Kehilangan calon bayi yang dinanti merupakan pengalaman yang menyedihkan bagi setiap orang tua. Di dunia medis, kehilangan calon bayi dapat dikategorikan menjadi keguguran dan stillbirth. Meski sama-sama menggambarkan kondisi kehilangan janin, kedua istilah ini merujuk pada kondisi yang berbeda. Apa bedanya?
Dilansir dari MedicineNet.com, keguguran adalah kondisi kehilangan janin yang dialami seorang ibu sebelum memasuki usia kehamilan 20 minggu. Sementara itu, stillbirth adalah kondisi ketika ibu kehilangan janinnya setelah usia 20 minggu kehamilan.
Namun, para dokter memiliki pendapat yang berbeda soal ini. World Health Organization (WHO) mengusulkan istilah stillbirth digunakan ketika bayi baru lahir tidak menunjukkan tanda kehidupan setelah melalui masa kehamilan 28 minggu. Perlu dicatat, stillbirth bukan hanya berarti bayi meninggal setelah lahir ya, Bun. Bisa saja bayi sudah meninggal dalam kandungan lantas terpaksa dilahirkan. Gejala yang dialami oleh ibu dengan stillbirth adalah berhentinya gerakan janin, kram, nyeri, atau pendarahan.
Selain definisinya, keguguran dan stillbirth juga memiliki perbedaan dari sisi penyebabnya. Simak di bawah ini.
Keguguran paling umum disebabkan oleh kelainan kromosom sehingga janin berhenti bertumbuh, entah karena kelebihan atau justru kekurangan kromosom. Semakin dini keguguran terjadi maka semakin mungkin penyebabnya adalah kelainan kromosom. Siapapun bisa mengalami ini, tetapi risikonya meningkat bagi ibu hamil yang berusia 35 tahun ke atas. Selain kelainan pada kromosom, hal lainnya yang menjadi penyebab keguguran adalah:
Meski kelainan kromosom atau cacat janin juga bisa menyebabkan stillbirth, kemungkinan ini yang jadi penyebabnya lebih rendah. Stillbirth acapkali disebabkan oleh masalah kesehatan atau masalah kehamilan yang dialami ibu. Beberapa di antaranya adalah:
Dokter biasanya tidak akan melakukan tes apapun untuk mengetahui penyebab keguguran pertama karena sebagian besar keguguran pertama disebabkan oleh kelainan kromosom pada janin. Jika Bunda mengalami keguguran berulang (dua kali atau lebih) barulah biasanya serangkaian tes dilakukan untuk mengetahui penyebabnya. Bunda juga bisa proaktif meminta dokter untuk melakukan tes mendalam setelah mengalami keguguran atau stillbirth.
Namun, selain tindakan medis, Bunda juga perlu mencari dukungan emosional. Karena terlepas dari apapun istilahnya, baik keguguran maupun stillbirth dapat meninggalkan luka mendalam. Carilah dukungan emosional dari orang-orang terdekat Bunda. Bunda juga bisa mengikuti berbagai support group yang dipandu ahli untuk mendapatkan dukungan. Jangan pula sungkan untuk mendatangi psikolog atau psikiater jika merasa butuh bantuan profesional ya, Bun.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…