Bunda sudah cukup familier dengan vaksin MR? Beberapa waktu lalu, sempat ada kontroversi mengenai kehalalan vaksin ini. Meski akhirnya MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa penggunaan vaksin MR ini mubah hukumnya, ada baiknya Bunda mengetahui manfaat imunisasi MR pada anak ini. Lalu apakah vaksin MR aman untuk si kecil? Yuk, cek penjelasannya di bawah ini.
Vaksin MR merupakan kombinasi dari vaksin campak atau Measles dan Rubella yang tujuannya adalah untuk perlindungan tubuh dari kedua penyakit tersebut.
Kehadiran vaksin MR ini menggantikan vaksin MMR yang sebelumnya tidak tersedia lagi di fasilitas kesehatan di Indonesia. Sedikit berbeda, vaksin MMR yang merupakan singkatan dari Measles, Mumps, Rubella ini melindungi diri dari penyakit campak, gondongan, dan rubella.
Gondongan itu sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Gejala gondongan adalah demam, nyeri sendi, sakit kepala, kelelahan, tidak nafsu makan, dan pembengkakan pada kelenjar yang terletak di bawah telinga. Kasus gondongan sudah semakin jarang ditemui di Indonesia.
Saat ini pemerintah masih memprioritaskan penerapan vaksin MR mengingat dampak dan komplikasi berat yang dipicunya, bahkan bisa menyebabkan mematikan. Vaksin MR yang beredar di Indonesia itu sendiri sudah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari BPOM Indonesia lho, Bun.
Penerapan vaksin MR pada si kecil sangat dianjurkan. Tahukah bunda, vaksin ini aman serta telah digunakan lebih dari 141 negara di dunia. Pun, vaksin MR diketahui 95% efektif mencegah penyakit campak dan rubella.
Apabila si kecil mendapatkan 1 dosis vaksin MMR, maka Bunda perlu membawanya untuk imunisasi MR, Agar kekebalan tubuhnya maksimal untuk dapat melawan penyakit campak dan rubella.
“Target imunisasi MR adalah anak usia 9 bulan sampai 18 tahun, diberikan total sebanyak 3 kali. Imunisasi MR biasanya diberikan saat anak sudah memasuki usia 9 bulan, 15 bulan, dan 5 tahun,” ucap dr Anjar Setiani, SpA.
Dokter Anjar juga menyatakan bahwa, bila Bunda telah melakukan imunisasi campak terhadap si kecil, sebaiknya Bunda tetap memberikan vaksin MR. Vaksin MR ini telah mengandung 2 jenis vaksin, yaitu vaksin campak dan rubella sehingga lebih lengkap dibandingkan campak saja.
Si kecil pernah mendapatkan vaksin campak? Maka sebaiknya, beri jarak waktu minimal 6 bulan setelah vaksin campak diberikan, untuk memberikan vaksin MR pada si kecil.
Lalu, bagaimana dengan efek samping imunisasi MR pada si kecil? Apakah si kecil akan demam atau sakit? Ya, tidak sedikit Bunda yang akan menanyakan hal tersebut.
Tidak perlu cemas, Bun. Memang setelah si kecil imunisasi, bisa saja ia mengalami demam ringan, ruam merah, serta bengkak dan nyeri pada bekas suntikan. Akan tetapi, hal tersebut wajar terjadi dan merupakan efek normal saat si kecil baru saja imunisasi.
“Efek imunisasi MR bisa menimbulkan demam, ruam merah di kulit, atau muncul gejala campak/rubella, tapi sangat ringan,” ucap dr Anjar lagi.
Reaksi tersebut akan segera hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari, Bunda. Dampak kecil tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh si kecil. Imunisasi MR akan memberikan kekebalan tubuh terhadap campak dan rubella.
Bagaimana dengan mitos yang menyebutkan bahwa setiap orang akan mengalami campak, paling tidak sekali dalam hidupnya. Ternyata pernyataan tersebut dibantah oleh dr. Anjar lho, Bun.
“Pernyataan ini tidak benar. Ada kemungkinan bisa terkena lagi meskipun sudah imunisasi,” tutur dr. Anjar. Campak bisa saja datang meskipun si kecil sudah menjalankan imunisasi. Bedanya, gejala campak yang dialami tidaklah seberat jika ia tidak divaksin.
Pada prinsipnya, fungsi imunisasi adalah menstimulasi pembentukan antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu sehingga jika ada virus atau bakteri tersebut, maka tubuh sudah memiliki antibodinya sehingga bisa tidak sakit atau kalau sakit pun hanya ringan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa pemberian vaksin MR dapat menyebabkan autisme pada si kecil. Itu tidak benar ya, Bunda. Dugaan ini sudah dipatahkan oleh banyak ahli kesehatan dunia. Sampai saat ini memang belum ada bukti medis yang jelas-jelas menyebutkan adanya korelasi antara imunisasi dan autisme.
“Jangan mudah terpengaruh dengan informasi yang belum tentu kebenarannya. Kecuali memang sudah diinformasikan langsung oleh dokter atau tenaga medis yang ahli dibidangnya,” ucap dr. Anjar.
Tetaplah bijak dalam mengambil keputusan ya, Bun. Apalagi untuk si kecil yang akan tumbuh dan berkembang nantinya.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…