Saat memasuki trimester ketiga atau pekan ke-28 kehamilan, dokter kerap menyarankan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan CTG. Ketika dokter meminta Bunda untuk melakukan hal ini, jangan panik terlebih dulu. Belum tentu janin Bunda berada dalam bahaya, kok. Bisa jadi, dokter hanya ingin mengetahui kondisi vital janin Bunda, seperti gerakan hingga detak jantungnya. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang itu, kenali dulu yuk apa itu CTG.
Cardiotocography atau CTG adalah teknik yang digunakan untuk memantau detak jantung janin serta kontraksi rahim pada ibu hamil. Pemeriksaan CTG biasanya dilakukan pada trimester ketiga kehamilan, yakni sekitar usia kehamilan 28 minggu, hingga menjelang persalinan.
Salah satu alasan mengapa pemeriksaan CTG baru bisa dilakukan ketika usia kehamilan sudah memasuki usia 28 minggu terkait dengan posisi janin yang sudah lebih stabil. Yap, pemeriksaan CTG membutuhkan kondisi janin yang stabil karena alat CTG perlu merekam detak jantung janin selama kurang lebih 15-20 menit. Bila janin berpindah-pindah selama kurun waktu itu, khawatirnya alat CTG tidak dapat merekam detak jantung janin secara akurat.
Alat CTG biasanya terdiri dari satu perangkat utama yang merupakan “otak” CTG, dua transducer yang berfungsi untuk mendeeksi kontraksi dan detak jantung janin, serta satu buah kabel yang terhubung dengan tombol sebagai penanda gerakan janin.
Rupa alat CTG konvensional memiliki ukuran sebesar printer. Namun, kini telah ada alat CTG berukuran mini, kurang lebih sebesar bluetooth speaker, dan dapat digunakan secara mobile. Alat CTG berukuran mini ini biasa disebut pula dengan TeleCTG.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pemeriksaan CTG membutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit. Bunda akan diminta berbaring di kasur pemeriksaan untuk dipasangkan transducer yang menempel pada sabuk perut.
Sama seperti pemeriksaan USG, sebelum transducer dipasang, Bunda akan diolesi gel di bagian perut. Bunda juga akan diminta menekan tombol setiap kali merasakan gerakan janin. Karena Bunda akan menjalani pemeriksaan dalam waktu yang relatif lama, ada baiknya Bunda pergi ke toilet terlebih dulu sebelum pemeriksaan berjalan, ya.
Pemeriksaan CTG lazimnya dilakukan di dokter spesialis kebidanan dan kandungan karena dokterlah yang berhak menginterpretasi hasil pemeriksaan CTG. Namun, berkat adanya teknologi bernama TeleCTG, kini pemeriksaan CTG juga bisa dilakukan di layanan bidan praktik mandiri ataupun puskesmas yang memiliki TeleCTG.
Bahkan, Bunda juga bisa mendapatkan pemeriksaan CTG di rumah jika memesan layanan bidan homecare yang memang sudah memiliki alat TeleCTG. Nantinya, hasil pemeriksaan TeleCTG akan dikirimkan secara real time ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang berada di pusat konsultasi. Saat itu juga, dokter di pusat konsultasi akan mengirimkan hasil interpretasinya. Dengan demikian, meski terpisah jarak, Bunda tetap bisa mendapatkan hasil interpretasi CTG yang akurat dari dokter.
Pemeriksaan ini bukanlah pemeriksaan yang wajib dilakukan oleh ibu hamil. Namun, ketika tenaga kesehatan menganggap janin yang Bunda kandung ataupun kondisi kesehatan Bunda berisiko, pemeriksaan dengan CTG biasanya disarankan. Beberapa risiko yang membuat pemeriksaan ini diharuskan adalah sebagai berikut.
Namun, tak selalu karena faktor risiko kok, Bun. Pemeriksaan ini juga mungkin dilakukan selama proses persalinan ketika janin memang membutuhkan pemantauan terus-menerus.
Memasuki trimester ketiga, ibu hamil kerap merasakan kontraksi palsu atau yang disebut dengan Braxton Hicks. Kontraksi ini cenderung ringan dan terasa seperti kram menstruasi. Kemunculan Braxton Hicks sebenarnya tidak berbahaya. Namun, bila Braxton Hicks muncul secara reguler dan berulang sebelum usia kehamilan 37 minggu, bisa jadi ini merupakan pertanda persalinan prematur. Itulah mengapa dokter atau tenaga kesehatan mungkin meminta Bunda melakukan pemeriksaan ini.
Alasan lain mengapa dokter meminta Bunda melakukan pemeriksaan dengan CTG saat kemunculan Braxton Hicks terkait dengan detak jantung janin. Detak jantung janin yang melemah seiring hadirnya kontraksi adalah pertanda masalah pada plasenta sehingga suplai oksigen janin terganggu. Dengan pemeriksaan dengan CTG, permasalahan seperti ini dapat terdeteksi. Bahaya pada janin pun dapat dihindari.
Secara umum, hasil pemeriksaan dengan CTG dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni hasil reaktif dan nonreaktif. Hasil reaktif menandakan bahwa detak jantung janin meningkat sesuai harapan setelah ia bergerak. Sementara itu, hasil nonreaktif menandakan tidak adanya peningkatan detak jantung janin setelah ia bergerak.
Bila Bunda mendapatkan hasil nonreaktif, jangan panik dulu. Bisa jadi hal ini terjadi karena janin tertidur kala pemeriksaan CTG berlangsung. Untuk memancing janin bergerak, Bunda biasanya akan diminta bergerak atau minum air.
Tenaga kesehatan juga mungkin meminta Bunda melakukan pemeriksaan dengan CTG kembali sekitar satu jam setelahnya untuk memastikan kondisi janin. Bila pemeriksaan dengan CTG masih juga menunjukkan hasil nonreaktif, barulah dokter menganjurkan observasi lebih lanjut.
Bunda, itulah berbagai hal tentang CTG dan alasan mengapa Bunda membutuhkan pemeriksaan dengan CTG. Tak hanya atas permintaan dokter, Bunda juga bisa loh berinisiatif meminta pemeriksaan dengan CTG untuk mengetahui kondisi si kecil dalam kandungan.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…
View Comments
Di USG kan udah terlihat jelas semua termasuk detak jantung janin.. knp hrus CTG segala
Beda bu, CTG bisa melihat denyut jantung janin, kontraksi rahim, sekaligus gerakan janin dan hubungan ketiganya untuk melihat kondisi kesehatan dan kesejahteraan janin. Jadi kalau ada fetal distress langsung diketahui dan dirujuk.