Categories: PersalinanProses

Mengapa Kabar Andien Melahirkan di Rumah perlu Disikapi secara Bijak

Kabar gembira datang dari penyanyi Andien Aisyah (34 tahun) yang melahirkan anak keduanya dengan sehat dan selamat, 1 Mei lalu. Seperti anak pertamanya, Anaku Askara Biru (Kawa), anak kedua ini juga lahir melalui proses gentle birth yang terjadi di rumah. Hangat, aman, nyaman, selamat… itulah kesan yang diperoleh dari proses persalinannya. 

Metode persalinan di rumah atau home birth dilakukan Andien dengan dibantu kehadiran bidan dan doula. Tidak hanya Andien yang melahirkan di rumah. Beberapa artis Indonesia seperti Kartika Putri dan Sharena Delon juga diketahui memilih proses lahiran di rumah. 

Lewat persalinannya tersebut, Andien menyampaikan bahwa proses persalinan seharusnya berjalan natural sekaligus memberdayakan perempuan. Akan tetapi, melahirkan di rumah bukan untuk semua orang. Yuk, cari tahu kenapa home birth perlu Bunda sikapi secara bijak. 

1. Pemerintah tidak menyarankan ibu untuk melahirkan di rumah, meski dibantu bidan.

Pemerintah mengimbau para ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang sudah disediakan oleh pemerintah, baik itu di rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, maupun di praktik bidan. Pasalnya, melahirkan di rumah meningkatkan risiko terjadinya infeksi persalinan. Infeksi ini dapat terjadi jika tempat bersalin tidak steril. Kebijakan ini juga ditetapkan untuk mencegah kematian ibu dan bayi yang angkanya masih tinggi di Indonesia. Melahirkan di rumah dapat dilakukan dengan pengecualian yang ketat. Salah satunya jika ternyata ibu hamil tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan karena keterbatasan fisik. 

2. Secara umum, keamanan melahirkan di rumah masih diperdebatkan 

Meski melahirkan di rumah kini menjadi pilihan banyak ibu, biasanya hal ini diterapkan secara hati-hati, melalui persiapan matang. Menurut Kompas.com, sebuah studi yang dipublikasikan di Society for Maternal Fetal Medicine menemukan bahwa angka kematian bayi yang dilahirkan di rumah empat kali lebih tinggi daripada bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Studi tersebut menganalisa kelahiran dan kematian dari 14 juta bayi baru lahir di Amerika Serikat. 

3. Tidak disarankan untuk ibu hamil yang memiliki faktor risiko 

Mereka yang berhasil menjalankan home birth perlu dipastikan menjalani kehamilan yang minim faktor risiko. Beberapa faktor risiko tinggi ibu hamil tersebut di antaranya: preeklampsia, diabetes gestasional, kehamilan kembar, plasenta previa, maupun persalinan prematur. Kehamilan berisiko tinggi ini memungkinkan terjadinya komplikasi dalam kehamilan maupun persalinan. Untuk menangani kehamilan risiko tinggi biasanya bidan akan merujuk Bunda ke dokter obgin. Biasanya dokter obgin juga akan bekerja sama dengan dokter spesialis lain, misalnya penyakit dalam jika Bunda mengidap diabetes.

4. Akses ke fasilitas kesehatan perlu dipastikan

Melahirkan adalah proses alamiah. Meski demikian, proses ini bukannya tanpa risiko. Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi, akan lebih baik jika akses ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap ada dalam jangkauan. Prinsip ini berlaku jika Bunda melahirkan di praktik bidan maupun di rumah. Pastikan sudah ada dalam rencana persalinan Bunda, ke rumah sakit mana Bunda akan dirujuk jika ternyata terjadi penyulit dalam persalinan. Serta bagaimana Bunda akan mengakses rumah sakit tersebut. 

5. Tetap menjalani perawatan pasca melahirkan

Meski melahirkan di rumah, perawatan pasca melahirkan tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Setelah melahirkan, bidan akan memeriksa tanda vital Bunda, mengecek banyaknya darah yang dikeluarkan dan perlu tidaknya jahitan pada perineum, membersihkan dan mengecek kondisi bayi, dan juga memberikan arahan mengenai proses menyusui. Bidan juga dapat melakukan pengecekan kondisi Bunda di masa nifas, yang biasanya dilakukan 7 hari pasca melahirkan. Pemeriksaan ini biasanya meliputi kondisi rahim, luka jahitan (jika ada), kondisi bayi, kemungkinan adanya depresi pasca persalinan, hingga pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.

 
Meski melahirkan di rumah saat pandemi Covid-19 ini terkesan “lebih aman”, sesungguhnya hal ini juga mengandung banyak risiko. Pikirkan kembali opsi Bunda. Apapun fasilitas kesehatan yang Bunda pilih, pastikan bahwa Bunda memiliki kendali soal bagaimana proses persalinan tersebut akan Bunda jalani.

Ibu Sehati

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

3 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

3 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

3 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

3 years ago