Saat pertama kali memeriksakan diri setelah tahu positif hamil, tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter akan menghitung hari perkiraan lahir (HPL) bayi Bunda. Untuk memperkirakan HPL, bidan akan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Biasanya, bidan menggunakan kalender khusus untuk mengalkulasi tanggal HPL dari HPHT. Metode ini bisa jadi tidak akurat jika Bunda lupa tanggal HPHT. Ketika HPHT keliru, otomatis begitu pula dengan HPL-nya. Dan inilah yang biasanya kerap terjadi. Bunda menyangka kehamilan telah lewat HPL atau lewat waktu, padahal perhitungan HPHT-nya lah yang keliru.
Karena itulah, di awal kehamilan, Bunda disarankan memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk melakukan USG. Pemeriksaan USG di awal kehamilan penting untuk memastikan kehamilan terjadi di dalam kandungan dan bukannya di luar kandungan.
Dengan melakukan USG di awal kehamilan, usia gestasi atau usia kehamilan juga bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Jadi, tidak masalah jika Bunda keliru mengingat tanggal HPHT, dokter bisa memastikannya lewat USG.
Bila di awal kehamilan Bunda telah melalui proses tadi dan saat ini bayi tak kunjung lahir meski sudah lewat HPL, bisa jadi ada penyebab lain selain keliru mengingat HPHT, seperti obesitas atau kelainan genetik pada janin. Jika memang demikian penyebabnya, maka komplikasi-komplikasi yang biasanya terjadi setelah usia kehamilan lewat 42 minggu ini perlu Bunda waspadai.
Makrosomia adalah kondisi ketika bayi lahir dengan berat di atas 4 kg. Kondisi ini tidak baik bagi bayi karena dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan gangguan metabolisme. Ibu yang melahirkannya pun bukan tanpa risiko. Dengan melahirkan bayi makrosomia, ibu berisiko mengalami sobekan rahim dan juga perdarahan berlebih.
Insufisiensi plasenta adalah kurang sempurna atau rusaknya plasenta yang bisa mengakibatkan kurang maksimalnya transfer oksigen dan nutrisi kepada janin. Pada kehamilan lewat HPL, hal ini bisa terjadi karena plasenta mencapai perkembangan maksimumnya pada pekan ke-37 dan fungsinya pun mulai mengalami penurunan. Ketika insufisiensi plasenta terjadi, ada banyak masalah kesehatan yang bisa dialami bayi, seperti cerebral palsy dan gangguan kemampuan belajar.
Kondisi ini terjadi ketika bayi meminum air ketuban yang sudah tercampur fesesnya sendiri. Feses pertama bayi atau mekonium biasanya keluar 24-48 jam setelah bayi lahir. Namun, pada beberapa kondisi seperti kehamilan di atas 40 minggu, ada kalanya mekonium keluar saat masih berada di dalam kandungan. Efek aspirasi mekonium pada bayi adalah sulit napas, henti napas, dan tampak lemah setelah melahirkan.
Ketika sudah lewat HPL tapi tak ada tanda-tanda melahirkan, hal pertama yang harus Bunda lakukan adalah tetap tenang. Stres akan berdampak tidak baik bagi Bunda dan si kecil dalam kandungan. Tak perlu khawatir berlebihan karena kehamilan lewat waktu lazim terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil. Meski begitu, bukan berarti Bunda lengah, tetaplah proaktif melakukan hal-hal di bawah ini.
Bunda, persalinan lewat dari HPL selama satu atau dua hari biasa terjadi. Jangan terburu panik jika belum ada tanda melahirkan, ya. Namun, tetap waspadai pula dampaknya jika persalinan terlalu jauh dari HPL. Berkonsultasilah selalu dengan tenaga kesehatan yang menangani Bunda. Itu yang paling utama.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…