Categories: Menyusui

Bunda, Ini Alasan Mengapa Suplemen Zat Besi untuk Bayi itu Perlu

Kecukupan zat besi sangat penting bagi bayi kita. Zat besi merupakan salah satu mikro nutrisi esensial yang berperan penting dalam tumbuh kembang bayi. Bayi yang kekurangan zat besi berisiko terkena anemia hingga masalah jantung. Parahnya, kekurangan zat besi pada bayi juga memiliki efek jangka panjang yang berakibat pada gangguan perilaku, tingkat kecerdasan, serta kemampuan motor sang buah hati.

Saat masih dalam kandungan, bayi mendapatkan asupan zat besi dari sang ibu sejak  kehamilan trimester ketiga. Namun, asupan zat besi tersebut hanya bertahan hingga bulan keempat setelah ia dilahirkan, bila prematur usia 1-2 bulan. Maka dari itu, banyak ahli yang menyarankan pemberian suplemen zat besi tambahan bagi bayi, tak terkecuali untuk bayi yang diberi ASI eksklusif.

Mengapa? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Mengapa Bayi ASI Memerlukan Suplemen Zat Besi?

ASI memang mengandung banyak nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang si kecil, termasuk zat besi. Meski zat besi dalam ASI jumlahnya sedikit, namun lebih mudah diserap dalam saluran cerna bayi. Zat besi dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan si kecil hingga usianya 4-6 bulan. Namun, bila si kecil mengalami keadaan khusus, misalnya prematur, bayi kembar, bayi dengan berat lahir rendah dapat berisiko lebih cepat mengalami kekurangan zat besi.

Oleh karena itu, si kecil membutuhkan asupan zat besi tambahan untuk menghindari defisiensi zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Pemberian suplemen zat besi bagi bayi ASI direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Berapa Dosis Suplemen Zat Besi yang Dianjurkan?

Untuk penambahan suplemen zat besi pada bayi, ada beberapa acuan dosis yang sebaiknya Bunda ikuti sesuai dengan usia dan kondisi si kecil.

Bayi dengan berat lahir rendah < 2500 mg

Dosis: 3 mg/kg berat badan, maksimal 15 mg/hari

Periode: Usia 1 bulan – 2 tahun

Frekuensi: Setiap hari

Bayi cukup bulan

Dosis: 2 mg/kg berat badan, maksimal 15 mg/hari

Periode: Usia 4 bulan-2 tahun

Frekuensi: Setiap hari

Bayi usia 2-5 tahun

Dosis: 1 mg/kg berat badan, maksimal 15 mg/hari

Periode: 3 bulan, berturut-turut setiap  tahun

Frekuensi: 2x/minggu

Sumber: IDAI

Setelah usia 6 bulan, asupan zat besi untuk si kecil bisa dibantu dari Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang disantapnya.  

Memenuhi Kebutuhan Zat Besi Bayi

Setelah usia 4-6 bulan, ASI hanya dapat memenuhi sekitar 0,3 mg zat besi per hari. Oleh sebab itu, setelah si kecil mendapat MPASI, Bunda dapat mengatur menu makannya untuk memastikan kebutuhan zat besi terpenuhi. Tentu saja, Bunda perlu mengetahui kebutuhan zat besi bayi dan batita Bunda, yakni sebagai berikut:

  • Bayi usia 6 – 12 bulan: 11 mg zat besi per hari
  • Batita (usia 1 – 3 tahun): 7 mg per hari

Kebutuhan zat besi si kecil bisa dipenuhi dengan mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besinya. Misalnya saja daging berwarna merah dan sayuran hijau. Akan tetapi, zat besi dalam sayuran hijau hanya mampu diserap sekitar 3-8%. Sementara, zat besi dalam sumber hewani bisa diserap hingga 23%.

Berikut adalah contoh makanan dengan kandungan zat besi tinggi yang sebaiknya disertakan ke dalam makanan bayi sejak usia 6 bulan:

Sumber MakananTakaran SajiSatuan Penukar Rumah TanggaKandungan Zat Besi
Daging sapi cincang28 gr¼ ons daging sapi cincang ½ potong sosis½ potong daging asap0,8 mg
Daging kambing28 gr¼ ons1 mg
Hati ayam28 gr½ potong3,6 mg
Hati sapi28 gr½ potong 1,7 mg
Bayam28 gr3 ikat 1 mg
Brokoli28 gr9 kuntum0,2 mg

Sumber :  USDA National Nutrient Database

Bunda juga dapat memberikan vitamin C untuk si kecil karena nutrisi ini dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Makanan yang banyak mengandung zat besi misalnya jeruk, stroberi, brokoli, limau, serta paprika.

Selain itu, sebaiknya hindari minum susu dan teh saat makan utama, karena susu dan teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya susu atau teh diminum di waktu yang berbeda dengan makan utama. Bunda juga dapat memberikan MPASI fortifikasi yang telah diperkaya dengan zat besi.

Nah itulah informasi mengenai suplemen zat besi untuk bayi ASI. Ternyata zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu hamil, tetapi bayi ASI juga. Bunda juga bisa mendapatkan informasi lain terkait kehamilan, persalinan, menyusui hingga pola asuh melalui media sosial Ibu Sehati. Yuk follow dan like facebook serta instagram Ibu Sehati sekarang. Semoga bermanfaat ya, Bun.

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago