Categories: PersalinanProses

Bunda dengan Mata Minus Tidak Bisa Melahirkan Normal, Benarkah?

Mata minus atau myopia bisa dialami oleh siapa saja. Tua, muda, bahkan anak-anak. Bunda yang sedang hamil pun mungkin tak terlepas dari masalah satu ini. Jika Bunda sedang hamil dan telah mengalami myopia sebelumnya, mungkin Bunda memendam perasaan was-was karena banyak informasi yang beredar bahwa ibu hamil dengan mata minus tidak dapat melahirkan secara pervaginam atau yang biasa disebut dengan persalinan normal. Namun, benarkah demikian?

Mengapa banyak yang menganggap pengidap mata minus tidak dapat melahirkan normal?

Dikutip dari nature.com, perempuan dengan myopia lebih banyak 1,5 kali yang melahirkan secara caesar daripada perempuan tanpa myopia. Namun, menurut fisiolog Samer Elsherbiny (seperti dikutip dari nature.com), ketidakmampuan ibu hamil dengan myopia untuk melahirkan secara normal hanyalah mitos belaka. 

Mitos ini lazim beredar di masyarakat karena pengidap myopia memang memiliki retina lebih tipis sehingga lebih rentan sobek dan terlepas dari dasarnya. Anggapannya, proses mengejan saat persalinan pervaginam akan memberi tekanan lebih pada retina yang akhirnya menyebabkan berkurangnya penglihatan atau bahkan kebutaan. 

Meski begitu, sejauh ini belum ada bukti medis yang cukup yang mengaitkan persalinan normal pada perempuan myopia dengan kebutaan. Jadi, Bunda tenang saja, ya.

Dampak Manuver Valsava

Namun, ada hal lain yang perlu Bunda ketahui terkait dengan dampak persalinan pervaginam pada mata. Selama persalinan, Bunda mungkin akan diminta untuk melakukan manuver Valsava, yakni teknik pernapasan paksa saat saluran udara tertutup, yang bertujuan meningkatkan tekanan dada dan perut untuk mendorong janin keluar. 

Peningkatan tekanan ini tidak menyebabkan lepasnya retina, tetapi dapat menyebabkan kapiler pada mata pecah hingga mempengaruhi penglihatan atau dikenal sebagai retinopati Valsalva. Umumnya, kondisi ini tidak serius kok dan biasanya hilang dengan sendirinya.

Jadi, Jika Mata Saya Minus, Apa Boleh Melahirkan Normal?

Pada tahun 2003, sebuah rumah sakit di Kroasia mengubah peraturan persalinan mereka. Para ibu hamil dilarang melakukan persalinan secara caesar jika alasannya semata-mata karena mata minus. 

Nah, untuk membuktikan bahwa kebijakan ini tidak berdampak buruk bagi penglihatan ibu bersalin, Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi mereka melakukan penelitian pada 240 pasien ibu bersalin mereka. 

Hasilnya, baik pada ibu bersalin dengan myopia ringan, sedang, maupun berat, pelarangan caesar tidak meningkatkan kasus komplikasi penglihatan. Dari studi ini, bisa disimpulkan bahwa persalinan normal sebenarnya aman-aman saja bagi Bunda yang menderita myopia.

Namun, apapun keputusan Bunda, konsultasikan dengan keluarga dan tenaga kesehatan yang menangani Bunda, ya. Sampaikan sedetail mungkin mengenai kondisi kesehatan Bunda sebelum mengambil keputusan. Pada Bunda yang memiliki miopia, apalagi miopia berat, ada baiknya juga melakukan konsultasi dengan Dokter spesialis mata. Dokter kebidanan dna kandungan bunda biasanya akan mempertimbangkan semua keadaan Bunda. Soalnya, kita tidak pernah tahu apakah Bunda memiliki faktor risiko penyerta lainnya di samping myopia yang membuat persalinan pervaginam lebih riskan dilakukan.

Apapun tipe persalinan yang akan Bunda jalani nanti, kesehatan ibu dan si kecil adalah yang paling utama. Semangat selalu, Bun!

dr. Ferry Darmawan, SpOG

Dokter Ferry Darmawan, SpOG adalah dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang telah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Ia menempuh pendidikan kedokteran dan spesialisasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat ini, Dokter Ferry melakukan pelayanan di Jakarta, yakni RSPAD Gatot Soebroto, RS Satya Negara, dan Pusat Fertilitas Bocah Indonesia (RS Awal Bros Tangerang). Dokter Ferry juga aktif sebagai staf pengajar dan pelatih bedah mininal invasif ginekologi di RSPAD Gatot Soebroto. Berbagai pelatihan dan seminar internasional pernah diikutinya antara lain International Society for Gynecologic Endoscopy Intensive Week di Jakarta pada 2019, Transvaginal NOTES Endoscopic Training Course di Thailand pada 2017, serta Pelatihan Bedah Minimal Invasif di Jerman pada 2016. Dokter Ferry juga pernah menjadi pembicara dalam ESGE Annual Congress di Turki pada tahun 2017 dan beberapa pertemuan ilmiah lain di dalam dan luar negeri. Tak hanya itu, saat ini Dokter Ferry juga aktif dalam Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dan menjabat sebagai Sekretaris Kelompok Kerja Endoskopi.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

4 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

4 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago