Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2734

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2738

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/output.class.php on line 3679
Bunda yang Single Parent, Ini Cara Mempersiapkan Diri Sambut Si Kecil -
Connect with us

Kehamilan

Bunda yang Single Parent, Ini Cara Mempersiapkan Diri Sambut Si Kecil

Dukungan dari pasangan & keluarga selama kehamilan sangat penting. Namun, bagaimana jika Bunda adalah single parent & mesti menjalaninya sendirian?

mm

Published

on

single parent
Dukungan dari pasangan & keluarga selama kehamilan sangat penting. Namun, bagaimana jika Bunda adalah single parent & mesti menjalaninya sendirian?

Tahukah Bunda, kehamilan membawa dampak dan perubahan pada kondisi psikologis. Emosi yang berubah-ubah akan sangat wajar terjadi karena hormon dalam tubuh Bunda. Bunda bisa tiba-tiba bahagia, sensitif, mudah sedih, kecewa, sampai merasa tersinggung dan cemas.

Oleh sebab itu, keberadaan orang terdekat seperti pasangan dan anggota keluarga sangatlah penting untuk mendampingi Bunda. Selain menjadi penolong pertama, kehadiran mereka juga dapat membuat Bunda tenang dalam menjalani proses kehamilan. Namun, bagaimana bila Bunda adalah seorang single parent atau tinggal jauh dari keluarga? Bagaimana dampak kondisi ini pada kehamilan Bunda?

Hal yang Bunda Butuhkan Selama Kehamilan

Menurut psikolog Annisa Cahya Ningrum, ada beberapa hal yang Bunda butuhkan selama kehamilan.

Bantuan Fisik

Dengan bertambahnya usia kehamilan, fisik Bunda saat hamil akan semakin lemah dan tidak kuat lagi untuk melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak mendapat dukungan dari suami, maka pastikan ada orang lain yang membantu Bunda mengurus rumah, seperti bersih-bersih atau memasak.

Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis dari suami selama kehamilan pasti sangat diharapkan. Kehadirannya bisa memberi semangat dan motivasi agar Bunda tidak sedih ketika mual atau muntah. Ia juga bisa turut membangun kegembiraan selama menanti kelahiran si kecil nanti.

Namun, bagaimana jika Bunda tidak mendapat dukungan dari suami, baik secara fisik ataupun mental? Maka, Bunda harus mencari pelindung lain, seperti orang tua, sahabat, tenaga medis, atau komunitas.

“Carilah teman curhat yang bisa menjadi pendengar  yang baik, mengurangi kegalauan, dan mampu memotivasi sehingga Bunda tidak depresi atau merasa bersalah,” ucap Annisa.

Pengawasan Medis dan Kesehatan

Selama kehamilan, melakukan kontrol rutin ke tenaga medis adalah hal penting bagi Bunda. Bunda mungkin bisa melakukan kontrol sendiri ke rumah sakit. Namun, ada kalanya Bunda membutuhkan bantuan dari orang terdekat untuk mengantar ke rumah sakit, terutama jika Bunda sedang tidak enak badan. Jika tidak ada suami atau anggota keluarga terdekat yang mengantar Bunda ke klinik, maka sebaiknya Bunda tetap meminta bantuan orang lain yang bisa menemani Bunda.

Kebutuhan Materi

Harapannya, suami adalah pihak yang bisa memenuhi semua kebutuhan Bunda selama hamil sampai melahirkan. Banyak biaya yang diperlukan agar Bunda bisa mendapat penanganan yang maksimal dan terpenuhi kebutuhannya. Jika hal ini tidak didapatkan dari suami, dan kalau kebetulan Bunda juga dalam kondisi tidak bekerja, sebaiknya Bunda mencari bantuan secara ekonomi kepada pihak-pihak yang memungkinkan. Kini Bunda juga bisa mengandalkan BPJS untuk biaya persalinan loh!

Apa Dampak Menjalani Kehamilan Sendirian bagi Kondisi Psikologis Bunda?

“(Menjalani kehamilan sendirian) bisa berisiko bagi kondisi psikologis ibu, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Ini terjadi jika ibu tidak mendapat dukungan dan bantuan dari suami atau keluarga,” ucap Annisa.

Dampak yang paling sederhana dari menjalani kehamilan sendirian adalah merasa kelelahan dan sulit mengatur waktu. Bunda akan menjadi moody, mudah emosi, dan sensitif. Bunda juga  akan merasa kehilangan waktu untuk diri sendiri dan merasa tidak bahagia.

Keadaan bisa menjadi lebih buruk jika Bunda tidak memiliki daya tahan dan ketangguhan fisik serta mental yang memadai. “Lebih parahnya, ibu akan menjadi depresi dan tidak bisa mengurus si kecil secara maksimal. Bunda bisa mengalami gangguan tidur, gangguan makan, menangis tiada henti, merasa bersalah, merasa tidak berharga, dan lain-lain yang merupakan gejala depresi postpartum,” tutur Annisa.

Dampak jangka panjang juga bisa terjadi pada anak lho, Bun. Jika Bunda mengalami depresi, anak bisa lebih mudah rewel, terlambat bicara, dan tidak memiliki kelekatan fisik dan emosional yang baik dengan ibunya.

“Risiko terberat adalah Bunda tidak bisa berpikir dan merasa sangat lelah, sehingga akhirnya timbul keinginan untuk bunuh diri,” ucap Annisa.

Untuk menghindari hal ini, maka sebaiknya Bunda tidak menutup diri dan berceritalah kepada orang terdekat. Bunda juga bisa meminta bantuan profesional untuk mengatasi hal ini.

Menghindari stigma dan judgement dari lingkungan sekitar

“Bunda yang single parent memang berisiko mendapat stigma atau judge negatif dari lingkungan hingga sedih dan stres. Sayangnya, kita tidak bisa mengatur orang lain untuk bersikap seperti yang kita inginkan,” tutur Annisa.

Jadi, yang bisa Bunda lakukan adalah belajar menjadi ibu yang tangguh. “Ibu harus bisa menyaring dan berani ‘mengabaikan’ pendapat yang berdampak negatif. Carilah teman-teman yang senantiasa memberi dukungan bagi kehamilan yang penuh perjuangan ini,” ucap Annisa.

Solusi Terbaik untuk Bunda Single Parent

Annisa menuturkan bahwa menjadi single parent memang banyak tantangannya. Ada beberapa hal yang perlu Bunda lakukan agar bisa menjalani peran ini dengan baik dan optimal.

  • Jagalah kesehatan. Jangan abaikan asupan makanan dan waktu istirahat. Ibu yang sehat sangat diperlukan untuk tumbuh kembang si kecil yang optimal.
  • Cari bantuan, karena Bunda tidak mungkin melakukannya sendiri. Fisik dan mental harus dijaga staminanya. Jika memang lelah, segera berhenti dan jangan memaksakan diri.
  • Belajar manajemen waktu. Manajemen waktu  yang baik sangat diperlukan ketika Bunda mengurus rumah tangga sendirian. Buat skala prioritas, mana pekerjaan yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda. Juga, jangan mengerjakan beberapa pekerjaan berat sekaligus.
  • Carilah sahabat yang bisa menjadi teman curhat dan dapat dipercaya.
  • Menjadi orang tua tunggal berarti Bunda juga mesti mencari nafkah. Jika memungkinkan, carilah tempat kerja yang bersahabat bagi ibu yang memiliki anak.

Bunda, itulah gambaran kondisi kehamilan tanpa didampingi pasangan atau anggota keluarga. Jika Bunda ingin mengetahui lebih lanjut seputar kehamilan dan persalinan, mari bergabung dengan Ibu Sehati di laman Facebook dan Instagram.  Tetap semangat ya, Bun!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kehamilan

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

mm

Published

on

efek keguguran
Efek keguguran tak hanya pada psikis, tapi juga fisik

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John Legend, sempat berbagi cerita pengalamannya melalui keguguran via Instagram maupun Twitter. Dari kisahnya, kita jadi memahami bahwa keguguran bukanlah pengalaman yang mudah untuk dilalui, baik secara psikis maupun fisik. Efek keguguran pada fisik ibu bahkan bisa bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Bila Bunda adalah salah satu yang baru saja melalui momen berat itu, artikel ini mungkin bisa membantu Bunda memahami perubahan apa saja yang terjadi dan apa yang harus dilakukan karenanya.

Perubahan Fisik setelah Mengalami Keguguran

Di Indonesia, perempuan pekerja yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan lamanya. Pemberian waktu istirahat ini bukan tanpa alasan. Selain kondisi emosional yang butuh waktu untuk pulih, kondisi fisik Bunda setelah mengalami keguguran pun akan terasa sangat berbeda.

Dilansir dari Parents.com, semakin lama Bunda mengalami kehamilan sebelum akhirnya keguguran, semakin banyak pula efek keguguran yang akan dirasakan tubuh. Hal paling mungkin yang Bunda rasakan adalah perubahan pada payudara dan kenaikan berat badan. 

Jika Bunda mengalami kematian janin dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD) di mana usia kandungan sudah di atas 20 minggu, Bunda mungkin sudah merasakan penuh pada payudara karena ASI sudah mulai dipersiapkan. ASI yang semestinya diperuntukkan bagi bayi, kini tetap tinggal dalam payudara dan bisa menimbulkan rasa sakit.

Tak hanya itu, hal lainnya yang mungkin Bunda alami adalah timbulnya selulit, sakit pada perut, rambut rontok, hingga rasa sakit pada vagina. Rasa sakit pada vagina ini umumnya dirasakan oleh para bunda yang mendapatkan episiotomi (jahitan pada perineum) ketika proses mengeluarkan janin. 

Bunda juga akan merasakan kram perut karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan sisa darah. Perdarahan yang lebih banyak dari menstruasi pun akan terjadi. Gumpalan darah pun mungkin akan turut keluar. Bagi Bunda yang sebelumnya pernah melahirkan, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan masa nifas. 

Efek keguguran pada tubuh ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu tergantung lamanya kehamilan sebelum mengalami keguguran. Perdarahan yang dialami oleh perempuan saat keguguran di usia 6 minggu biasanya akan lebih sedikit dan singkat dibanding perdarahan pada keguguran di usia 16 minggu.

Kondisi Emosional yang Dialami

Selain perubahan fisik, perubahan emosional tak dapat dinafikan. Rasa bingung, sedih, bahkan bersalah, campur baur jadi satu. Dan rasa duka ini mungkin diperparah dengan kondisi hormon yang berubah tiba-tiba. Saat keguguran terjadi, hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Hormon hCG pun pelan-pelan menurun hingga nol. Kondisi emosional yang sudah tak stabil akan bertambah buruk karena hal ini.

Bagaimana Menyelesaikannya?

Kondisi fisik yang melelahkan ditambah dengan kondisi emosional yang masih berduka mungkin membuat Bunda ingin menyendiri dan menjauh dari kehidupan sosial. Its okay, take your time. Namun, jika dirasa Bunda tak dapat menyelesaikannya sendiri, cobalah ungkapkan perasaan kepada orang terdekat yang membuat Bunda nyaman. Entah itu pasangan, orang tua, atau sahabat. 

Tak perlu pula merasa bersalah jika Bunda ingin menerima bantuan sebanyak mungkin. Kondisi fisik yang belum sepenuhnya prima mungkin akan membuat Bunda kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sahabat ataupun saudara menawarkan bantuan, terimalah selama Bunda merasa nyaman.
Jika bercerita dengan orang terdekat belum juga mendamaikan hati Bunda, Bunda bisa meminta bantuan profesional, seperti terapis, psikolog, ataupun psikiater. Bergabung dalam support group pun terkadang bisa membantu. Namun, pastikan support group yang Bunda ikuti diampu oleh seorang tenaga ahli, ya.

Continue Reading

Kehamilan

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

mm

Published

on

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri bagi ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan? Begitu pun pada bayi yang baru lahir.

Risiko selama Kehamilan

Dilansir dari mayoclinic.org, risiko penularan Covid-19 pada ibu hamil berada pada level rendah. Namun, kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius pada bumil yang menderita Covid-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ibu hamil dengan Covid-19 lebih berpotensi mengalami masalah pernapasan yang membutuhkan penanganan intensif dibanding pasien yang tidak dalam keadaan hamil. Ibu hamil dengan Covid-19 juga lebih mungkin membutuhkan ventilator.

