Tidak semua perempuan beruntung dan dapat segera hamil setelah menikah. Beberapa pasangan harus menunggu lama, bulanan bahkan tahunan, sebelum dikaruniai anak.
Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan masalah yang kerap dihadapi pasangan. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 50-80 juta pasangan mengalami infertilitas di dunia. Di Indonesia sendiri, dari sekitar 39,8 juta pasangan usia subur, 10–15% di antaranya dinyatakan mengalami masalah infertilitas
Ada banyak penyebab infertilitas. Meski demikian, beberapa di antaranya merupakan faktor yang dapat dikontrol. Misalnya saja, penelitian memperlihatkan bahwa berat badan yang sehat (sesuai BMI) merupakan hal yang menguntungkan kesuburan. Yuk, cari tahu ulasannya di bawah ini!
Ketika bicara tentang berat badan yang sehat, ada banyak faktor yang menentukan. Salah satu faktor yang menentukan adalah riwayat kesehatan seseorang. Jadi, jangan pernah membandingkan berat badan Bunda dengan teman, karena bisa jadi riwayat kesehatannya berbeda.
Bagaimana dengan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI)? Angka BMI diperoleh dari angka berat badan (dalam kilogram) yang dibagi dengan tinggi (dalam meter) yang dipangkatkan dua. Angka ini kerap digunakan untuk mendapat gambaran mengenai kondisi lemak tubuh seseorang. Pengukuran BMI dianggap kurang komprehensif karena tidak memperhitungkan hal lain, seperti massa otot, kondisi cairan dalam tubuh, dan riwayat medis.
Pengukuran BMI tidak dapat memberitahu Bunda segala hal. Pemeriksaan berat badan sehat secara komprehensif hanya dapat diberikan oleh dokter. Bunda, inilah pengaruh berat badan terhadap kesuburan.
Ovarium menghasilkan estrogen dalam tubuh. Bunda mungkin sudah tahu hal itu. Namun, banyak yang tidak tahu bahwa jaringan adiposa (sel-sel lemak) juga menghasilkan sejumlah estrogen. Berat badan ideal membantu Bunda menghasilkan jumlah estrogen yang tepat.
Namun, ketika Bunda memiliki berat badan berlebih atau obesitas, jaringan adiposa akan menghasilkan estrogen tambahan, bahkan lebih banyak daripada yang diperlukan. Estrogen berlebih ini berpotensi mengganggu jadwal ovulasi.
Di sisi lain, jika Bunda terlalu kurus, maka indung telur akan menghasilkan lebih sedikit estrogen yang akan mengganggu jadwal ovulasi pula. Pasalnya, saat ovulasi, Bunda membutuhkan kadar estrogen yang lebih tinggi daripada normal untuk membantu pelepasan sel telur dari folikelnya.
Informasi di Mayo Clinic menyebutkan bahwa kekurangan berat badan dapat mempengaruhi produksi hormon dan menghambat ovulasi normal. Ditambah lagi, kekurangan berat badan bisa menghentikan menstruasi sama sekali (yang dikenal sebagai amenore).
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Tak hanya itu, kelebihan berat badan juga memiliki dampak negatif pada kesuburan. Sebenarnya, tugas insulin adalah memindahkan glukosa dari aliran darah ke sel, tetapi dalam kasus resistensi insulin, sel-sel “berhenti mendengarkan” permintaan insulin untuk memindahkan glukosa ke dalam sel.
Dalam kasus ini, tubuh mendeteksi kelebihan glukosa dalam darah sehingga pankreas memompa lebih banyak insulin. Tingkat insulin yang tinggi dalam darah inilah yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan akhirnya mempengaruhi ovulasi. Resistensi insulin serta gangguan dalam sekresi insulin terkait dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang juga dapat menyebabkan masalah kesuburan.
Jika Bunda merasa berat badan sudah melebihi batas wajar, konsultasikanlah terlebih dahulu kepada dokter untuk menentukan langkah selanjutnya. Dokter mungkin akan menyarankan Bunda untuk berkonsultasi kepada ahli gizi atau menganjurkan perubahan gaya hidup tertentu.
Menurut beberapa penelitian, penurunan berat badan 5-10% saja dapat meningkatkan kesuburan. Jadi, tidak ada alasan untuk malas menerapkan pola hidup sehat seperti berolahraga, tidur yang cukup, dan mengonsumsi makanan sehat ya, Bun. Soalnya, Bunda hanya butuh mengurangi berat badan sedikit saja untuk memperbaiki kesuburan.
Perlu diingat, metode penurunan berat badan dengan mengonsumsi suplemen pelangsing secara sembarangan dan melakukan olahraga berlebih bukanlah cara yang tepat, bahkan bisa membahayakan.
Nah, itulah ulasan mengenai pengaruh berat badan terhadap fertilitas yang perlu Bunda ketahui. Untuk memperoleh berbagai informasi penting lainnya seputar kehamilan dan persalinan, yuk follow dan like akun Facebook dan Instagram Sehati. Bunda juga bisa memasang aplikasi Sehati di gawai untuk kemudahan mengakses berita terbaru via Google Play Store dan Apple Store secara gratis.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…