Categories: KehamilanKesehatan

Berat Badan Tidak Bertambah Saat Hamil, Perlukah Diwaspadai?

Berat badan turun saat hamil cukup sering dialami Bunda yang sedang hamil, khususnya pada trimester pertama kehamilan. Biasanya di awal kehamilan, nafsu makan Bunda cenderung turun karena kerap merasa mual. Alhasil, berat badan Bunda pun ikut berkurang.

Namun kapan saatnya mewaspadai berat badan turun saat hamil? Kita simak penjelasannya berikut ini, yuk, Bun.

Morning sickness

Sekitar 70-80% wanita hamil mengalami mual dan muntah di trimester pertama kehamilan. Baru makan beberapa suap, rasa mual menyerang. Begitu pula saat mencium aroma makanan tertentu. Tak jarang rasa mual ini kemudian diikuti dengan muntah.

Gejala yang sering kita sebut dengan morning sickness ini, meski membuat Bunda merasa tidak nyaman, pada umumnya tidak membahayakan kesehatan janin. Bahkan, sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa morning sickness adalah salah satu tanda kehamilan. Karena itu, jika berat badan sedikit berkurang di awal kehamilan akibat morning sickness, Bunda tak perlu merasa khawatir.

Hiperemesis gravidarum

Meski demikian, bila mual dan muntah sangat sering terjadi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Bunda perlu mulai waspada. Bisa jadi Bunda mengalami hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis lazimnya muncul di minggu 4-6 kehamilan dan memuncak di minggu 9-13 kehamilan. Sejumlah gejala hiperemesis di antaranya adalah berat badan turun saat hamil hingga 5% dari sebelum hamil dan adanya kadar keton yang tinggi dalam urine.

Manakala Bunda sangat kesulitan makan dan minum karena mual dan muntah, segera periksakan diri ke dokter.

Penyebab lain

Di samping hiperemesis, ada sejumlah kondisi medis lain yang bisa menyebabkan berat badan turun saat hamil, di antaranya adalah hipertiroid, diabetes, kanker, penyakit autoimun, gangguan kesehatan mental, dan lain-lain.

Pemeriksaan kehamilan rutin dapat mendeteksi adanya penurunan berat badan wanita hamil yang drastis atau tiba-tiba. Melalui pemeriksaan menyeluruh, dokter akan mencari tahu penyebabnya dan memberikan penanganan yang sesuai untuk mencegah komplikasi kehamilan. Itu sebabnya penting bagi Bunda yang sedang hamil menjalani pemeriksaan kehamilan rutin.

Menjaga berat badan saat hamil

Pada umumnya dokter tidak menyarankan Bunda yang hamil dengan sengaja menurunkan berat badan. Dokter akan lebih menganjurkan Bunda menjaga berat badan selama hamil berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Bunda. Cara menghitung IMT adalah membagi berat tubuh dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. 

Contohnya, jika Bunda memiliki berat 50 kg dan tinggi 160 cm, maka IMT Bunda adalah 50 kg/ (1,6×1,6) m2 = 19,53.

Untuk mencermati kenaikan berat badan selama hamil, panduannya berikut ini.

IMT Bunda (Kg/m2)KategoriKenaikan berat badan ideal
< 18,5Berat badan kurang12,5-18 kg
18,5 – 24,9Berat badan normal11,5-16 kg
25-29,9Berat badan lebih7-11,5 kg
> 30Obesitas5-9 kg

Dampak bagi janin

Berat badan ibu yang kurang selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko janin tidak berkembang, bayi lahir prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Kelahiran prematur terjadi jika bayi sudah lahir sebelum kehamilan memasuki usia 37 minggu. Bayi prematur dan bayi yang lahir dengan berat badan rendah juga berisiko mengalami masalah kesehatan atau tumbuh kembang lainnya karena organ-organ vitalnya belum berkembang dengan sempurna ketika dilahirkan.

Menaikkan berat badan dengan sehat

Walaupun begitu, Bunda yang berat badannya masuk kategori kurang tak perlu cemas. Dokter atau ahli gizi dapat merekomendasikan pola diet sehat untuk menaikkan berat badan Bunda. Bunda juga dapat mencoba beberapa cara di bawah ini jika ingin mencapai bobot tubuh yang sehat selama kehamilan:

1. Menyantap makanan sehat berkalori tinggi

Bila Bunda merasa sudah memenuhi jumlah kalori yang disarankan bagi wanita hamil tapi berat badan tak kunjung naik, coba tambah jumlah kalorinya. Makanan berkalori tinggi yang mengandung lemak baik misalnya kacang-kacangan dan avokad. Kacang polong, kapri, serta roti dan pasta whole-grain juga merupakan pilihan yang baik.

2. Hindari makanan olahan dan junk food

Camilan dengan kadar gula tinggi seperti donat memang tinggi kalori. Tapi makanan jenis ini tidak memberikan nutrisi bagi ibu hamil. Berat badan Bunda akan bertambah, tapi begitu pula risiko komplikasi kehamilan yang diakibatkan kadar gula tinggi dalam tubuh.

3. Makan sedikit tapi sering

Alih-alih makan tiga kali sehari dalam porsi besar, coba pecah dalam enam porsi kecil setiap dua jam sekali. Jika Bunda kehilangan selera makan, bisa juga tetap menjaga asupan gizi dengan minum smoothie buah dan sayuran.

4. Turunkan ritme kesibukan

Bunda yang sibuk ke sana ke mari sering tidak punya waktu untuk makan dengan tenang sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bagi kehamilannya. Pertimbangkan untuk mengurangi ritme kesibukan atau imbangi dengan meningkatkan frekuensi makan Bunda, tentunya dengan bahan makanan bergizi tinggi yang diperlukan Bunda dan janin dalam kandungan.

Nah, Bunda yang mengalami berat badan turun saat hamil kini sudah tahu kiat mengatasinya, ya? Untuk informasi lebih lanjut terkait kehamilan, silakan mengikuti akun Facebook dan Instagram Sehati.

Referensi:

https://www.verywellfamily.com/weight-loss-during-pregnancy-4589156

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2828197/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/179633.php

https://www.whattoexpect.com/pregnancy/not-gaining-enough-weight/

dr. Cepi Teguh Pramayadi SpOG, MARS

Dokter Cepi merupakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang saat ini menjabat sebagai Laparoscopic Surgeon Head di Pusat Pelayanan Operasi RSUI. Saat ini, dokter yang juga berperan sebagai pengajar Universitas Indonesia ini sedang menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia. Sebelumnya, ia memperoleh gelar spesialisnya juga di Universitas Indonesia.Tak hanya memiliki gelar spesialis di bidang obstetri dan ginekologi, ia juga memiliki gelar magister di bidang administrasi rumah sakit dari pendidikannya di Universitas Respati Indonesia. Kesibukan Dokter Cepi sangat beragam. Ia di antaranya memiliki pengalaman sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar, seperti “The 2nd Indonesian Gynecological Endoscopy Society National Meeting” dan “Malaysia, Indonesia and Brunei Darusssalam Medical Science Conference”. Tak hanya itu, Dokter Cepi juga kerapkali menjadi instruktur di berbagai pelatihan, seperti “Bali Course on Gynecology Laparoscopy” dan “Laparoscopy Tubal Occlusion” yang diselenggarakan oleh BKKBN.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago