Air ketuban merupakan cairan yang melingkupi si kecil yang sedang berada di dalam perut bunda, lho. Fungsi air ketuban sendiri adalah melindungi si kecil dari cedera, infeksi, sekaligus memberikan ruang pada si kecil untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Bila air ketuban terlampau sedikit, hal ini dapat berbahaya bagi si kecil.
Lalu, apa itu oligohidramnion? Menurut dr. Cepi Teguh Pramadya, Sp.OG, oligohidramnion adalah kondisi terjadinya penurunan atau kekurangan jumlah cairan ketuban yang melingkupi janin dalam rahim.
Untuk tahu apakah Bunda mengalami oligohidramnion, dokter biasanya mengukur jumlah cairan ketuban. Ada beberapa metode yang bisa dokter lakukan. Salah satunya adalah melalui evaluasi indeks cairan ketuban atau amniotic fluid index (AFI) atau pengukuran kedalaman saku.
Jika AFI menunjukkan tingkat cairan kurang dari 5 cm (atau kurang dari persentil ke-5), tidak adanya kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka Bunda dicurigai menderita oligohidramnion.
Menurut data dari American Pregnancy, sekitar 8% wanita hamil dapat memiliki tingkat cairan ketuban yang rendah. Dari jumlah itu, sekitar 4% didiagnosa mengidap oligohidramnion. Ini dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, tetapi paling sering terjadi selama trimester terakhir ya, Bun.
Jika dua sampai tiga minggu setelah HPL Bunda belum juga melahirkan, risiko Bunda memiliki tingkat cairan ketuban yang rendah akan lebih tinggi. Pasalnya, cairan ketuban dapat berkurang hingga setengahnya setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu.
Jika Bunda mengalami oligohidramnion dalam rentang waktu ini, dampaknya pun akan lebih berbahaya karena oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi pada sekitar 12% kehamilan yang berlangsung selama 41 minggu. Ketika dilahirkan, janin dapat mengalami gangguan fisik, seperti dagu dan telinga lebih rendah daripada kondisi normal hingga hidung melebar.
Penyebab oligohidramnion bisa datang dari kondisi ibu ataupun janin. “Pada janin, penyebab oligohidramnion bisa karena kelainan pada saluran kemih dan atau ginjal,” ujar dr. Cepi. Kelainan saluran kemih atau ginjal pada janin itulah yang merupakan kelainan kongenital dan bisa menyebabkan oligohidramnion. Kelainan kromosom pada janin yang berada dalam perut Bunda juga bisa jadi penyebabnya.
Penyebab oligohidramnion lainnya adalah insufisiensi plasenta, yaitu gangguan atau masalah pada plasenta yang menyebabkan kebutuhan oksigen pada janin tidak terpenuhi. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada fungsi ginjal janin atau si kecil dalam perut bunda. Produksi urin janin akan berkurang dan kemudian berdampak pada penurunan jumlah air ketuban.
Sementara itu, penyebab oligohidramnion yang berasal dari kondisi Bunda adalah hipertensi, pertumbuhan janin terhambat, dan sindroma aspirasi.
Lebih lengkapnya, inilah faktor risiko pada ibu hamil yang terkait dengan oligohidramnion.
Air ketuban yang bocor dan usia kehamilan yang melewati HPL juga bisa jadi penyebab oligohidramnion loh, Bun.
Ketika Bunda mengalami oligohidramnion, tanda yang biasa timbul adalah nyeri pada ulu hati, terjadinya kontraksi yang tidak teratur, dan gerakan janin berkurang. Dokter Cepi menyebutkan bahwa pada kasus oligohidramnion yang berat, kadang bentuk perut Bunda akan menyerupai bentuk janin seolah janin tercetak di kulit perut. Perut Bunda juga akan terlihat lebih kecil dari usia kehamilan seharusnya.
“Pengobatan oligohidramnion bisa dengan tindakan amnioinfusion, yaitu memberikan infus NaCl ke dalam rongga amnion untuk menambah volume cairan ketuban,” ucap dr. Cepi. Pemberian cairan intravena dan oral juga dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kadar cairan amnion. Bedrest total pun dapat membantu Bunda menambah volume cairan ketuban. Namun, segala pengobatan dan tindakan untuk mengatasi oligohidramnion tentunya dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter ya, Bun.
Bunda, perlu diketahui bahwa, ada beberapa penyebab oligohidramnion yang memang tidak bisa dicegah. Namun untuk beberapa hal yang terkait dengan gaya hidup, Bunda dapat melakukan upaya pencegahan, berupa;
Itulah berbagai hal tentang oligohidramnion yang perlu Bunda ketahui. Dokter Cepi menyarankan Bunda tetap berhati-hati agar terhindar dari kondisi ini. Konsumsilah vitamin yang dianjurkan dokter dan minum air putih minimal tiga liter per harinya. Lakukan pula kontrol kehamilan secara teratur dan berkala untuk mengetahui kondisi terkini si kecil dan tekanan darah Bunda.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar kehamilan dan persalinan, Bunda dapat mengukuti laman Facebook dan Instagram Ibu Sehati. Untuk panduan menjalani kehamilan, coba unduh Sehati Apps di smartphone Bunda melalui Google Play Store Google Play Store dan Apple Store.
Sumber: 1. William’s Obstetrics Twenty-Second Ed. Cunningham, F. Gary, et al, Ch. 21. March of Dimes.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…