Categories: KehamilanKesehatan

Anemia saat Hamil, Waspadai Dampaknya bagi Janin Bunda

Selama hamil, volume darah dan produksi sel darah merah meningkat secara drastis. Hal ini sebagai upaya untuk menyuplai oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang berkembang. Itu sebabnya, kebutuhan zat besi akan bertambah.

Zat besi, seperti disebutkan dalam ncbi.nlm.nih.gov., sangat penting sebagai salah satu bahan pembentuk  Hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk mengirimkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh, yang diperlukan untuk menghasilkan energi seluler.

Kadar besi yang dibutuhkan setiap orang akan berbeda sesuai usia, jenis kelamin, serta kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui. Khusus untuk ibu hamil, kebutuhan zat besinya sangat besar.

Dilansir dari Medicalnewstoday.com, asupan harian zat besi yang direkomendasikan bagi Bunda yang sedang hamil adalah 27 mg per hari. Bandingkan dengan perempuan dewasa usia 19-50 tahun yang ‘hanya’ membutuhkan 18 mg per hari.

Lalu apa yang akan terjadi kalau asupannya kurang? Anemia mungkin terjadi. Menurut American Society of Hematology dalam hematology.org, anemia ringan biasanya cukup normal terjadi selama kehamilan akibat meningkatnya volume darah.

Apa itu Anemia?

Ada banyak cara untuk mendiagnosis anemia. Tetapi yang paling umum adalah dengan tes darah yang dikenal sebagai nilai darah lengkap.

Tes ini menghitung jumlah komponen darah, termasuk kadar hemoglobin dan hematokrit atau rasio dari volume sel darah merah terhadap total volume darah.

Penghitungan darah lengkap ini, seperti disebutkan dalam Medicalnewstoday.com, bisa memberikan petunjuk terhadap kesehatan menyeluruh seorang pasien. Jika kadar sel darah merah (eritrosit) dan hemoglobin di bawah normal, ada kemungkinan Anda mengalami anemia.

Ada rujukan nilai yang perlu dipertimbangkan. Kadar hemoglobin di bawah 13g/dL untuk pria dan di bawah 12 g/dL untuk wanita dikategorikan sebagai abnormal. Sementara kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL pada masa kehamilan dikategorikan abnormal.

Kondisi abnormal ini tidak boleh dianggap remeh. Mengingat anemia bisa berdampak negatif pada ibu maupun janin, terlebih bila anemia yang dialami tergolong berat.

Ibu yang mengalami anemia berat saat hamil di dua trimester pertama berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan rendah. Tidak hanya itu saja, anemia berat akan meningkatkan risiko kehilangan banyak darah selama persalinan. Ibu pun akan lebih sulit melawan infeksi, mengingat zat besi mendukung sistem imunitas tubuh.

Selain ibu, bayi juga berisiko tinggi mengalami anemia. Kondisi ini, seperti disebutkan dalam Saudi Medical Journal yang dilansir ncbi.nlm.nih.gov., harus dikenali dan ditangani dengan tepat karena ada konsekuensi jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi. Bayi dan anak-anak dengan anemia defisiensi besi berisiko mengalami masalah perkembangan kognitif, sosial, emosional, maupun fungsi adaptif.

Siapa yang Berisiko?

Bunda berisiko lebih tinggi mengalami anemia berat selama hamil, kalau:

  1. Mengalami dua kehamilan dalam waktu berdekatan.
  2. Hamil kembar (dua, tiga, atau lebih).
  3. Tidak cukup asupan zat besi.
  4. Riwayat anemia sebelum hamil
  5. Ibu yang menderita Thalasemia.

Apa Gejalanya?

Kebanyakan dari simptom anemia saat hamil juga merupakan gejala yang dapat dialami bahkan bila Bunda tidak mengalami anemia berat. Gejala ini meliputi:

  1. Merasa lelah atau lemas.
  2. Kulit menjadi pucat.
  3. Detak jantung yang cepat.
  4. Napas pendek.
  5. Sulit berkonsentrasi.

Bagaimana Mencegah Anemia saat Hamil?

Cara terbaik adalah dengan memenuhi kebutuhan zat besi melalui asupan makanan yang bergizi. Baik ketika hamil maupun sebelum hamil.

Ada banyak sumber makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran berwarna hijau, daging merah, sereal yang telah difortifikasi zat besi, telur, dan kacang-kacangan. Upayakan agar kebutuhan zat besi yang direkomendasikan sebanyak 27 mg/hari dapat dipenuhi.

Untuk membantu menghitung, berikut beberapa makanan sumber zat besi yang dapat dikonsumsi.

  1. 100 gr sereal oat kering, tawar, yang sudah difortifikasi mengandung 24,72 mg.
  2. Satu potong cokelat hitam (45-69 persen kakao) mengandung 12,99 mg.
  3. Satu cangkir bayam masak mengandung 6,43 mg.
  4. 85 gram hati sapi mengandung 4,17 mg.
  5. 85 gram daging  sapi giling tanpa lemak mengandung 2,07 mg.
  6. Kentang panggang medium mengandung 1,87 mg.
  7. 85 gram kacang mede panggang mengandung 2 mg.

Kebanyakan perempuan menjalani kehamilan tanpa menyadari kalau dirinya kekurangan zat besi.  Kurangnya penambahan berat badan yang tepat selama hamil menjadi prediktor dari defisiensi zat besi.

Bunda yang berencana hamil atau sedang hamil, ada baiknya mengetahui soal anemia ini, ya. Kalau sudah ada tanda-tanda anemia, segera hubungi dokter untuk dilakukan penanganan.

Sumber:

The Impact of Maternal Iron Deficiency and Iron Deficiency Anemia on Child’s Health

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4375689/

iron Nutrition During Pregnancy

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK235217/

anemia and Pregnancy

https://www.hematology.org/Patients/Anemia/Pregnancy.aspx

Everything You Need to Know about Iron

https://www.medicalnewstoday.com/articles/287228.php

dr. Cepi Teguh Pramayadi SpOG, MARS

Dokter Cepi merupakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang saat ini menjabat sebagai Laparoscopic Surgeon Head di Pusat Pelayanan Operasi RSUI. Saat ini, dokter yang juga berperan sebagai pengajar Universitas Indonesia ini sedang menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia. Sebelumnya, ia memperoleh gelar spesialisnya juga di Universitas Indonesia.Tak hanya memiliki gelar spesialis di bidang obstetri dan ginekologi, ia juga memiliki gelar magister di bidang administrasi rumah sakit dari pendidikannya di Universitas Respati Indonesia. Kesibukan Dokter Cepi sangat beragam. Ia di antaranya memiliki pengalaman sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar, seperti “The 2nd Indonesian Gynecological Endoscopy Society National Meeting” dan “Malaysia, Indonesia and Brunei Darusssalam Medical Science Conference”. Tak hanya itu, Dokter Cepi juga kerapkali menjadi instruktur di berbagai pelatihan, seperti “Bali Course on Gynecology Laparoscopy” dan “Laparoscopy Tubal Occlusion” yang diselenggarakan oleh BKKBN.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago