Setiap pemeriksaan kehamilan rutin, dokter atau bidan akan mengukur tekanan darah Bunda. Bila angkanya di atas 130/90 mmHg, Bunda perlu waspada. Tekanan darah tinggi saat hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan pada Bunda dan janin dalam kandungan. Jika tidak ditangani segera, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi kehamilan bagi Bunda maupun janin dalam kandungan. Oleh sebab itu, Bunda perlu memahami serba serbi tekanan darah tinggi saat hamil.
Sekitar 20 persen wanita mengalami tekanan darah tinggi saat hamil atau hipertensi. Ada yang sudah mengidapnya sebelum hamil, ada juga yang baru pertama kali mengalaminya sewaktu hamil. Dokter tidak selalu mengetahui penyebab tekanan darah tinggi pada ibu hamil, namun ada sejumlah kondisi yang bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil, yaitu:
Kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, kelebihan berat badan atau obesitas, serta tidak berolahraga rutin merupakan beberapa gaya hidup tidak sehat yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi saat hamil.
Meskipun kemungkinannya lebih kecil, kehamilan pertama dapat menjadi penyebab kenaikan tekanan darah Bunda sewaktu hamil. Bunda yang hamil anak kembar juga bisa mengalami tekanan darah tinggi saat hamil karena tubuh bekerja keras untuk memberikan asupan nutrisi pada lebih dari satu bayi. Selain itu, menurut American Society for Reproductive Medicine, pembuahan yang dilakukan dengan bantuan teknologi seperti inseminasi buatan meningkatkan kemungkinan kenaikan tekanan darah pada ibu hamil.
Faktor usia juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil. Bunda hamil yang berusia 35 tahun ke atas lebih berisiko mengalami kondisi tersebut.
Jika Bunda telah memiliki gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, jantung, ginjal, atau autoimun sebelum hamil, risiko tekanan darah tinggi saat hamil akan ikut meningkat.
Pada umumnya orang tidak mengetahui mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah di fasilitas kesehatan. Karena itu cara terbaik mengetahui Bunda memiliki tekanan darah tinggi saat hamil adalah dengan mengukur tekanan darah setiap kontrol kehamilan rutin.
Jika dokter mendapati tekanan darah Bunda naik, dokter akan melakukan pengukuran ulang untuk memastikan diagnosis. Pengukuran ulang ini setidaknya berjarak empat jam setelah pengukuran pertama.
Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHg. Bila tekanan darah Bunda di atas 140/90 mmHg, berarti Bunda sudah mengalami tekanan darah tinggi saat hamil.
Pengidap hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun ada kalanya gejala-gejala berikut ini merupakan pertanda hipertensi:
Bunda perlu segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu gejala di atas.
Ada empat jenis tekanan darah tinggi saat hamil, yakni:
Bunda disebut mengalami hipertensi gestasional bila tekanan darah Bunda tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hipertensi gestasional biasanya tidak menunjukkan adanya protein dalam urine atau kerusakan organ lainnya.
Umumnya tekanan darah Bunda yang mengalami hipertensi gestasional akan berangsur normal 12 minggu setelah persalinan.
Hipertensi kronis merupakan kondisi tekanan darah tinggi yang telah berlangsung lama, sebelum Bunda hamil atau sebelum kehamilan memasuki usia 20 minggu. Hal ini juga ditandai dengan tekanan darah Bunda yang tetap tinggi setelah 12 minggu pascapersalinan.
Preeklampsia umumnya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan gangguan pada organ seperti ginjal, hati, darah, plasenta, atau otak. Bila tidak terdeteksi dan tidak segera ditangani, preeklampsia dapat berakibat fatal pada Bunda dan janin.
Kondisi ini terjadi pada Bunda hamil yang telah mengidap hipertensi kronis dan kehamilan membuatnya lebih parah. Kondisi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan kadar protein tinggi pada urine atau komplikasi kehamilan lainnya.
Tekanan darah tinggi saat hamil dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan Bunda dan janin, di antaranya:
Bila Bunda mengalami hipertensi, dokter mungkin akan mempertimbangkan mempercepat persalinan sebelum waktunya untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan yang fatal.
Hal ini akan mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi penting lainnya. Dampaknya bisa berlanjut pada pertumbuhan janin yang terhambat, kelahiran prematur, atau berat lahir bayi yang rendah.
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari rahim sebelum persalinan yang disebut dengan plasenta abruptio. Kondisi tersebut dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan nyawa Bunda dan janin.
Preeklamsia juga meningkatkan risiko Bunda terkena penyakit kardiovaskuler dan jantung, terlebih jika Bunda pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau pernah mengalami persalinan prematur yang disebabkan hipertensi.
Belum ada cara pasti untuk mencegah tekanan darah tinggi muncul saat kehamilan. Namun, gaya hidup sehat berikut ini dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi saat hamil.
Hipertensi memang tidak bisa dicegah, namun dengan kontrol rutin ke dokter kandungan atau bidan, tekanan darah tinggi akan dapat segera terdeteksi dan memperoleh penanganan yang tepat. Jika Bunda ingin mengetahui lebih lanjut seputar kehamilan, mari bergabung dengan Ibu Sehati di laman Facebook dan Instagram.
Referensi:
https://www.verywellfamily.com/overview-of-high-blood-pressure-during-pregnancy-4170042
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
https://www.healthline.com/health/high-blood-pressure-hypertension/during-pregnancy#complications
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…