Menyusui nggak hanya bermanfaat, tapi juga ngangenin. Coba saja tanyakan hal ini kepada ibu-ibu “pensiunan menyusui”, mungkin Bunda akan melihat banyak anggukan kepala tanda setuju.
Rasa rindu ini datang karena biasanya Bunda, termasuk saya, begitu menikmati masa-masa ini. Walaupun pada awalnya, apalagi dengan segala dramanya, menyusui bukanlah hal yang terlalu menyenangkan bagi saya. Apalagi dengan anak pertama yang sempat diwarnai bingung puting dan rasa kegagalan menjadi ibu karena sempat menambahkan sufor demi memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Sekarang, dengan total jam terbang lebih dari 35.040 jam alias 1460 hari atau 4 tahun lebih untuk dua orang anak, saya kangen menyusui. Ini akan terlihat dari mimik muka saya saat melihat ibu yang menyusui bayinya walaupun itu sekadar foto (seperti saat saya memilih foto untuk artikel ini).
Rasa rindu itu tidak bisa ditolak karena menyusui memang begitu menyenangkan dengan berbagai alasan. Beberapa di antaranya yang saya jabarkan di sini.
…barangkali lebih ampuh dari NAPZA. Terlalu berlebihan? Oh, nggak sama sekali, sistur. Pernah lihat hashtags #breastmilkdrunk di instagram? Well, seperti itulah muka anak bayi saat terpuaskan dengan ASI. Dan ASI siapakah itu? ASI saya. Duh, bangga bisa buat dia tenang seperti itu dengan air bernutrisi yang diproduksi tubuh sendiri.
Alhasil, menyusui menjadi solusi ampuh saat si kecil rewel, karena hal apapun. Entah itu mengantuk, kurang nyaman dengan kondisi sekitar, dan tentu saja lapar. Enyahlah suara tangisan dan rengekan bayi begitu Bunda menyodorkan ASI ke mulutnya. Menidurkan bayi pun bukan perkara sulit dengan “amunisi” ASI di payudara kanan-kiri.
Salah satu hal positif yang terjadi pada tubuh saat kita menyusui adalah kehadiran dua biokimia alias hormon ini. Bisa dibilang kalau kedua hormon ini adalah hormon cinta dan kebahagiaan. Kehadirannya membantu meningkatkan produksi ASI. Bila Bunda merasa kebahagiaan meluap-luap saat menyusui sambil memandang wajah si kecil, bisa dipastikan produksi hormon ini sedang deras-derasnya mengalir dalam tubuh.
Ada buktinya loh, Bun. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kadar prolaktin dalam tubuh, dapat menimbulkan berbagai perasaan positif. Utamanya, kemampuan diri dalam mengatasi stres, termasuk juga mengurangi kecemasan dan depresi.
Ah, ini dia yang amat-sangat bikin kangen menyusui (sambil menatap nanar jarum timbangan yang gerak ke kanan). Saat menyusui, kita bisa bebas mengonsumsi makanan, tanpa harus repot menghitung kalori. Setidaknya, itu yang terjadi pada saya. Dan nyatanya, menyusui memang membuat perut sebentar-sebentar nagih minta diisi.
Tahukah Bunda, ternyata menyusui memang menghabiskan banyak kalori. Bisa tebak berapa? Yak, setidaknya 500 kalori sehari (ini saat bayi masih eksklusif menyusui ASI)! Mencengangkan bukan? Angka itu setara dengan melakukan aquarobik selama 2 JAM* dan pilates selama 2,5 JAM* saja ibu-ibu! Supaya Bunda semua semakin tercengang dengan berapa banyak aktivitas yang harus dikerjakan untuk membakar 500 kalori, silakan simak tabel di bawah ini:
Sumber: https://breakingmuscle.com/fitness/20-ways-to-burn-500-calories
Menyusui, terutama di waktu-waktu sepi, terasa seperti proses meditasi. Si kecil fokus pada Anda, dan ASI yang ia minum. Dan Bunda pun merengkuh keberadaannya dalam lingkupan tangan Bunda, sambil menatap matanya. Saat itu pula Bunda berpikir tentang masa depannya nanti, berdoa kepada semesta untuk memberikan yang terbaik baginya, dan meminta kepada yang kuasa untuk selalu melindunginya.
Momen itu, rasanya tidak ada hal lain yang (lebih) penting. Hanya Anda dan si buah hati… Yah, kecuali Bunda brexting. 🙂
Pada tahapan apapun, masa menyusui merupakan saat si kecil untuk berekspresi dengan gerakan tangannya. Entah saat ia baru lahir, ketika telapak tangan mungilnya melingkar di telunjuk Bunda. Atau ketika ia sudah cukup besar dan kuat untuk menepuk-nepuk muka Bunda atau menarik-narik rambut Bunda. Ouch! Tapi itulah yang ngangenin. Bahkan sampai sekarang, meski sudah tidak menyusui, rambut saya masih menjadi ‘mainan’ favoritnya.
Wah, ini tentu saja tidak bisa dilupakan. Baru ambil posisi menyusui–bahkan jari Anda belum juga membuka kancing kemeja–Anda bisa merasakan antusiasmenya. “Oh, yes… sebentar lagi aku akan bertemu ASI.” Matanya menyala, bibirnya membuka, dan kakinya menendang-nendang.
Dan antusiasme itu akan semakin terasa saat ia akhirnya mencecap ASI… sampai-sampai terlalu antusias dan menyusui sambil bersuara. Lucunya, saya tidak menganggap itu menyeramkan sama sekali. Bagi saya hal itu begitu menggelikan dan bikin kangen!
Ah, menyusui… Ingin rasanya mengulangi, tapi kok malas hamil lagi!
*untuk ibu dengan berat badan 54.5 kg
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…