Categories: KehamilanPsikologi

Benarkah Stres saat Hamil Bisa Memicu Persalinan Prematur?

Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi lebih cepat dari waktu yang seharusnya atau terjadi sebelum minggu ke-37 kehamilan. 

Fenomena ini tidak dapat disepelekan karena rupanya persalinan prematur berkontribusi terhadap angka kematian bayi. Tak hanya itu, bayi yang dilahirkan prematur juga berpotensi mengalami kecacatan, Bun. Karena itu, penting bagi Bunda untuk menjaga kehamilan dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat memicu persalinan prematur. 

Tahukah, Bunda? Salah satu hal yang diduga dapat memicu persalinan prematur adalah stres saat hamil. Apakah ini benar atau hanya mitos belaka? Yuk, kita simak faktanya.

Stres dan Persalinan Prematur

Dilansir dari situs verywell family, stres saat kehamilan rupanya memang memiliki keterkaitan dengan persalinan prematur. Fakta ini turut didukung oleh sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Perinatal Medicine. Rupanya, ibu hamil yang mengalami stres saat kehamilan lebih berpotensi untuk melahirkan dini daripada ibu yang tidak mengalami stres. Ini karena tubuh ibu memberikan beragam reaksi ketika mengalami stres yang memicu persalinan dini, seperti peningkatan hormon, detak jantung, dan tekanan darah.

Tipe Stres

Ada dua tipe stres yang perlu Bunda tahu, yakni stres akut dan stres kronis. Apa bedanya?

  • Stres akut. Stres ini hanya bersifat sementara dan memicu perubahan yang sementara pula pada tubuh. Tubuh akan cepat kembali ke kondisi normal. Stres akut salah satunya dapat disebabkan oleh pertengkaran dengan pasangan. Saat bertengkar dengan pasangan, tubuh Bunda akan mengalami perubahan. Ketika pertengkaran selesai, tubuh Bunda akan kembali ke kondisi sebelumnya. Stres jenis ini tidak dapat memicu persalinan prematur.
  • Stres kronis. Berbeda dengan stres akut, stres kronis memicu perubahan jangka panjang pada tubuh. Stres tipe ini bahkan bisa membuat tubuh tidak kembali ke kondisi normal dan membuat perubahan pada sistem pembuluh darah, hormon, dan kemampuan tubuh memerangi infeksi. Stres kronis dapat terjadi karena kesulitan mendapat pekerjaan dalam waktu yang lama, kematian orang tercinta, atau perceraian. Tipe stres satu inilah yang dapat memicu terjadinya persalinan prematur.

Selain itu, para peneliti dari University of Montreal yang studinya dipublikasikan dalam Journal of Perinatal Medicine menyebutkan bahwa rasa cemas yang terkait dengan kehamilan berhubungan erat dengan persalinan prematur. Artinya, jika Bunda mengalami kecemasan terkait kehamilan, misalnya kekhawatiran akan rasa sakit persalinan atau cemas karena fisik yang berubah selama kehamilan, Bunda akan lebih berpeluang mengalami persalinan prematur. 

Oh ya, hubungan antara stres selama kehamilan dan persalinan prematur juga ditentukan oleh kapan Bunda mengalami stres, loh. Masih dalam studi yang sama, para peneliti menemukan bahwa hubungan antara stres dan potensi persalinan prematur lebih kuat pada ibu hamil yang mengalami stres di awal kehamilan. Artinya, semakin awal usia kehamilan Bunda ketika mengalami stres, semakin besar pula peluang Bunda mengalami persalinan prematur.

Mengurangi Stres selama Kehamilan

Supaya Bunda tidak mengalami stres berkepanjangan yang akhirnya bisa memicu persalinan prematur, lakukan tindakan-tindakan ini yuk untuk mengurangi stres yang Bunda alami.

  • Konsultasi kepada ahli. Yap, ketika Bunda mulai merasakan stres yang sulit ditangani, carilah bantuan profesional. Ini akan membantu Bunda untuk memulihkan diri.
  • Terapi alternatif. Bunda juga bisa mencoba cara-cara alternatif, seperti akupunktur, yoga, atau hipnoterapi untuk menenangkan diri dan merilekskan pikiran.
  • Olahraga. Aktivitas fisik berdampak rendah seperti jalan kaki atau berenang juga bisa membantu Bunda meredakan stres selama kehamilan, loh.

Bunda, itulah keterkaitan antara stres selama kehamilan dan persalinan prematur. Jika Bunda merasakan stres selama kehamilan ini, segera cari bantuan secepatnya ya. Dengan demikian, Bunda dapat terhindar dari risiko persalinan prematur.

Ibu Sehati

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

4 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

4 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago