diri Bunda karena pemeriksaan laboratorium toksoplasma tidak termasuk dalam skrining rutin ibu hamil.

Bagaimana Gejalanya?

Sebagai langkah awal mendeteksi keberadaan parasit Toxoplasma gondii, Bunda bisa mengenali gejalanya. Walau keberadaan parasit satu ini sulit dikenali karena tak ada gejala yang kuat, menurut dr. Cepi ada beberapa gejala infeksi toxoplasmosis yang mirip dengan infeksi kecil pada umumnya.

“Gejala keberadaan parasit Toxoplasma gondii  biasanya mirip dengan infeksi pada umumnya, seperti flu, demam, nyeri otot, gampang capek, dan kadang radang di tenggorokan,” jelas dr. Cepi.

Gejalanya tampak ringan ya, Bun? Namun, jangan disepelekan. Dampak infeksi toxoplasmosis pada janin bisa lebih parah. Misalnya, timbul hidrocepalus atau tekanan pada otak, anemia, tuli congenital atau gangguan pendengaran saat lahir, kejang, hepatomegali atau pembesaran organ hati, dan ruam kulit. Tak hanya itu, janin bahkan bisa lahir secara prematur atau lebih parahnya lagi mengalami keguguran.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Menurut dr. Cepi, mencegah infeksi toxoplasmosis hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri. “Prinsipnya adalah dengan menjaga higienitas dan kesehatan kita. Cuci tangan sebelum dan setelah memegang kucing. Tempatkan kucing di kandangnya dan jangan biarkan ia tidur bersama kita. Selalu makan daging  yang matang. Jangan yang mentah,” jelas dr. Cepi.

Selain itu, ada pula beberapa hal lainnya yang bisa Bunda lakukan agar terhindar dari parasit toxoplasma gondii, baik saat Bunda sedang dalam masa kehamilan ataupun sebelum memasuki masa kehamilan. Coba lakukan hal ini ya, Bun.

1. Cuci Bersih Bahan dan Peralatan Makan

Parasit Toxoplasma gondii bisa menular melalui makanan. Oleh karena itu, saat bunda akan memasak makanan, cucilah tangan terlebih dahulu agar makanan yang Bunda siapkan bersih dan terhindar dari kuman. Cuci pula buah dan sayuran sebelum dimasak atau disantap. Masak daging sampai benar-benar matang serta hindari mengonsumsi susu kambing. Setelah itu, cuci bersih peralatan yang digunakan untuk memasak dan mengolah daging mentah.

2. Cuci Tangan Selepas Keluar Rumah

Jika Bunda hobi melakukan kegiatan atau jalan-jalan di luar rumah, maka Bunda dianjurkan untuk lebih berhati-hati. Cuci tangan sampai bersih setelah beraktivitas di luar ruangan, terutama bila di area tersebut terdapat banyak binatang. Parasit Toxoplasma gondii  tidak hanya datang dari kucing lho, Bun. Hewan ternak juga bisa.

Jika Bunda merasa memiliki faktor risiko penularan parasit Toxoplasma ada baiknya melakukan pemeriksaan TORCH sebelum berencana hamil dan saat hamil trimester pertama.

Pemeriksaan TORCH ini dilakukan dengan memeriksa sampel darah pasien untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi yang spesifik untuk penyakit-penyakit tersebut (Toksoplasma, Other Infection, Rubella, CMV, dan Herpes).

Ibu Sehati

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago