Categories: PersalinanProses

Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi

Beberapa Bunda mungkin akan menjalani pengalaman melahirkan dengan induksi. Pada umumnya, dokter akan menyarankan induksi bila kehamilan Bunda sudah Hari Perkiraan Lahir (HPL).

Selain itu, ada sejumlah kondisi medis yang mengharuskan Bunda diinduksi untuk mempercepat persalinan. Kondisi medis tersebut di antaranya adalah cairan ketuban yang berkurang jauh di rahim, ketuban sudah pecah tapi Bunda belum merasakan kontraksi, pertumbuhan janin yang terhambat, hingga preeklampsia.

Induksi persalinan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara. Biasanya dokter atau bidan akan memilih cara terbaik untuk Bunda setelah memeriksa leher rahim Bunda. Berapa lama kontraksi terjadi setelah induksi, tergantung pada kondisi tubuh Bunda. Bunda dapat membaca detailnya di sini.

Sebelum Bunda menjalani induksi, sebaiknya Bunda memahami dulu prosedur cara-cara induksi persalinan, agar Bunda dapat memperoleh gambaran mengenai pengalaman melahirkan dengan induksi. Kita simak penjelasannya berikut ini, yuk, Bun.

Memisahkan kantong ketuban dari dinding rahim

Di dunia medis, metode ini disebut dengan stripping atau membrane sweep. Setelah memakai sarung tangan steril, dokter atau bidan akan memeriksa apakah leher rahim Bunda telah terbuka. Bila leher rahim telah terbuka, dokter atau bidan akan menyapukan jari di sekeliling leher rahim Bunda untuk memisahkan lapisan kantong ketuban dengan leher rahim.

Tindakan ini bertujuan untuk melepaskan hormon prostaglandin yang merangsang kontraksi. Kontraksi akan “mematangkan” atau melunakkan leher rahim sehingga bayi dapat lebih mudah bergerak menuju jalan lahir.

Prosedur membrane sweep kurang lebih memakan waktu 10 menit. Dokter atau bidan kemudian akan menunggu kontraksi muncul dalam jangka waktu dua hari. Bila kontraksi belum muncul juga, dokter atau bidan akan merekomendasikan metode induksi lain pada Bunda untuk mempercepat persalinan.

Bunda mungkin akan mengalami: rasa tidak nyaman saat dokter menyapukan jari untuk memisahkan kantong ketuban dari dinding rahim. Namun pelaksanaan cara induksi ini tidak sampai menimbulkan nyeri yang tidak tertahankan.

Memecahkan kantung ketuban

Teknik ini kerap disebut dengan amniotomi. Sebelumnya, dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan melalui vagina untuk memastikan posisi kepala bayi sudah menempel di leher rahim. Bila leher rahim Bunda telah cukup lunak atau “matang” biasanya di atas pembukaan empat, dokter atau bidan akan menggunakan alat seperti jarum sulam untuk memecahkan kantung ketuban sehingga kepala bayi semakin menekan leher rahim dan merangsang kontraksi.

Bunda mungkin akan mengalami: rasa tidak nyaman, tapi tidak menyakitkan. Metode ini sedikit meningkatkan risiko infeksi, perdarahan, dan tali pusat masuk ke vagina.

Memberikan obat melalui infus

Jika cara membrane sweep atau amniotomi tidak berhasil memunculkan kontraksi, dokter biasanya akan menyarankan melanjutkan induksi persalinan dengan memberikan obat berisi hormon oksitosin melalui infus.

Hormon oksitosin akan diberikan mulai dari dosis kecil dan makin ditingkatkan sehingga jarak antarkontraksi menjadi 2-3 menit. Umumnya metode ini cukup cepat merangsang kontraksi, namun jika sampai 8-12 jam kontraksi belum muncul juga, dokter akan menghentikan pemberian obat supaya Bunda dapat beristirahat dulu. Bila metode ini tidak berhasil, mungkin dokter akan menyarankan melanjutkan induksi atau melakukan persalinan dengan operasi caesar.

Bunda mungkin akan mengalami: kontraksi yang lebih kuat, sering, dan menimbulkan rasa nyeri dibandingkan persalinan alami. Bunda hanya dapat menunggu kontraksi di tempat tidur karena diinfus dan kandungan ditempel alat monitor bayi. Metode ini juga dapat memunculkan kontraksi terlalu dini sehingga memengaruhi denyut jantung bayi.

Menggunakan hormon prostaglandin

Cara induksi persalinan lainnya adalah dengan memasukkan hormon prostaglandin ke dalam vagina untuk melunakkan leher rahim dan merangsang kontraksi. Hormon ini biasanya diberikan dalam bentuk gel setiap 6-8 jam sekali dan ditunggu reaksinya hingga 24 jam. Setelah hormon prostaglandin diberikan, Bunda harus berbaring untuk menunggu kontraksi muncul.

Bunda mungkin akan mengalami: nyeri pada vagina setelah pemberian gel prostaglandin. Mual, muntah, dan diare juga merupakan efek samping metode ini, meski jarang terjadi. Dalam beberapa kasus, induksi persalinan dengan hormon prostaglandin menyebabkan kontraksi yang terlalu kuat dan dapat memengaruhi denyut jantung bayi. Namun umumnya kondisi ini dapat dikontrol dokter dengan memberikan obat tertentu.

Menggunakan kateter balon

Induksi persalinan juga bisa dilakukan dengan memasukkan kateter Foley yang bentuknya menyerupai balon ke dalam leher rahim. Kateter balon yang mengembang di dalam leher rahim akan membantu melunakkan leher rahim dan meningkatkan respon jaringan leher rahim terhadap hormon oksitosin dan prostaglandin yang membantu persalinan.

Bunda mungkin akan mengalami: rasa tidak nyaman saat penempatan kateter ke dalam leher rahim. Metode induksi ini termasuk rendah risikonya dan tidak meningkatkan risiko infeksi.

Dengan penjelasan berbagai metode induksi persalinan di atas, semoga Bunda dapat memahami pengalaman melahirkan dengan induksi, ya. Bunda pun bisa berkonsultasi dengan dokter atau bidan sebelum melakukan induksi agar lebih tenang menjalani proses persalinan.  

Nah, Bunda ingin mengetahui informasi lainnya seputar kehamilan? Segera download aplikasi Sehati dan mari bergabung dengan Ibu Sehati di laman Facebook serta Instagram.

Referensi:

https://www.pregnancybirthbaby.org.au/induced-labour-what-are-the-options

https://www.healthline.com/health/pregnancy/stretch-and-sweep#3

https://www.whattoexpect.com/pregnancy/labor-and-delivery/pitocin-induction/

https://www.verywellfamily.com/how-is-breaking-the-water-amniotomy-induce-labor-2758961

https://www.medicalnewstoday.com/articles/322956.php

Dinda Derdameisya

Dokter Dinda Derdameisya adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang kini berpraktik di tiga rumah sakit di Jakarta. Ketiga rumah sakit itu adalah RS Kanker Dharmais, Brawijaya Women and Children’s Hospital, dan RSIA Asih. Tak hanya berpraktik di rumah sakit, saat ini Dokter Dinda juga menjalani kesibukan di H Clinic untuk memberi pelayanan aesthetic gynecologic yang berfungsi untuk menjaga dan merawat area intim. Perempuan yang telah berpengalaman selama 12 tahun di ranah kedokteran ini merupakan lulusan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Ia menyelesaikan studi kedokterannya pada tahun 2007 dan memperoleh gelar spesialisnya pada tahun 2014.

Recent Posts

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…

3 years ago

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…

3 years ago

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…

3 years ago

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…

4 years ago

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…

4 years ago

Depresi Pasca Persalinan, Lebih Rentan saat Pandemi Covid-19?

Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…

4 years ago