Categories: KehamilanKesehatan

5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester 2 yang Perlu Diwaspadai

Bunda yang sudah memasuki kehamilan trimester kedua biasanya sedang dalam masa paling nyaman menjalani kehamilan. Mual dan muntah umumnya tidak muncul lagi, risiko keguguran menurun, proses persalinan pun masih cukup jauh jangka waktunya.

Meski demikian, Bunda tetap perlu mewaspadai tanda bahaya kehamilan trimester 2 karena sejumlah komplikasi dapat muncul pada trimester 2. Kenali gejala-gejalanya dan cara mencegah komplikasi kehamilan trimester 2 dalam penjelasan berikut ini.

Pendarahan saat hamil

Keguguran tetap dapat terjadi pada trimester kedua, walaupun lebih jarang dibandingkan trimester pertama. Gejala pertama yang menunjukkan keguguran adalah pendarahan hebat disertai dengan kram pada rahim.

Keguguran pada trimester kedua atau terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu dapat disebabkan berbagai faktor, di antaranya:

  • Kelainan bentuk rahim. Rahim terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh lapisan dinding otot atau jaringan ikat fibrosa (septum).
  • Inkompetensi rahim. Leher rahim terbuka terlalu cepat sehingga menyebabkan persalinan prematur.
  • Penyakit autoimun. Misalnya saja lupus atau skleroderma. Penyakit autoimun disebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat.
  • Kelainan kromosom pada janin. Bila janin memiliki kelainan kromosom, kehamilan kerap berakhir dengan keguguran atau janin mengalami gangguan pertumbuhan.

Selain itu, pendarahan pada trimester kedua juga dapat disebabkan oleh persalinan prematur dan kelainan plasenta seperti plasenta previa dan solusio plasenta. Kondisi ini umumnya terjadi pada trimester 3, tapi juga bisa terjadi pada akhir trimester 2 kehamilan.

Persalinan prematur

Normalnya janin siap dilahirkan pada usia kehamilan 37—40 minggu, sehingga siap lahir di antara waktu tersebut. Namun, bila kurang dari usia 37 minggu sudah lahir, disebut lahir prematur.

Berbagai faktor penyebab persalinan prematur di antaranya adalah:

  • Infeksi saluran kemih (ISK)
  • Kebiasaan merokok
  • Penyakit kronis seperti diabetes atau ginjal

Di samping itu, risiko persalinan prematur juga meningkat bila Bunda memiliki riwayat persalinan prematur sebelumnya, kehamilan kembar atau lebih dari dua janin, kelebihan air ketuban, serta infeksi pada kantong ketuban atau air ketuban.

Bunda perlu mengenali tanda-tanda persalinan prematur seperti: rasa mulas dan kontraksi yang teratur, jarak kontraksi yang semakin pendek dan intens, serta keluar lendir disertai darah dari vagina. Akan tetapi, persalinan prematur sering juga hanya menampakkan tanda-tanda seperti buang air kecil yang makin sering, kram pada vagina dan perut bagian bawah, vagina mengeluarkan banyak lendir, hingga nyeri punggung bagian bawah.  

Ketuban pecah dini

Semestinya ketuban pecah saat Bunda telah memasuki proses persalinan. Saat ketuban pecah sebelum waktunya, hal ini dapat membahayakan janin. Kantong ketuban melindungi janin dari bakteri. Karena itu saat ketuban pecah dini, janin dapat terkena infeksi.

Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, namun seringkali disebabkan oleh infeksi pada kantong ketuban. Kondisi ini dapat menyebabkan persalinan prematur.

Gejala ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina, bisa merembes sedikit-sedikit atau mengalir deras. Kadang Bunda yang mengalaminya mengira dia mengompol, padahal ketubannya pecah. Bedanya dengan urine, air ketuban tidak berwarna dan tidak berbau.

Gejala lain ketuban pecah dini di antaranya adalah:

  1. Merasa ingin buang air kecil terus
  2. Cairan vagina yang lebih banyak dari biasanya
  3. Pendarahan dari vagina
  4. Rasa nyeri atau kram pada panggul

Saat ketuban pecah dini di trimester 2, umumnya dokter akan melakukan tindakan untuk mencegah persalinan prematur seperti memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin, serta obat-obatan untuk mencegah kontraksi.

Inkompetensi serviks

Salah satu tanda bahaya kehamilan trimester 2 yang perlu diwaspadai Bunda adalah inkompetensi serviks. Normalnya, saat kehamilan telah memasuki usia 37—40 minggu, serviks (leher rahim) mulai terbuka dan memendek agar bayi dapat keluar. Namun, jika serviks mengalami kondisi ini pada trimester 2 sebelum waktu persalinan, istilahnya disebut dengan inkompetensi serviks. Biasanya disebabkan faktor bawaan dan ketahuan setelah Bunda mengalami kelahiran prematur yang berulang kali.

Risiko inkompetensi serviks akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki riwayat luka pada serviks, biopsi pada serviks, atau operasi lainnya pada serviks. Umumnya kondisi inkompetensi serviks tidak disertai rasa nyeri atau kontraksi, namun bisa disertai gejala pendarahan atau keluarnya lendir dari vagina.

Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya inkompetensia serviks sebelum terjadinya kelahiran prematur, yaitu dengan pengukuran panjang serviks yang kurang dari 3.5 cm.

Bila Bunda terdiagnosa dengan inkompetensi serviks, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kelahiran prematur adalah dengan mengikat leher rahim (cervical cerclage). Umumnya, pengikatan mulut rahim dilakukan pada usia kehamilan 14 minggu.

Preeklampsia

Preeklampsia umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan darah, adanya protein pada urine, atau pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan, atau kaki.

Selain itu, preeklamsia juga kerap ditandai dengan gejala sakit kepala yang tak kunjung reda bahkan setelah minum obat pereda nyeri, pandangan mengabur atau melihat bercak-bercak, nyeri hebat di bagian perut atau sisi kanan tubuh, dan gampang memar.

Jika Bunda mengalami salah satu dari tanda bahaya kehamilan trimester 2 di atas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan mencari penyebabnya dan menentukan penanganan yang tepat agar kehamilan Bunda tetap sehat. 

Referensi:

Dinda Derdameisya

Dokter Dinda Derdameisya adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang kini berpraktik di tiga rumah sakit di Jakarta. Ketiga rumah sakit itu adalah RS Kanker Dharmais, Brawijaya Women and Children’s Hospital, dan RSIA Asih. Tak hanya berpraktik di rumah sakit, saat ini Dokter Dinda juga menjalani kesibukan di H Clinic untuk memberi pelayanan aesthetic gynecologic yang berfungsi untuk menjaga dan merawat area intim. Perempuan yang telah berpengalaman selama 12 tahun di ranah kedokteran ini merupakan lulusan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Ia menyelesaikan studi kedokterannya pada tahun 2007 dan memperoleh gelar spesialisnya pada tahun 2014.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

4 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

4 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

4 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago