Ada yang bilang, ketika seorang perempuan hamil, ia akan makan dalam porsi untuk dua orang. Namun, sebenarnya tidak hanya makan saja, apapun yang Bunda lakukan akan otomatis berimbas pada buah hati dalam kandungan. Mulai dari hal positif seperti mengonsumsi sayur dan buah hingga hal negatif seperti merokok dan minum alkohol.
Konsumsi rokok dan alkohol selama hamil ini perlu menjadi perhatian karena menurut survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang penggunaan narkoba pada 2012, hampir 16% wanita hamil mengonsumsi rokok, 8,5% wanita hamil mengonsumsi minuman beralkohol, dan 6% ibu hamil menggunakan obat terlarang. Mereka diduga tidak memahami betul dampak konsumsi rokok, alkohol, dan zat terlarang pada buah hati dalam kandungan.
Dokter Olivia Widyanti Budiman, SpOG menyebutkan beberapa kategori efek penyalahgunaan zat narkoba selama kehamilan, di antaranya adalah efek langsung bagi tubuh Bunda, efek pada kehamilan dan kelahiran, efek pada janin hingga kelahirannya, dan efek pada tumbuh kembang anak. Berikut detailnya.
Jika Bunda terkena penyakit menular seksual kemungkinan hal ini turut berdampak pada bayi dalam kandungan memang besar. Ini berbeda dengan penyalahgunaan zat dan kecanduan narkoba. Meski jarang, tidak menutup kemungkinan Bunda akan mengalami ketuban pecah dini, persalinan prematur yang lebih tinggi dari normal, cairan ketuban terkena infeksi yang disebabkan oleh bakteri, SIDS (sudden infant death syndrome), pewarnaan mekonium, preeklampsia, solusio plasenta, dan kelainan bawaan akibat konsumsi zat terlarang selama kehamilan.
Zat heroin yang mengakibatkan ketergantungan dapat berisiko langsung pada janin, seperti 50% bayi lahir dengan berat rendah, 50% bayi berukuran kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, dan banyak juga diantaranya akan mengalami depresi pernapasan, hipoglikemia, perdarahan yang terjadi pada rongga kepala meliputi jaringan otak, hingga kematian dalam kandungan.
“Mayoritas bayi yang lahir dari Bunda pecandu heroin menunjukkan tanda-tanda kecanduan. Tujuh puluh lima persen di antaranya menunjukkan tanda-tanda klinis penarikan dalam 48 jam pertama setelah lahir. Nah, gejala umum termasuk tremor, iritasi yang berlebihan, demam, kurang makan, diare, gangguan pernapasan, dan penurunan berat badan,” tutur dr. Olivia.
Selain heroin, zat lainnya yang kerap disalahgunakan adalah ganja. Lebih dari 25% wanita dalam masa reproduksinya menggunakan ganja sehingga akhirnya menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, prematuritas, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), gangguan perkembangan anak, gangguan adaptasi, dan kelainan pada janin.
Beralih ke alkohol. Saat ini penggunaan alkohol selama kehamilan sudah dianggap sebagai minuman pengganti air putih oleh kebanyakan wanita selama masa kehamilannya. Konsumsi alkohol per harinya bisa mencapai dua atau lebih minuman. Tak jarang, wanita yang sedang dalam masa kehamilan dan mengkonsumsi alkohol secara kronis, berisiko mengalami kegagalan janin karena terhambatnya sintesis protein.
Selain retardasi pertumbuhan intrauterin (terhambatnya pertumbuhan janin), bayi dari ibu yang mengkonsumsi alkohol juga berpotensi terdampak sindrom alkohol janin atau fetal alcohol syndrome (FAS). Sindrom ini bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin serta menimbulkan masalah pertumbuhan lainnya.
Dokter Olivia menyebutkan bahwa FAS ditandai dengan berbagai tingkat seperti kelainan bawaan atau cacat lahir, gangguan pertumbuhan prenatal dan postnatal, kelainan sistem saraf pusat, dan kelainan jantung. Efek alkohol janin termasuk malformasi kongenital, cacat genitourinary (organ urine dan genital), dan ketidakmampuan belajar.
Bunda, tidak berbeda jauh dengan narkoba dan minuman beralkohol, konsumsi rokok juga sama berbahayanya. “(Akibat rokok) bayi akan dilahirkan secara prematur dengan berat badan rendah dan masalah kesehatan. Bayi akan tinggal di rumah sakit dalam waktu yang lebih lama. Bayi juga kemungkinan akan mengalami cacat lahir seperti bibir sumbing sampai sudden infant death syndrome (SIDS) atau sindrom kematian bayi mendadak,” tutur dr. Olivia.
Dokter Olivia menuturkan bahwa kadar toleransi setiap orang berbeda, demikian juga dengan efek yang ditimbulkan pada janin dalam kandungannya. Karena tidak tahu sampai di mana kadar toleransi Bunda, lebih baik hindari saja penggunaan zat-zat berbahaya yang mungkin akan berdampak pada janin dalam kandungan. Hal ini juga berlaku bagi konsumsi rokok dan alkohol.
Dengan berhenti mengonsumsi zat-zat berbahaya ini, Bunda telah melakukan perawatan prenatal dengan tepat. Para peneliti menemukan bahwa berpartisipasi dalam perawatan prenatal–seperti berhenti mengkonsumsi rokok dan alkohol–sudah dapat mengurangi morbiditas perinatal (bayi mengalami sakit).
Tetap semangat menjaga pola hidup sehat ya Bunda. Jauhi hal-hal yang tidak baik selama kehamilan demi kesehatan sang buah hati. Bila Bunda ingin mengetahui informasi menarik lainnya mengenai masa kehamilan, Bunda bisa mengikuti Ibu Sehati di Facebook dan Instagram. Jangan lupa untuk mengunduh aplikasi Ibu Sehati di Google Play Store dan Apple Store untuk kehamilan yang menyenangkan dan menenangkan ya, Bunda.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…