Categories: MenyusuiTips

Menyusui saat Hamil, Bolehkah?

Air susu ibu merupakan nutrisi terbaik yang diberikan ibu ke bayinya. Komposisinya memberikan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi terutama dalam setahun pertama kehidupan. Bayi akan terlindungi dari kejadian infeksi, penyakit kronik, dan alergi, serta membantu perkembangan psikologis sang buah hati. Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal. Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan bayi secara optimal.

Proses pembentukan ASI telah terjadi pada saat kehamilan. Ukuran payudara menjadi lebih besar karena saluran dan kelenjar penghasil ASI bertambah jumlahnya. Hormon menyusui yang berperan adalah oksitosin dan prolaktin yang berada di hipotalamus otak. Hisapan bayi pada areola akan merangsang saraf vagus dan mengirim sinyal ke hipotalamus untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan  oksitosin. Oksitosin dapat membuat sel otot uterus berkontraksi (pada ibu yang pasca melahirkan bermanfaat untuk mengurangi risiko perdarahan post partum).

Masa kehamilan dan masa menyusui adalah momen-momen membahagiakan bagi seorang ibu. Namun, saat dua masa ini hadir berbarengan, bukan tak mungkin Bunda justru merasa bingung. Muncul berbagai pertanyaan, misalnya menyusui saat hamil bolehkah? Apakah sebaiknya menyusui si kecil sebaiknya dihentikan? Apakah memaksa si kecil berhenti menyusu akan mempengaruhi pertumbuhannya? Dan lain sebagainya.

Jika Bunda mengalami ini dan memiliki pertanyaan-pertanyaan ini, tenang saja. Kami akan coba menjawabnya untuk Bunda.

Amankah Menyusui saat Hamil?

Tubuh ibu akan menghasilkan hormon oksitosin bila Bunda menyusui. Namun, hormon tersebut juga dikhawatirkan dapat merangsang kontraksi rahim Bunda. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan selama Bunda mengalami kehamilan yang sehat dan rendah risiko. Ibu menyusui yang hamil dan tidak mengalami permasalahan seperti riwayat perdarahan, riwayat lahir prematur, dan sebagainya, dapat terus menyusui. Namun, bila terjadi kontraksi, tanda persalinan dini seperti nyeri pinggang bagian bawah, tekanan dasar panggul, kram, keluar lendir, ketuban, perdarahan, atau permasalahan lainnya, Bunda dapat menghentikan menyusui dan segera berobat. Konsultasikan ke dokter mengenai menyusui saat hamil jika terdapat masalah pada kehamilan, ya, Bunda. Setiap kehamilan memiliki perbedaan kondisi sehingga perlu didiskusikan dengan dokter untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi bayi dan ibu.

Meski Begitu, Terkadang Penyapihan Disarankan

Walau menyusui saat hamil sebenarnya aman untuk Bunda, si kecil, dan untuk janin, ada beberapa kondisi di mana penyapihan lebih baik dilakukan. Beberapa kondisi tersebut adalah:

  • Bunda memiliki kehamilan berisiko atau berisiko mengalami persalinan prematur.
  • Terjadi perdarahan
  • Sedang hamil anak kembar.
  • Bunda diminta tidak melakukan seks selama kehamilan.
  • Bunda mengalami kontraksi dan mengalami nyeri pada rahim

Pertimbangkan Ini Jika Bunda Ingin Menyapih

Jika akhirnya Bunda memutuskan untuk menyapih si kecil, Bunda perlu mempertimbangkan apakah si kecil sudah siap untuk disapih. Ketika Bunda memasuki kehamilan bulan ke-4 dan ke-5, suplai ASI mungkin akan menurun. Rasa ASI pun akan lebih tawar. Dan hal ini bisa mempengaruhi si kecil untuk berhenti menyusui lebih cepat dari yang Bunda perkirakan. Memasuki trimester akhir kehamilan, kualitas ASI akan kembali seperti pertama kali menyusui. Dengan kata lain, ASI yang tadinya sudah menjadi ASI matur (mature milk) dengan komposisi foremilk dan hindmilk, kembali menjadi kolostrum yang berwarna kuning untuk menyiapkan nutrisi bagi sang bayi. Namun jangan khawatir, masa ASI berkolostrum hanya terjadi beberapa hari  sebelum dan sesudah persalinan.

Di sisi lain, mungkin pula di waktu-waktu ini si kecil masih sangat terikat dengan Bunda dan enggan berhenti menyusui. Bunda juga perlu mempertimbangkan apakah Bunda sudah siap untuk berhenti menyusui si kecil. Sebelum menyapih, siapkan dulu diri Bunda ya.

Nah, selain faktor psikologisnya, Bunda juga perlu mempertimbangkan apakah saat ini si kecil menyusui untuk memenuhi nutrisinya atau untuk kenyamanan saja. Bila si kecil masih di bawah 6 bulan, mungkin agak sulit untuk menyapihnya karena nutrisi ia sepenuhnya berasal dari ASI. Namun, bila si kecil sudah berusia di atas 6 bulan, maka akan lebih mudah menyapihnya karena ada sumber makanan lain untuk melengkapi nutrisinya.

Pertimbangkan Ini Jika Bunda Tidak Menyapih

Saat Bunda memutuskan untuk menyusui ketika hamil, hal yang perlu Bunda perhatikan adalah jumlah kalori tambahan yang dibutuhkan tubuh. Kegiatan menyusui membutuhkan energi yang cukup besar. Selain untuk kebutuhan ibu, energi yang cukup juga dibutuhkan untuk memproduksi ASI. Dalam 100 ml ASI terkandung 67-75 kilo kalori, sehingga ibu-ibu yang memproduksi ASI hampir 2 liter per hari membutuhkan tambahan energi sebesar 1500 kilo kalori per hari. Kondisi malnutrisi dan dehidrasi pada ibu akan mengakibatkan jumlah ASI yang diproduksi berkurang secara bermakna. Penting bagi ibu menyusui untuk makan dan minum dalam jumlah yang cukup. Jumlah kalori ekstra yang dibutuhkan mungkin berbeda tergantung kondisi Bunda.

Kondisi stres juga mempengaruhi produksi ASI, hal ini karena kadar hormon oksitosin berkurang dan hormon stres meningkat. Bunda perlu perhatikan kondisi kesehatan Bunda. Perhatikan pola makan, baik kualitas dan kuantitas, dan minum yang cukup. Jangan terlalu kelelahan yang dapat mengganggu kesehatan Bunda. Sebaiknya tunda pekerjaan rumah yang terlalu berat terutama jika sudah waktunya menyusui si kakak. Asupan gizi, mineral, dan air putih Bunda juga harus selalu diperhatikan agar tetap sehat, bugar, dan kualitas ASI tetap bernutrisi. 

Itulah informasi mengenai fenomena menyusui saat hamil. Semoga bisa membantu Bunda, ya. Yuk, bergabung bersama Ibu Sehati di Sehati Apps. Unduh aplikasinya di Google Play Store atau Apple Store dari ponsel Bunda. Dengan informasi yang cukup, kehamilan dan menyusui bisa jadi seru dan menyenangkan.  

dr. Karina Kaltha, Sp.A

Dokter Karina adalah dokter spesialis anak yang saat ini berpraktik di BJ Medical Center. Perempuan asal Jakarta ini menuntaskan pendidikan kedokterannya di Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 2010. Ia pun memperoleh gelar spesialisasinya di universitas yang sama 8 tahun berikutnya. Selain aktif menulis di Ibu Sehati, Dokter Karina juga aktif menulis artikel ilmiah. Salah satu penelitiannya yang telah disampaikan di hadapan publik berjudul “Radioactive Iodine Therapy in an Adolescence Girl with Graves Disease”. Hasil penelitian ini dipresentasikan di Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak pada tahun 2017.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago