Bunda yang sudah memasuki kehamilan trimester kedua biasanya sedang dalam masa paling nyaman menjalani kehamilan. Mual dan muntah umumnya tidak muncul lagi, risiko keguguran menurun, proses persalinan pun masih cukup jauh jangka waktunya.
Meski demikian, Bunda tetap perlu mewaspadai tanda bahaya kehamilan trimester 2 karena sejumlah komplikasi dapat muncul pada trimester 2. Kenali gejala-gejalanya dan cara mencegah komplikasi kehamilan trimester 2 dalam penjelasan berikut ini.
Keguguran tetap dapat terjadi pada trimester kedua, walaupun lebih jarang dibandingkan trimester pertama. Gejala pertama yang menunjukkan keguguran adalah pendarahan hebat disertai dengan kram pada rahim.
Keguguran pada trimester kedua atau terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu dapat disebabkan berbagai faktor, di antaranya:
Selain itu, pendarahan pada trimester kedua juga dapat disebabkan oleh persalinan prematur dan kelainan plasenta seperti plasenta previa dan solusio plasenta. Kondisi ini umumnya terjadi pada trimester 3, tapi juga bisa terjadi pada akhir trimester 2 kehamilan.
Normalnya janin siap dilahirkan pada usia kehamilan 37—40 minggu, sehingga siap lahir di antara waktu tersebut. Namun, bila kurang dari usia 37 minggu sudah lahir, disebut lahir prematur.
Berbagai faktor penyebab persalinan prematur di antaranya adalah:
Di samping itu, risiko persalinan prematur juga meningkat bila Bunda memiliki riwayat persalinan prematur sebelumnya, kehamilan kembar atau lebih dari dua janin, kelebihan air ketuban, serta infeksi pada kantong ketuban atau air ketuban.
Bunda perlu mengenali tanda-tanda persalinan prematur seperti: rasa mulas dan kontraksi yang teratur, jarak kontraksi yang semakin pendek dan intens, serta keluar lendir disertai darah dari vagina. Akan tetapi, persalinan prematur sering juga hanya menampakkan tanda-tanda seperti buang air kecil yang makin sering, kram pada vagina dan perut bagian bawah, vagina mengeluarkan banyak lendir, hingga nyeri punggung bagian bawah.
Semestinya ketuban pecah saat Bunda telah memasuki proses persalinan. Saat ketuban pecah sebelum waktunya, hal ini dapat membahayakan janin. Kantong ketuban melindungi janin dari bakteri. Karena itu saat ketuban pecah dini, janin dapat terkena infeksi.
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, namun seringkali disebabkan oleh infeksi pada kantong ketuban. Kondisi ini dapat menyebabkan persalinan prematur.
Gejala ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina, bisa merembes sedikit-sedikit atau mengalir deras. Kadang Bunda yang mengalaminya mengira dia mengompol, padahal ketubannya pecah. Bedanya dengan urine, air ketuban tidak berwarna dan tidak berbau.
Gejala lain ketuban pecah dini di antaranya adalah:
Saat ketuban pecah dini di trimester 2, umumnya dokter akan melakukan tindakan untuk mencegah persalinan prematur seperti memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin, serta obat-obatan untuk mencegah kontraksi.
Salah satu tanda bahaya kehamilan trimester 2 yang perlu diwaspadai Bunda adalah inkompetensi serviks. Normalnya, saat kehamilan telah memasuki usia 37—40 minggu, serviks (leher rahim) mulai terbuka dan memendek agar bayi dapat keluar. Namun, jika serviks mengalami kondisi ini pada trimester 2 sebelum waktu persalinan, istilahnya disebut dengan inkompetensi serviks. Biasanya disebabkan faktor bawaan dan ketahuan setelah Bunda mengalami kelahiran prematur yang berulang kali.
Risiko inkompetensi serviks akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki riwayat luka pada serviks, biopsi pada serviks, atau operasi lainnya pada serviks. Umumnya kondisi inkompetensi serviks tidak disertai rasa nyeri atau kontraksi, namun bisa disertai gejala pendarahan atau keluarnya lendir dari vagina.
Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya inkompetensia serviks sebelum terjadinya kelahiran prematur, yaitu dengan pengukuran panjang serviks yang kurang dari 3.5 cm.
Bila Bunda terdiagnosa dengan inkompetensi serviks, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kelahiran prematur adalah dengan mengikat leher rahim (cervical cerclage). Umumnya, pengikatan mulut rahim dilakukan pada usia kehamilan 14 minggu.
Preeklampsia umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan darah, adanya protein pada urine, atau pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan, atau kaki.
Selain itu, preeklamsia juga kerap ditandai dengan gejala sakit kepala yang tak kunjung reda bahkan setelah minum obat pereda nyeri, pandangan mengabur atau melihat bercak-bercak, nyeri hebat di bagian perut atau sisi kanan tubuh, dan gampang memar.
Jika Bunda mengalami salah satu dari tanda bahaya kehamilan trimester 2 di atas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan mencari penyebabnya dan menentukan penanganan yang tepat agar kehamilan Bunda tetap sehat.
Referensi:
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…