Ngidam adalah fenomena yang kerap dialami ibu hamil dan biasanya terjadi di akhir trimester pertama. Meski banyak dialami oleh ibu hamil, ada pertanyaan mendasar yang kerap melandasi perilaku ini: apa benar ngidam itu nyata, atau hanya dibuat-buat?
Pasalnya, makanan yang kerap diidamkan ibu hamil adalah makanan-makanan tidak sehat jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, seperti es krim, cokelat, hingga kue-kue. Berdasarkan pola ini, muncul kecurigaan bahwa ngidam hanyalah justifikasi para bumil untuk mengonsumsi makanan yang biasanya harus dihindari di hari-hari biasa. Benarkah demikian?
Sebuah penelitian dari University at Albany, New York, menyatakan bahwa ngidam hanyalah justifikasi yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mengonsumsi makanan-makanan tidak sehat yang kerap dihindari di hari-hari biasa. Pernyataan ini didasarkan pada fakta kenaikan berat badan ibu hamil.
Bahwasanya, ibu hamil yang rutin melakukan diet sebelum hamil justru mengalami kenaikan berat badan paling besar saat hamil. Cokelat, es krim, dan kue yang harus dihindari di waktu-waktu diet kini bisa dinikmati dengan alasan sedang hamil. Hmm, apakah benar begitu, Bunda?
Namun, ngidam sebagai pembenaran untuk mengonsumsi makanan tidak sehat hanyalah satu teori, Bun. Ada teori lainnya di balik alasan ngidam. Eng ing eng. Apa lagi kalau bukan perubahan hormon?
Seperti dikutip dari situs Psychology Today, ada satu hormon yang keberadaannya membuat Bunda terus-menerus merasa lapar, yakni hormon Neuropeptide Y (NPY). Hormon NPY menstimulasi selera makan dan jumlahnya meningkat kala Bunda hamil. Inilah yang membuat Bunda terus-menerus lapar dan selalu ingin ngemil.
Sebuah studi kontroversial dilakukan oleh seorang neuroscientist, Michael Persinger, mengenai penyebab ngidam. Menurut Persinger, ibu hamil mengalami ngidam karena proses yang terjadi pada bagian otak bernama insular cortex.
Nah, baik kemampuan Bunda dalam merasakan makanan maupun uterus memiliki representasi di insular cortex. Ketika rahim berkembang karena kehamilan, representasinya di insular cortex turut berkembang dan mengganggu bagian otak yang merepresentasikan kemampuan merasakan makanan.
Inilah yang membuat Bunda terus-menerus ingin merasakan makanan-makanan aneh saat hamil. Meski ini merupakan penjelasan masuk akal di balik fenomena ngidam, masih diperlukan riset-riset lanjutan untuk membuktikannya.
Ngidam merupakan fenomena universal. Namun, apa yang diidamkan oleh ibu hamil di berbagai belahan dunia dapat berbeda. Ini terkait kultur tempat tinggal ibu hamil. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Sokoine University menyatakan bahwa para ibu hamil di Tanzania kebanyakan mengidamkan daging, mangga, jeruk, dan yogurt.
Jenis makanan seperti ini, khususnya mangga, tidak diidamkan oleh ibu hamil di Amerika Serikat. Para bumil di Amerika Serikat umumnya mengidamkan produk olahan susu bercita rasa manis seperti es krim. Burger, pizza, atau acar juga masuk dalam daftar.
Itulah penjelasan psikologis di balik fenomena ngidam ibu hamil. Meski sudah banyak sudut pandang yang menjelaskannya, pun dibuktikan secara ilmiah, penyebab ngidam yang sebenarnya masih perlu diteliti lebih lanjut. Yang penting, apapun ngidam yang Bunda rasakan, pastikan nutrisi si kecil tetap terpenuhi, ya.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…