Topik stunting menjadi pembicaraan setelah disinggung pada debat pemilihan presiden awal 2019 lalu. Mengapa sampai disebut? Apakah stunting merupakan permasalahan krusial? Untuk membahas hal ini, Redaksi Historia kembali menggelar acara “Ngopi Bareng Rasa Sejarah” (Ngobras) pada 16 Mei 2019 bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi serta Genbest.
Dalam acara yang bertajuk “Stunting & Sejarahnya di Indonesia”, dua ahli diundang untuk memberikan pemaparan, yakni dr. Dermawan C. Nadeak, SpGK yang merupakan dokter spesialis gizi klinik dan Agus Setiawan, PhD yang merupakan Dosen Sejarah Kesehatan Universitas Indonesia.
“Apa itu stunting? Mudahnya, stunting itu pendek. Jika tinggi seseorang berada dua standar deviasi di bawah rata-rata, maka ia bisa disebut mengalami stunting,” ujar dr. Dermawan. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi Kementerian Kesehatan 2017, angka stunting di Indonesia mencapai 29,6% dengan 19,8% di antaranya berada dalam kategori pendek dan 9,8% di antaranya berada dalam kategori sangat pendek. Menurut dr. Dermawan, stunting tidak sepenuhnya ditentukan oleh gen karena anak yang gizinya baik bisa tumbuh tinggi.
Bila ingin tahu awal mula stunting di Indonesia, maka kita harus merunut peristiwa sejak masa penjajahan Belanda. Berdasarkan penjelasan Agus Setiawan, gizi pribumi yang tidak menjadi prioritas menjadi penyebab utama munculnya stunting di negeri ini.
Ya memang, mulanya pendirian jawatan kesehatan yang menjadi cikal-bakal rumah sakit hanya didirikan untuk tentara pada 1808. Jawatan kesehatan untuk sipil baru didirikan 12 tahun kemudian, yakni pada 1820. Pelayanan kesehatan yang tidak seimbang antara sipil dan tentara ini diperparah oleh sulitnya akses ke sumber pangan pada masa tanam paksa di tahun 1830.
Kesenjangan kondisi gizi berlanjut hingga tahun 1990-an karena upaya desentralisasi. “Pada tahun 1999, pemerintah pusat memberikan wewenang ke pemerintah daerah, termasuk di dalamnya tanggung jawab kesehatan daerah. Nah, kondisi fasilitas kesehatan yang belum sama baiknya membuat kondisi kesehatan di satu daerah tidak sama dengan daerah lain,” terang Agus. Efek kurang gizi pada satu generasi ini pun berlanjut hingga ke generasi berikutnya.
Stunting terjadi karena kurangnya gizi dalam tubuh anak. Dan ini bukan hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga dalam aspek lain selama tumbuh kembangnya. “Dalam jangka pendek, anak yang mengalami stunting bisa terhambat perkembangan kognitifnya,” ucap dr. Dermawan. Tak hanya itu, anak juga akan mudah sakit.
Tidak hanya berdampak dalam jangka pendek, stunting juga memiliki dampak jangka panjang. Dokter Dermawan menyatakan bahwa stunting berpotensi membuat postur tubuh tidak optimal, meningkatnya risiko obesitas, dan menurunnya kesehatan reproduksi. “Perkembangan kognitif yang tidak optimal membuat individu yang mengalami stunting tidak optimal produktivitas kerjanya di masa mendatang,” jelas dr. Dermawan.
Cara utama untuk mencegah stunting adalah menerapkan pola makan dengan gizi seimbang. “Karbohidrat tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Namun, porsi yang terbesar tetaplah olahraga,” ucap dr. Dermawan. Dokter Dernawan juga menjelaskan bahwa kunci mencegah stunting ada pada remaja puteri karena merekalah yang nantinya mengandung calon manusia baru. Bila ibu hamil kekurangan nutrisi, bayi yang dikandungnya pun berpotensi kekurangan nutrisi.
Itulah informasi mengenai stunting beserta sejarahnya di Indonesia.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…