Categories: Parenting

Mitos Seputar Merawat Bayi Baru Lahir

Cara satu orang tua mengasuh anaknya akan berbeda dengan orang tua lainnya. Namun, tahukah bahwa metode-metode merawat anak ini sebenarnya hanyalah mitos belaka? Cari tahu faktanya dalam ulasan berikut ini.

Bayi memerlukan penanganan ekstra hati-hati karena masih sangat sensitif. Tak jarang, orang tua Bunda menganjurkan berbagai cara merawat bayi yang dianggap sudah teruji kebenarannya. Namun, ingatlah untuk berpikir kritis ya, Bun. Pasalnya, tak semua anjuran bisa langsung diterapkan mentah-mentah. Bunda harus pintar memilih mana yang bisa diaplikasikan dan mana yang merupakan mitos merawat bayi. Untuk tahu jawabannya, simak artikel ini yuk, Bun.

Bayi Tidak Perlu Imunisasi

Banyak sekali mitos yang berkembang di masyarakat mengenai imunisasi pada bayi. Tentunya kita ingin bayi kita dalam keadaan sehat selalu, namun kita juga perlu melindunginya dari penyakit infeksi yang berbahaya.

Bunda tentu senantiasa menjaga kebersihan dan mencuci tangan agar sang buah hati tak terinfeksi, namun banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar dan berpotensi mencelakai bayi. Penyakit campak misalnya, bisa menular lewat udara. Sehingga, imunisasi sangat penting perannya dalam melindungi si kecil.

Beberapa imunisasi yang dianjurkan adalah yang dapat mencegah penyakit infeksi berbahaya, misalnya polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak.

ASI Harus Diperas dan Dibuang Sebelum Menyusui

Pada saat bayi baru lahir, disarankan bila bayi bugar dapat dilakukan inisiasi menyusu dini. Hal tersebut dilakukan agar bayi mendapatkan ASI pertama (kolostrum) yang sangat banyak mengandung zat kekebalan tubuh. Oleh karena itu, salah sekali bila ASI diperas dan dibuang sebelum menyusui. Hal tersebut hanya mitos karena orang dahulu menganggap ASI bisa saja basi dalam payudara sehingga perlu dibuang dulu sebelum menyusui. Faktanya, ASI tidak akan pernah basi.

Bayi Harus Pakai Gurita

Bayi bernapas dengan menggunakan otot perutnya. Bila kita memakaikan gurita di perut bayi, maka hal tersebut dapat mengganggu pernapasan bayi karena otot perutnya tertahan gurita. Memakaikan gurita pada bayi merupakan mitos yang diturunkan dari orang tua. Namun, sebaiknya kebiasaan ini ditinggalkan. Jika biasanya orang tua memakaikan gurita pada bayi agar perutnya tidak kembung, gurita malah membuat bayi sulit bernapas dan sesak. Oleh karena itu, penggunaan gurita tidak dianjurkan pada bayi.

Jangan Potong Kuku Bayi dalam 40 Hari Pertama

Banyak mitos yang beredar bahwa kuku bayi tidak boleh dipotong sebelum 40 hari. Mitos ini muncul karena Bunda takut melukai jari tangan atau kaki saat memotong kuku anak. Padahal, jika kuku bayi tidak dipotong selama 40 hari setelah kelahirannya, ini akan melukai wajah bahkan kornea matanya. Sebaiknya, saat kuku si kecil terlihat panjang, Bunda langsung memotongnya. Gunakan gunting kuku yang dikhususkan bagi bayi agar tetap aman.

Kaki Bayi Harus Dibedong

Banyak yang beranggapan bahwa membedong kaki bayi bisa membuat kaki anak tidak pengkor. Padahal, kaki bayi yang dibedong akan menghambat perkembangan motorik bayi karena kakinya tidak memiliki kesempatan untuk bergerak bebas. Sebenarnya, kaki bayi yang bengkok setelah kelahiran adalah hal yang lumrah karena terbiasa meringkuk dalam kandungan selama 9 bulan. Kaki anak Bunda akan lurus dan menguat dengan sendirinya seiring waktu berjalan tanpa harus dibedong.

Bedong bisa dilakukan setelah bayi mandi atau ketika cuaca sedang dingin. Tujuan bedong sebenarnya adalah untuk melindungi bayi dari udara yang dingin. Cara pemakaiannya pun bukan bedong yang melekat dan ketat, melainkan longgar agar bayi tetap bisa bergerak.

Bayi Harus Diberikan Kopi Saat Kejang

Bun, berhati-hatilah dalam menerima informasi mengenai cara merawat anak, termasuk yang satu ini. Orang dahulu bilang jika anak kejang sebaiknya diminumkan kopi hitam untuk menghentikannya. Metode ini adalah metode yang salah. Pasalnya, kafein yang terdapat dalam kopi malah akan meningkatkan detak jantung bayi. Detak jantung yang tidak normal pada bayi bisa membahayakan kesehatannya. Bila bayi mengalami kejang, segera bawa bayi ke rumah sakit agar mendapatkan pengobatan.

Mandi dengan Air Dingin Supaya Bayi Kuat

Bayi sebaiknya dijaga suhu tubuhnya antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Mitos memandikan bayi dengan air dingin perlu ditinggalkan karena dapat menyebabkan bayi hipotermia (suhu tubuh rendah). Akibat hipotermia dapat terjadi gangguan pernapasan, gula darah yang rendah, lemas, kejang, dan sesak napas. Memandikan si kecil dengan air dingin agar ia kuat adalah cara yang kurang tepat. Saat baru lahir, bayi memiliki lapisan lemak yang bermanfaat untuk menjaga suhu tubuh bayi. Sebaiknya bayi baru lahir dilap dengan air hangat saja. Setelah nantinya tali pusat bayi terlepas, bayi dapat dimandikan ke dalam air hangat.

Baby Walker untuk Membantu Berjalan

Bunda perlu tahu bahwa penggunaan baby walker tidak membantu anak untuk belajar berjalan. Baby walker membuat anak menjadi malas berjalan, karena lebih mudah bergeser dengan roda baby walker. Selain itu, ia juga tidak dapat melihat kakinya sendiri, dan dikhawatirkan terjadi insiden yang berbahaya. Penggunaan ototnya juga kurang terlatih. Seharusnya bayi melatih pinggul, tungkai atas dan bawah, serta keseimbangan tubuh pada saat belajar berjalan. Penggunaan baby walker dikhawatirkan dapat membuat bayi bergerak ke tempat yang berbahaya, dapat terjatuh dari tangga, luka ataupun patah tulang, serta bayi meraih benda bahaya seperti, air panas, kompor, dll.  

Nah, itulah informasi mengenai mitos bayi baru lahir. Apabila Bunda ingin membaca tips-tips lain seputar kehamilan, ikuti Ibu Sehati melalui Facebook atau Instagram. Semoga bermanfaat!

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago