Categories: Persalinan

Panduan Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat

Memberi jarak kehamilan setelah melahirkan memang bijak dilakukan. Kehamilan yang terlalu dekat dapat berisiko terhadap ibu dan janin. Apalagi jika kondisi ibu belum pulih benar. Untuk itu, alat kontrasepsi menjadi hal yang sangat penting sebagai alat untuk mencegah kehamilan.

Setidaknya ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai. Faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah waktu, penyakit dan faktor lainnya, serta edukasi. Berikut adalah pemaparan dari masing-masing faktor.

Faktor-Faktor yang Perlu Bunda Perhatikan dalam Memilih Kontrasepsi

Waktu

Yang dimaksud dengan waktu dalam poin ini adalah waktu penundaan kehamilan atau jarak usia dari satu anak ke anak yang lainnya. Dalam hal ini, jika Bunda ingin memberi jarak terpaut 5 tahun, sebaiknya Bunda tidak memilih pil KB sebagai solusinya. Pil KB rentan terlupa diminum sehingga tak efektif untuk penundaan kehamilan dalam jangka panjang.

Penyakit dan Faktor Lainnya

Sebelum memilih alat kontrasepsi yang tepat, dokter atau tenaga kesehatan biasanya mengecek riwayat penyakit kanker yang ada di keluarga. Pasalnya, pada wanita dengan kanker yang sensitif terhadap hormon estrogen dan progesteron, beberapa alat kontrasepsi akan menimbulkan masalah. Untuk pasien dengan riwayat kanker, disarankan untuk memilih alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon seperti IUD.

Edukasi

Terakhir, Bunda harus memiliki pengetahuan terkait alat kontrasepsi yang akan dipilih, juga kesanggupan Bunda menggunakannya. Pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai bisa dikonsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan untuk menemukan mana yang paling tepat untuk Bunda dan suami. Konsultasi tersebut harus dilakukan bersama tenaga medis. Bukan hanya dokter tetapi juga bisa dengan bidan. Dengan pengetahuan yang cukup, Bunda dapat melakukan keputusan secara sadar dan pemakaian kontrasepsi akan lebih optimal.

Selain berkonsultasi kepada dokter atau bidan, Bunda juga harus memperhatikan efek samping penggunaan alat kontrasepsi yang sudah dipilih. Jika  Bunda mengalami efek samping setelah menggunakannya, segera tanyakan kepada dokter.

Jenis Kontrasepsi yang Bisa Dipilih

Setelah memperhatikan hal di atas, ada beberapa jenis alat atau metode kontrasepsi yang bisa Bunda pilih.

Kontrasepsi alamiah

Kontrasepsi alamiah adalah cara menunda kehamilan tanpa menggunakan alat maupun modifikasi hormon. Hal ini dapat dilakukan dengan hubungan seksual terputus, yaitu pengeluaran sperma di luar vagina. Selain itu, kontrasepsi alamiah dapat dilakukan dengan menghindari berhubungan intim saat masa subur. Untuk melakukannya Bunda perlu mencatat siklus haid Bunda. Berkonsultasilah dengan dokter kandungan atau bidan untuk mengetahui masa subur Bunda secara akurat.

Kelebihan: Tidak berbiaya dan tidak ada risiko kesehatan.

Kekurangan: Tingkat kegagalan cukup tinggi terutama bila Ayah dan Bunda tidak disiplin dalam menjalankan komitmen ini. Selain itu tidak ada perlindungan pasangan dari penyebaran penyakit menular seksual (PMS).

Kondom

Metode ini menggunakan alat berupa sarung karet yang dipasangkan ke penis selama berhubungan seksual. Alat ini berfungsi mencegah atau menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur yang bisa menyebabkan pembuahan. Kondom dipasang saat penis mengalami ereksi dan dilepas setelah sperma dikeluarkan.

Kelebihan: Dapat mencegah kehamilan 88 – 89% jika dipakai dengan benar dan rutin. Kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual. Selain itu kondom mudah diperoleh, harganya relatif tidak mahal, dan tidak mengganggu produksi ASI, jika Bunda masih menyusui.

Kekurangan: Keharusan memasang kondom saat penis mengalami ereksi dapat mengganggu kenyamanan saat berhubungan seksual.

Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi ini dipasang dalam rahim dan dapat mencegah kehamilan dengan menghambat masuknya sperma ke saluran telur, mengentalkan cairan rahim sehingga sperma sulit bergerak, dan juga mengganggu penempelan embrio jika ternyata terjadi pembuahan. Jenis AKDR yang paling umum adalah spiral atau IUD.

Kelebihan: Angka keberhasilan kontrasepsi ini sangat tinggi. Efektivitasnya bisa dirasakan sesaat setelah pemasangan. IUD juga dapat bertahan lama di dalam rahim, yakni antara 3 sampai 5 tahun. Penggunaan IUD juga tidak mengganggu ASI dan kenikmatan berhubungan seksual.

Kekurangan: Alat ini bisa mengganggu siklus dan jumlah darah saat menstruasi, menjadi lebih lama dan banyak. Beberapa wanita juga merasakan menstruasi yang lebih nyeri daripada biasanya. Perlu diketahui juga, beberapa minggu setelah penggunaan IUD biasanya wanita akan mengalami keputihan, dari yang ringan sampai berat. Pastikan Bunda selalu menjaga kebersihan area intim dan mengganti celana agar tetap kering, ya.

Kontraindikasi: IUD atau spiral tidak disarankan bagi wanita yang sedang hamil, sedang mengalami perdarahan di luar mens yang penyebabnya belum diketahui, mengalami infeksi di organ reproduksi, serta mengalami kanker saluran rahim.

Kontrasepsi Hormonal

Kerja kontrasepsi hormonal adalah dengan menekan pematangan sel telur, mengentalkan lendir rahim serta menghambat pergerakan saluran telur. Ada dua jenis kontrasepsi hormonal, yaitu kombinasi estrogen dan progestin. Sementara dari bentuk bisa dibedakan menjadi empat, yaitu suntik, pil, susuk dan IUD progesteron.

Kelebihan: Efektivitas kontrasepsi jenis ini dalam mencegah kehamilan bisa dibilang cukup tinggi (1 kehamilan per 1000 perempuan yang memakai), siklus mens tidak terganggu, dan kesuburan dapat segera kembali setelah penggunaan dihentikan.

Kekurangan: Bisa menyebabkan perubahan pola mens, penggunaan perlu diulang dan dilakukan secara teratur, dan pada suntikan kombinasi kesuburan tidak segera kembali setelah penggunaan dihentikan.

Kontraindikasi: Suntik kombinasi tidak disarankan untuk wanita yang sedang menyusui, berusia lebih dari 35 tahun dan merokok, serta memiliki riwayat penyakit jantung, stroke dan hipertensi.

Itulah panduan memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai. Bunda ingin mendapatkan informasi lain seputar kehamilan dan persalinan? Yuk bergabung dengan Ibu Sehati di kanal media sosial. Like dan follow Ibu Sehati Facebook dan Instagram untuk panduan menjalani kehamilan.

dr. Cepi Teguh Pramayadi SpOG, MARS

Dokter Cepi merupakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang saat ini menjabat sebagai Laparoscopic Surgeon Head di Pusat Pelayanan Operasi RSUI. Saat ini, dokter yang juga berperan sebagai pengajar Universitas Indonesia ini sedang menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia. Sebelumnya, ia memperoleh gelar spesialisnya juga di Universitas Indonesia.Tak hanya memiliki gelar spesialis di bidang obstetri dan ginekologi, ia juga memiliki gelar magister di bidang administrasi rumah sakit dari pendidikannya di Universitas Respati Indonesia. Kesibukan Dokter Cepi sangat beragam. Ia di antaranya memiliki pengalaman sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar, seperti “The 2nd Indonesian Gynecological Endoscopy Society National Meeting” dan “Malaysia, Indonesia and Brunei Darusssalam Medical Science Conference”. Tak hanya itu, Dokter Cepi juga kerapkali menjadi instruktur di berbagai pelatihan, seperti “Bali Course on Gynecology Laparoscopy” dan “Laparoscopy Tubal Occlusion” yang diselenggarakan oleh BKKBN.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago