Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2734

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2738

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/output.class.php on line 3679
Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil, Kapan Perlu Diwaspadai?
Categories: KehamilanKesehatan

Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil, Kapan Perlu Diwaspadai?

Setiap pemeriksaan kehamilan rutin, dokter atau bidan akan mengukur tekanan darah Bunda. Bila angkanya di atas 130/90 mmHg, Bunda perlu waspada. Tekanan darah tinggi saat hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan pada Bunda dan janin dalam kandungan. Jika tidak ditangani segera, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi kehamilan bagi Bunda maupun janin dalam kandungan. Oleh sebab itu, Bunda perlu memahami serba serbi tekanan darah tinggi saat hamil.

Faktor risiko

Sekitar 20 persen wanita mengalami tekanan darah tinggi saat hamil atau hipertensi. Ada yang sudah mengidapnya sebelum hamil, ada juga yang baru pertama kali mengalaminya sewaktu hamil. Dokter tidak selalu mengetahui penyebab tekanan darah tinggi pada ibu hamil, namun ada sejumlah kondisi yang bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil, yaitu:

Gaya hidup

Kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, kelebihan berat badan atau obesitas, serta tidak berolahraga rutin merupakan beberapa gaya hidup tidak sehat yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi saat hamil.

Tipe kehamilan

Meskipun kemungkinannya lebih kecil, kehamilan pertama dapat menjadi penyebab kenaikan tekanan darah Bunda sewaktu hamil. Bunda yang hamil anak kembar juga bisa mengalami tekanan darah tinggi saat hamil karena tubuh bekerja keras untuk memberikan asupan nutrisi pada lebih dari satu bayi. Selain itu, menurut American Society for Reproductive Medicine, pembuahan yang dilakukan dengan bantuan teknologi seperti inseminasi buatan meningkatkan kemungkinan kenaikan tekanan darah pada ibu hamil.

Usia

Faktor usia juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil. Bunda hamil yang berusia 35 tahun ke atas lebih berisiko mengalami kondisi tersebut.

Penyakit kronis

Jika Bunda telah memiliki gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, jantung, ginjal, atau autoimun sebelum hamil, risiko tekanan darah tinggi saat hamil akan ikut meningkat.

Gejala-gejala yang perlu diwaspadai

Pada umumnya orang tidak mengetahui mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah di fasilitas kesehatan. Karena itu cara terbaik mengetahui Bunda memiliki tekanan darah tinggi saat hamil adalah dengan mengukur tekanan darah setiap kontrol kehamilan rutin.

Jika dokter mendapati tekanan darah Bunda naik, dokter akan melakukan pengukuran ulang untuk memastikan diagnosis. Pengukuran ulang ini setidaknya berjarak empat jam setelah pengukuran pertama.

Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHg. Bila tekanan darah Bunda di atas 140/90 mmHg, berarti Bunda sudah mengalami tekanan darah tinggi saat hamil.

Pengidap hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun ada kalanya gejala-gejala berikut ini merupakan pertanda hipertensi:

  • Sakit kepala
  • Mimisan
  • Susah bernapas
  • Pandangan kabur
  • Wajah memerah
  • Kehilangan keseimbangan

Bunda perlu segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu gejala di atas.

Gangguan hipertensi saat kehamilan

Ada empat jenis tekanan darah tinggi saat hamil, yakni:

Hipertensi gestasional

Bunda disebut mengalami hipertensi gestasional bila tekanan darah Bunda tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hipertensi gestasional biasanya tidak menunjukkan adanya protein dalam urine atau kerusakan organ lainnya.

Umumnya tekanan darah Bunda yang mengalami hipertensi gestasional akan berangsur normal 12 minggu setelah persalinan.

Hipertensi kronis

Hipertensi kronis merupakan kondisi tekanan darah tinggi yang telah berlangsung lama, sebelum Bunda hamil atau sebelum kehamilan memasuki usia 20 minggu. Hal ini juga ditandai dengan tekanan darah Bunda yang tetap tinggi setelah 12 minggu pascapersalinan.

Preeklampsia

Preeklampsia umumnya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan gangguan pada organ seperti ginjal, hati, darah, plasenta, atau otak. Bila tidak terdeteksi dan tidak segera ditangani, preeklampsia dapat berakibat fatal pada Bunda dan janin.

Hipertensi Kronis yang berdampak Preeklamsia

Kondisi ini terjadi pada Bunda hamil yang telah mengidap hipertensi kronis dan kehamilan membuatnya lebih parah. Kondisi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan kadar protein tinggi pada urine atau komplikasi kehamilan lainnya.

Komplikasi kehamilan akibat hipertensi

Tekanan darah tinggi saat hamil dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan Bunda dan janin, di antaranya:

Kelahiran prematur

Bila Bunda mengalami hipertensi, dokter mungkin akan mempertimbangkan mempercepat persalinan sebelum waktunya untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan yang fatal.

Berkurangnya aliran darah ke plasenta

Hal ini akan mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi penting lainnya. Dampaknya bisa berlanjut pada pertumbuhan janin yang terhambat, kelahiran prematur, atau berat lahir bayi yang rendah.

Abruptio plasenta atau solusio plasenta

Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari rahim sebelum persalinan yang disebut dengan plasenta abruptio. Kondisi tersebut dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan nyawa Bunda dan janin.

Penyakit jantung

Preeklamsia juga meningkatkan risiko Bunda terkena penyakit kardiovaskuler dan jantung, terlebih jika Bunda pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau pernah mengalami persalinan prematur yang disebabkan hipertensi.

Mengurangi risiko hipertensi kehamilan

Belum ada cara pasti untuk mencegah tekanan darah tinggi muncul saat kehamilan. Namun, gaya hidup sehat berikut ini dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi saat hamil.

  • Menjaga berat badan yang sehat.
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Berolahraga rutin (dengan pengawasan dokter).
  • Mengonsumsi suplemen kehamilan.
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan rutin.
  • Sebisa mungkin mengurangi stres.

Hipertensi memang tidak bisa dicegah, namun dengan kontrol rutin ke dokter kandungan atau bidan, tekanan darah tinggi akan dapat segera terdeteksi dan memperoleh penanganan yang tepat. Jika Bunda ingin mengetahui lebih lanjut seputar kehamilan, mari bergabung dengan Ibu Sehati di laman Facebook dan Instagram.

Referensi:

https://www.verywellfamily.com/overview-of-high-blood-pressure-during-pregnancy-4170042

https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098

https://www.healthline.com/health/high-blood-pressure-hypertension/during-pregnancy#complications

dr. Cepi Teguh Pramayadi SpOG, MARS

Dokter Cepi merupakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang saat ini menjabat sebagai Laparoscopic Surgeon Head di Pusat Pelayanan Operasi RSUI. Saat ini, dokter yang juga berperan sebagai pengajar Universitas Indonesia ini sedang menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia. Sebelumnya, ia memperoleh gelar spesialisnya juga di Universitas Indonesia.Tak hanya memiliki gelar spesialis di bidang obstetri dan ginekologi, ia juga memiliki gelar magister di bidang administrasi rumah sakit dari pendidikannya di Universitas Respati Indonesia. Kesibukan Dokter Cepi sangat beragam. Ia di antaranya memiliki pengalaman sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar, seperti “The 2nd Indonesian Gynecological Endoscopy Society National Meeting” dan “Malaysia, Indonesia and Brunei Darusssalam Medical Science Conference”. Tak hanya itu, Dokter Cepi juga kerapkali menjadi instruktur di berbagai pelatihan, seperti “Bali Course on Gynecology Laparoscopy” dan “Laparoscopy Tubal Occlusion” yang diselenggarakan oleh BKKBN.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

3 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

3 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

3 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

3 years ago