Antiphospolipid syndrome (APS) atau sindrom kekentalan darah adalah gangguan autoimun yang kerap menimbulkan sejumlah risiko pada kehamilan. Awalnya, sindrom ini diketahui sebagai penyakit bawaan dari lupus. Namun, seiring berjalannya waktu, sindrom APS juga ditemukan sebagai sebuah kejadian tunggal atau lebih dikenal dengan sebutan sindrom APS primer. Sindrom ini pulalah yang kerap menjadi penyebab utama stroke pada orang di bawah usia 50 tahun.
Sayangnya, sulit mengenali sindrom APS semenjak dini. Biasanya, seseorang baru terdeteksi mengalami sindrom APS ketika mengalami keguguran berulang atau ketika memiliki gumpalan darah di otak atau pembuluh darah lainnya. Lantas, apa saja risiko yang ditimbulkan oleh sindrom APS pada kehamilan?
Ibu hamil yang menderita sindrom kekentalan darah berisiko mengalami keguguran dalam kehamilannya. Namun, risikonya lebih tinggi pada trimester kedua, yakni di antara usia kehamilan 3 sampai 6 bulan. Ibu yang mengalami sindrom APS pun lima kali lebih berisiko mengalami stillbirth atau bayi lahir mati dibanding ibu yang tidak mengalami sindrom ini.
Bagi ibu yang mengalami keguguran berulang, sindrom APS pun kerap menjadi penyebab utamanya. Meski begitu, jika sindrom ini cepat terdeteksi saat keguguran terjadi dan mendapat penanganan tepat, risiko keguguran kembali pada kehamilan berikutnya mungkin berkurang.
Oh ya, Bun. Karena sindrom APS mempengaruhi baik plasenta maupun rahim, ada sejumlah komplikasi lain yang mungkin terjadi ketika hamil, yakni:
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sindrom APS sulit dideteksi secara dini. Pasalnya, sindrom satu ini hampir tidak memiliki gejala. Gejala paling mungkin sindrom APS pada perempuan adalah kejadian keguguran berulang.
Jika Bunda mengalami keguguran berulang, dokter mungkin akan melakukan tes antibodi antikoagulan lupus atau antibodi antikardiolipin. Bila hasilnya positif lebih dari satu kali, ada kemungkinan Bunda mengalami sindrom APS. Namun, hasil ini pun belum tentu akurat ya, Bun, mengingat sindrom APS tidak selalu berkaitan dengan lupus.
Jawabannya bisa, Bun! Seperti dilansir dari verywellfamily.com, ibu hamil yang menderita sindrom APS dan ditangani dengan tepat memiliki peluang sebesar 70% untuk menjalani kehamilan dengan baik. Perawatan yang diberikan biasanya melibatkan aspirin dosis rendah dan suntik heparin. Walau jenis perawatan ini meningkatkan kesuksesan kehamilan, perlu diingat bahwa risiko komplikasi pada trimester ketiga dapat meningkat.
Karena itulah, pada ibu dengan sindrom APS, obgyn akan menyarankan pemeriksaan secara mendalam ke spesialis yang berkaitan. Pemantauan secara rutin dan berkala selama kehamilan pun disarankan untuk melihat perkembangan janin serta untuk memeriksa ada atau tidaknya komplikasi. Pada trimester ketiga, Bunda mungkin akan diminta melakukan pemeriksaan CTG agar kondisi stres pada janin, jika memang ada, bisa cepat terdeteksi.
Itulah Bunda secuil informasi mengenai kehamilan dengan sindrom APS. Bila Bunda pernah mengalami keguguran berulang dan kini sedang merencanakan kehamilan kembali, lebih baik minta dokter untuk mengecek keberadaan sindrom APS ini ya, Bun, karena bisa jadi inilah penyebabnya.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…