Kehamilan adalah momen yang ditunggu-tunggu dalam kehidupan berumah tangga, baik oleh suami maupun istri. Sayangnya, karena kehamilan terlekat di fisik perempuan, pihak suami kerap lupa memberi dukungan yang seharusnya. Padahal, masa kehamilan semestinya dilalui bersama sebagai pasangan suami istri.
Menurut psikolog Anisa Cahya Ningrum, ibu hamil seharusnya mendapat perhatian yang cukup dari suami. Bila hal ini tidak terpenuhi, ibu hamil bisa mengalami risiko depresi pascamelahirkan dan baby blues. Tak hanya itu, depresi pada ibu juga bisa berdampak pada anak. Anak dari seorang ibu yang depresi berpotensi mengalami gangguan emosional dan kognitif.
“Kadang anak jadi lebih mudah rewel, ikatan emosional dengan ibu kurang kuat, dan bisa juga mengalami keterlambatan bicara. Itu semua adalah kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami anak jika ibu mengalami depresi pascamelahirkan,” ujar Anisa pada kelas online bertajuk Ayah Siaga, Ibu Hamil Bahagia yang diselenggarakan Ibu Sehati.
Supaya hal ini tak terjadi, Ayah mesti menjadi suami siaga yang siap memberikan dukungan fisik maupun psikis kepada Bunda. “Siaga bisa diartikan sebagai peran yang selalu dalam keadaan siap siaga dalam melindungi keluarganya. Namun, bisa juga merupakan akronim dari ‘siap-antar-jaga’,” kata Anisa. Namun, menurut Anisa, untuk mewujudkan kondisi yang ideal ini, Ayah juga memerlukan dukungan istrinya. Bunda juga harus mengatakan secara jelas kepada Ayah mengenai keinginannya.
Bila Ayah ingin menjadi suami siaga, inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mendukung Bunda selama kehamilan, selama persalinan, hingga masa-masa setelah melahirkan.
Bunda membutuhkan dukungan selama kehamilan berlangsung. Ada banyak hal yang bisa Ayah lakukan untuk menunjukkan dukungan. Saat hamil, Bunda biasanya akan mengalami mual dan pegal-pegal. Berilah dukungan dengan memberinya pijatan-pijatan kecil, mengelus punggungnya saat mual, atau bahkan hanya mendengarkan keluh kesahnya. Dukungan seperti ini pasti akan membuat Bunda merasa didampingi.
Ayah juga bisa mendampingi Bunda memeriksakan kandungan ke dokter atau bidan. Banyak-banyaklah bertanya kepada tenaga medis mengenai perkembangan janin supaya Ayah juga tahu apa yang harus dilakukan.
“Usahakan pula untuk tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan yang bisa memicu pertengkaran, agar emosi ibu tetap stabil. Sebaliknya, tumbuhkan kepercayaan dirinya agar ibu bisa menjalani kehamilan dan persalinannya dengan lancar,” ucap Anisa.
Nah, bagaimana dengan ngidam? Apakah menuruti ngidam Bunda selama kehamilan adalah bentuk dukungan? Ya, tentu. Selama Ayah masih bisa memenuhi keinginan Bunda, tak ada salahnya menurutinya. Namun, jika memang di luar kemampuan Ayah, sampaikan dengan baik-baik kepada Bunda. “Jangan khawatir anak akan ngeces bila ngidam tidak dituruti. Ini adalah mitos,” kata Anisa.
Dukungan Ayah sebagai suami siaga tak berhenti di fase persalinan saja. Saat melahirkan, kehadiran Ayah juga sangat diperlukan. “Ayah harus mempelajari tanda-tanda persalinan agar tahu kapan waktu yang tepat membawa Bunda ke rumah sakit. Selama persalinan, Ayah juga bisa memandu Bunda mengolah napas, mengusap tangan, punggung, dan perut ibu agar merasa nyaman,” kata Anisa.
Namun, menurut Anisa, hal pertama yang harus dipastikan adalah Ayah benar-benar bisa dan kuat mendampingi proses persalinan. Bila Ayah tidak sanggup, entah karena memang tak mampu menghadapi darah atau karena sedang berada nun jauh di sana, tunjuklah pihak yang akan mendampingi Bunda selama persalinan dan memberikan bantuan di saat-saat darurat.
“Dan jika bayi telah lahir, berikan ucapan selamat, pelukan, ciuman, bahkan hadiah jika memungkinkan untuk penghargaan kepada ibu yang telah berhasil berjuang melahirkan bayinya,” ujar Anisa.
Nah, bila bayi telah lahir, dukungan Ayah untuk Bunda semakin diperlukan. Setelah melahirkan, Bunda pasti membutuhkan waktu untuk memulihkan diri dan beristirahat dengan cukup. Untuk memastikan Bunda mendapat istirahat yang cukup, tanganilah beberapa pekerjaan rumah tangga. Bila Ayah pun tak sanggup karena sibuk bekerja, Ayah bisa mempekerjakan orang lain untuk merapikan rumah.
“Ayah juga perlu memotivasi ibu agar semangat menyusui bayinya. Ingatkan pula untuk mengonsumsi makanan seimbang agar bisa menjadi booster bagi produksi ASI,” ucap Anisa.
Bila si kecil sudah memiliki kakak, jangan lupa beri perhatian untuknya. “Pengasuhannya perlu dipastikan agar tidak merasa tersisihkan. Luangkan waktu khusus dengannya dan pastikan semua kebutuhan fisiknya terpenuhi,” urai Anisa.
Terakhir, jangan lupa berikan perhatian khusus kepada Bunda. Sampaikanlah betapa ayah menyayanginya dan tanyakan perasaannya. Masa-masa melahirkan adalah masa yang rentan bagi Bunda karena baru beralih peran sebagai seorang ibu. Perhatian dari orang terdekat akan membuat ia merasa tidak sendirian melalui masa ini.
Peran sebagai suami siaga mungkin mudah diwujudkan ketika Ayah tinggal di tempat yang sama dengan Bunda. Namun, bagaimana bila Ayah dan Bunda tinggal di dua kota atau bahkan negara yang berbeda? Berdasarkan penjelasan Anisa, inilah beberapa hal yang bisa Ayah lakukan untuk menunjukkan dukungan kepada Bunda walau tinggal di dua lokasi berbeda.
Itulah tips dan trik seputar menjadi suami siaga yang bisa membantu pengalaman motherhood journey Bunda lebih menyenangkan dan menenangkan.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…