Sebuah studi dari para peneliti di University of Jordan menunjukkan sisi lain dampak pandemi bagi ibu hamil. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 900 orang ibu hamil ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pemeriksaan kehamilan yang signifikan. Hanya 4% ibu hamil yang menerima pemeriksaan kehamilan selama lockdown. Padahal, ibu hamil saat pandemi sangat membutuhkan pemeriksaan kehamilan tepat waktu dan berkualitas demi kesehatan bayi yang dikandung. 

Di Indonesia sendiri, Bunda bisa melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan yang tentunya lebih dekat dari rumah dan lebih kecil kemungkinannya berkontak dengan pasien lain. Cara ini bisa membuat Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan kehamilan meski PSBB diberlakukan. Risiko penularan Covid-19 pun lebih rendah. Dengan catatan, kehamilan Bunda tidak berisiko dan tidak memiliki komplikasi serius ya. Kehamilan dengan risiko sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter kandungan.

Persalinan di Tengah Pandemi

Ibu yang hamil saat pandemi berpotensi besar juga melahirkan di kala pandemi. Hal ini bisa menjadi kerugian tersendiri. Mengapa? 

Di masa pandemi, mayoritas faskes hanya memperbolehkan satu pendamping selama persalinan dan selama di ruang perawatan, beberapa faskes bahkan tidak memperbolehkan adanya pendamping sama sekali kala proses melahirkan. Padahal, ibu baru membutuhkan dukungan sebanyak yang diperlukan. Rasa lelah setelah melahirkan ditambah adaptasi dengan kehadiran bayi kadang membuat ibu baru kewalahan. Belum lagi ancaman baby blues yang bisa berkembang menjadi depresi pasca persalinan bila rasa sedih dan stres tinggal berlarut-larut. Angka depresi pasca persalinan sendiri meningkat selama pandemi, loh.

Dampak Pandemi bagi Bayi yang Baru Lahir

Tak hanya bagi Bunda, pandemi juga memiliki dampak sendiri bagi bayi. Sistem imun yang belum sempurna membuat bayi rentan tertular Covid-19, apalagi anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan masker karena khawatir mengganggu jalannya pernapasan. 

Belum lagi jika ada anggota keluarga yang kekeuh ingin menjenguk si kecil di tengah pandemi, risikonya pasti akan berlipat. Sulit pasti menerapkan protokol pada keluarga sendiri, tapi tetap dicoba ya, Bun. Mintalah keluarga yang menjenguk mengenakan masker baru ketika berada di dekat si kecil.

Bagi bayi yang orang tuanya terinfeksi Covid-19, ada kerugian lain yang akan dialami. Biasanya, bayi akan dipisahkan dari ibunya dan tidak bisa dirawat gabung demi mencegah penularan. Ini akan mengurangi peluang bayi untuk melakukan skin to skin contact dengan sang bunda. Pada beberapa kasus, ada pula kemungkinan bayi diperbolehkan pulang terlebih dulu dari rumah sakit, sementara sang ibu masih dirawat, sehingga proses menyusui langsung tidak bisa dilakukan dengan optimal.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 bagi Bunda yang tengah hamil dan keluarga, hal yang bisa dilakukan adalah mematuhi protokol kesehatan. Hindari bepergian ke luar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. Kalaupun harus ke luar rumah, selalu gunakan masker dan jaga jarak. Minta pula orang-orang yang tinggal serumah melakukan hal yang sama. Jangan lupa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum menyentuh wajah atau makan/minum. Konsumsi gizi seimbang agar daya tahan tubuh terjaga.

Yang terpenting tetap semangat ya, Bun. Semoga senantiasa sehat!

Continue Reading

Kehamilan

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

mm

Published

on

vaksin covid untuk ibu hamil
Apakah vaksin Covid-19 bagi ibu hamil atau menyusui benar aman dan efektif?

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program yang terus bergulir, banyak juga pertanyaan terkait keamanan dan efektivitas vaksin, salah satunya untuk ibu hamil dan menyusui. 

Berikut ini Ibu Sehati merangkumkan beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai kaitan vaksin Covid-19 dengan ibu hamil dan menyusui. Yuk, disimak. 

Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19?

Tujuan vaksin adalah agar penerima dapat memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk Covid-19 itu sendiri, yang menjadi penyebabnya adalah virus SARS CoV-2. Melalui vaksinasi tubuh kita berkenalan dengan virus tersebut. Setelah dikenali, diharapkan tubuh dapat membangun sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut. Mereka yang belum menerima vaksin, tubuhnya tidak mengenali virus dan tidak tahu cara melawannya. Itu sebabnya, mereka yang tidak menerima vaksin, dapat jatuh sakit karena tubuh tidak memiliki bekal untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. 

Akan tetapi, kekebalan tubuh itu tidak datang secara serta-merta. Diperlukan waktu bagi vaksin untuk dapat bekerja maksimal. Vaksin SInovac yang digunakan di Indonesia, misalnya, diperlukan dua kali suntikan dengan jarak antara 28 hingga 40 hari. 

Apakah janin bisa mengidap Covid-19 jika ibu hamil menerima vaksin Covid-19?

Melalui vaksinasi Covid-19, bayi dalam kandungan ibu tidak akan terpapar virus. Virus Covid-19 itu sendiri terbuat dari satu protein yang tidak akan bereplikasi di dalam tubuh manusia. Selain tidak menyebabkan seorang yang divaksin menjadi positif Covid-19, begitupun janin dalam perut ibu hamil. 

Apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Dalam situasi darurat, uji klinis vaksin tidak akan melibatkan ibu hamil. Itu sebabnya, hingga sekarang tidak ada angka efikasi maupun keamanan vaksin bagi ibu hamil. Dari semua vaksin Covid-19 yang beredar saat ini pun tidak ada yang melibatkan ibu menyusui dalam uji klinisnya. 

Namun, vaksin dari jenis mRNA yang tidak diaktifkan, sehingga tidak dapat bereplikasi dibandingkan vaksin lain dengan jenis yang sama seperti vaksin tetanus, difteri maupun influenza. Sehingga, secara umum vaksin jenis ini aman dan dapat memberikan perlindungan pasif untuk janin, serta tidak menyebabkan keguguran maupun kelainan kongenital. 

Namun demikian, sejumlah badan dunia, organisasi profesi, lembaga kesehatan nasional maupun internasional seperti World Health Organisation (WHO) dan Persatuan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) belum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil. Sebaliknya, vaksinasi bagi ibu menyusui diperbolehkan sepanjang tidak ada kontraindikasi. 

Apakah perlu berhenti menyusui setelah divaksin?

Bayi akan mendapatkan segudang manfaat dari air susu ibu. Manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi begitu berlimpah, termasuk di dalamnya antibodi. Itu sebabnya, Bunda tidak perlu berhenti menyusui setelah menerima vaksin Covid-19. Bahkan bayi dapat menerima manfaat vaksin dari ASI Bunda. 

Saya berencana menjalankan program hamil, apakah boleh divaksin?

Jika Bunda berencana menjalankan program kehamilan, sebaiknya tunda terlebih dahulu sampai mendapatkan vaksin Covid-19. Bunda dapat menjalankan program hamil paling lama 4 minggu setelah divaksin untuk menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Saya tengah melaksanakan vaksinasi lain, apakah dapat menerima vaksin Covid-19?

Tergantung vaksinasi apa yang sedang dilaksanakan. Jika dari vaksinasi tersebut diharapkan angkat titer antibodi tinggi dalam waktu yang cepat, maka vaksinasi tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu. Sementara untuk pemberian vaksin yang bersifat booster atau penguat, dapat ditunda.  

Apakah vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan?

Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan. Kabar ini sempat beredar Desember tahun lalu. Dikatakan bahwa kandungan yang ada pada vaksin bisa menyerang protein yang diperlukan untuk perkembangan plasenta. Akan tetapi, direktur WHO menepis kabar tersebut. Menurut situs Healthline, protein vaksin Covid-19 merupakan struktur yang sama sekali berbeda dari protein yang ada di plasenta. Sehingga, keduanya tidak berhubungan. 

Continue Reading

Trending