Apakah Anda sedang mencoba untuk hamil, sedang hamil, atau menjalani masa pemulihan pasca persalinan, kandungan zat besi dalam tubuh menjadi hal penting yang perlu terus dipantau oleh tenaga kesehatan. Apalagi, jika Bunda berisiko tinggi mengalami defisiensi anemia zat besi, tipe anemia yang paling sering ditemui.
Apa itu anemia zat besi? Ini adalah kondisi yang disebabkan oleh rendahnya kadar zat besi dalam tubuh. Anemia akan terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup banyak sel darah merah, atau jika sel darah merah dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Jika kadar zat besi dalam tubuh rendah, ibu hamil bisa mengalami beberapa gejala dan tanda berikut ini:
Lantas, apa yang menjadi penyebab utama anemia zat besi? Pada umumnya, asupan zat besi yang kurang menjadi penyebab utama. Hal ini bisa terjadi jika pola makan yang Bunda terapkan tidak cukup menyertakan makanan yang kaya zat besi, terjadinya perdarahan, kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit celiac atau Crohn’s yang menyebabkan tubuh sulit menyerap zat besi dari makanan, serta kurangnya suplementasi zat besi.
Selain itu, anemia zat besi juga lebih sering dialami oleh perempuan daripada lelaki dan cenderung lebih banyak dialami oleh ibu hamil.
Ketika hamil, tubuh memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhan sel-sel tubuh yang mendukung perkembangan janin. Kebutuhan ini akan meningkat pada trimester kedua akhir.
Menurut Dr. Matthew Cantor, dokter obstetri dan kebidanan di Rumah Sakit NewYork-Presbyterian Hudson Valley, AS, anemia zat besi ini terjadi pada ibu hamil karena dua alasan:
Ibu hamil biasanya akan disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah terjadinya anemia. Pasalnya, zat besi punya peran yang sangat krusial selama kehamilan. Tubuh memerlukan lebih banyak darah untuk membantu menyuplai plasenta dengan nutrisi yang diperlukannya untuk tumbuh. Selain itu, zat besi juga diperlukan untuk membantu mencegah kondisi kesehatan yang dapat berpengaruh buruk terhadap ibu hamil maupun si kecil dalam kandungan.
Seperti dinyatakan oleh American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), ibu hamil disarankan mengonsumsi zat besi dua kali lebih banyak dibanding perempuan yang tidak hamil. Hal ini diperlukan untuk memastikan asupan oksigen ke janin tetap terpenuhi.
Menurut Dr. Cantor, zat besi sangat penting perannya dalam kehamilan, karena hal berikut ini:
Jika anemia terdiagnosa sebelum kehamilan, penting bagi tenaga kesehatan untuk mencari tahu tipe anemia yang Bunda alami. Tenaga kesehatan yang menangani Bunda dapat melakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya. Bisa jadi anemia ini disebabkan oleh kekurangan asam folat atau vitamin B12, serta mutasi sel darah merah atau thalassemia.
Darah menstruasi yang deras juga bisa menjadi penyebab kekurangan zat besi yang kerap dialami oleh perempuan dalam usia produktif yang tidak hamil. Penanganan anemia sebelum kehamilan sama saja dengan saat hamil, yaitu dengan memperbaiki pola makan dan suplementasi zat besi.
Dokter akan melakukan pemeriksaan anemia di awal masa kehamilan dan kemudian diulangi di trimester kedua dan ketiga.
Mendorong pola makan yang kaya kandungan zat besi bisa membantu mengatasi masalah. Akan tetapi, jenis sumber zat besi juga mempengaruhi penyerapannya. Misalnya saja, zat besi yang bersumber dari tanaman seperti sayuran hijau, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian maupun polong-polongan kurang dapat diserap dengan baik. Disarankan untuk mengonsumsi zat besi dari makanan yang berasal dari hewan, misalnya daging merah, daging unggas dan ikan. Untuk membantu penyerapan zat besi, ibu hamil juga disarankan untuk mengonsumsi makanan sumber zat besi bersama makanan yang tinggi kandungan vitamin C.
Mengingat pentingnya peran zat besi selama kehamilan, suplementasi zat besi merupakan hal yang wajib dilakukan. Suplemen zat besi ini bisa dikonsumsi setiap hari atau dua hari sekali. Dalam setiap kapsul suplemen terkandung 27 miligram zat besi, atau setara jumlah yang disarankan selama masa kehamilan.
Jika kekurangan zat besi dialami selama trimester kedua kehamilan, dokter juga akan memberikan suplemen zat besi secara oral. Untuk membantu penyerapan zat besi dalam suplemen, sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan perut kosong bersama jus jeruk. Sementara jika terdeteksi pada trimester ketiga, dan ditemukan kondisi anemia tidak membaik, bisa saja dokter menyarankan untuk suplementasi zat besi melalui infus.
Setelah persalinan dan selama dua minggu sampai dua bulan pertama pascapersalinan, biasanya gejala anemia akan berkurang. Kejadian anemia memang mengalami penurunan setelah persalinan karena proses menyusui membuat perempuan tidak mengalami menstruasi.
Meski demikian, beberapa perempuan masih mengalami anemia zat besi setelah persalinan. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi selama kehamilan dan banyaknya darah yang hilang saat proses melahirkan. Anemia yang terjadi pasca persalinan ini bisa meningkatkan gejala yang berkaitan dengan kecemasan, stres, dan depresi. Hal ini juga mengurangi keeratan ikatan antara ibu dan anak.
Maka dari itu, suplemen tetap penting diberikan kepada ibu yang baru melahirkan. Suplementasi ini membantu mendukung proses menyusui dan mengurangi risiko depresi pasca persalinan pada ibu.
Demikian penjelasan mengenai risiko anemia sebelum dan selama kehamilan, serta pasca persalinan, juga cara mengatasinya. Dengan mencegah anemia zat besi, Bunda juga menjaga kesehatan janin dan diri sendiri. Sepele, tapi penting artinya. Jadi, jangan sampai melewatkan pemeriksaan ini ya, Bunda.
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John…
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri…
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang…
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua…
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program…
Masa nifas atau postpartum kerap menjadi masa yang sulit bagi ibu baru. Adaptasi, rasa sakit…