Menyapih
Alat Ini Bantu Bunda Bikin Makanan Bayi dengan Mudah
Setelah usia 6 bulan, bayi memerlukan nutrisi tambahan melalui MPASI (makanan pendamping ASI). Untuk mengolah MPASI, Bunda membutuhkan beberapa alat bantu
Menginjak usia 6 bulan, sudah waktunya bagi bayi untuk mendapatkan asupan tambahan selain ASI. Menu MPASI yang dikonsumsi si kecil harus tinggi nutrisi untuk mendukung tumbuh kembangnya secara optimal.
Nah, karena bayi masih dalam tahap belajar makan, menu pendamping tersebut harus diolah terlebih dahulu. Ada beberapa peralatan yang Bunda butuhkan untuk mengolah produk MPASI dengan praktis, antara lain:
Blender, Food Processor, atau Hand-held Stick Blender
Perlengkapan utama yang umum digunakan untuk membuat makanan bayi yang berbentuk puree adalah blender, food processor, atau hand-held stick blender. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, berinvestasilah pada food processor yang layak dan bagus. Pasalnya, alat ini akan digunakan setiap hari.
Vegetable Steamer
Untuk membuat produk MPASI, Bunda juga membutuhkan vegetable steamer. Alat ini dapat digunakan untuk mengukus makanan. Karena memiliki penutup yang ketat, vegetable steamer dapat membantu mengunci nutrisi selama proses memasak makanan. Selain itu, Bunda juga dapat menggunakan basic steamer atau cooking pot duo.
Ice Cube Trays dan Pembungkus Plastik
Jika tidak memiliki peralatan khusus untuk membuat makanan beku bagi bayi, Bunda dapat memanfaatkan ice cube trays dan gulungan plastik. Tuangkan makanan yang telah ditumbuk atau dihaluskan ke dalam kotak-kotak kecil itu, lalu tutup dengan plastik.
Strategi ini akan sangat memudahkan Bunda dalam menyajikan makanan untuk si kecil. Pada umumnya, satu ice cube ideal untuk satu kali penyajian.
Kantong dan Spidol Permanen
Perlengkapan lain yang juga dibutuhkan adalah kantong tertutup khusus untuk freezer. Gunakan spidol permanen untuk memberi label pada kantong, yaitu tanggal produksi MPASI dan bahan makanan. Saat makan tiba, cairkan dan panaskan makanan beku sesuai kebutuhan.
Nah, itulah beberapa perlengkapan yang harus Bunda persiapkan untuk mengolah MPASI bagi si kecil. Ingat, kenali pula beberapa jenis makanan yang perlu dihindari sebelum bayi berusia 1 tahun demi kesehatan dan tumbuh kembang bayi yang optimal.
Menyapih
Pilihan Makanan Tinggi Nutrisi untuk MPASI Pertama Si Kecil
Setelah melewati usia 6 bulan, bayi membutuhkan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI untuk mendukung tumbuh kembangnya. Syarat pertama MPASI adalah mengandung segala nutrisi yang diperlukan bayi, serta tekstur makanan yang sesuai dengan kemampuan cerna si kecil. Masalah nutrisi pada batita dapat diatasi dengan praktek pemberian makan yang benar. Kita dapat mencegah terjadinya kelebihan/kekurangan zat gizi dengan memberikan makan yang benar.
Penting juga untuk Bunda ketahui agar memperhatikan kebutuhan zat besi yang cukup untuk anak kita. Zat besi dapat diperoleh dari asupan hewani (lebih tinggi kadarnya) misal daging merah, hati ayam, ataupun nabati seperti sayur hijau, kacang-kacangan. Nutrisi sangat penting untuk pertumbuhan otak dalam tiga tahun pertama anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia juga menganjurkan pemberian suplementasi zat besi. Jangan lupa untuk membawa si kecil rutin menimbang berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan dipantau tumbuh kembangnya di fasilitas kesehatan.
Nah, berikut adalah contoh daftar pilihan makanan bisa Bunda berikan untuk MPASI si kecil
Daging-Dagingan
Kebutuhan protein bayi bisa diperoleh dengan mengonsumsi daging-dagingan, baik itu daging ayam, daging sapi, ikan, hati ayam. Selain protein, sumber makanan hewani ini juga memiliki kandungan zat besi dan vitamin B12 yang tinggi. Bunda bisa menyajikannya dalam bentuk olahan daging cincang yang dihaluskan ataupun sup dan memanfaatkan kuah kaldunya untuk campuran bubur/nasi.
Tahu Tempe
Selain protein hewani, penuhi juga kebutuhan protein nabati sang buah hati dengan memberinya tahu tempe dan kacang sebagai salah satu selingan menu MPASI. Selain rasanya lezat, ketiga jenis makanan ini juga punya tekstur yang mudah dicerna bayi.
Sayuran
Jangan lupa memasukkan sayuran sebagai salah satu menu makanan pendamping ASI. Sayuran mengandung serat dalam kadar tinggi yang sangat baik untuk membantu memperlancar proses pencernaan. Jenis sayuran yang sangat direkomendasikan untuk MPASI antara lain brokoli, wortel, bayam, kembang kol, dan kacang panjang.
Serealia
Kebutuhan zat besi pada si kecil akan meningkat seiring bertambahnya usia. Pastikan bayi mendapat makanan yang kaya kandungan zat besi seperti serealia (oats dan semacamnya). Serealia bisa diseduh dengan air hangat, dicampur susu, ataupun dengan kaldu daging agar terasa gurih.
Buah-buahan
Buah seperti avokad, bertekstur lembek sehingga ini bisa jadi alternatif MPASI yang bergizi. Dalam satu buah avokad terkandung lemak baik yang sangat diperlukan tubuh untuk membantu menghasilkan energi. Bayi tentu akan lebih banyak aktif dan bergerak saat memasuki usia 6 bulan. Selain itu, buah lain seperti buah naga, pepaya, jeruk, semangka, juga dapat diberikan untuk si kecil
Umbi-umbian
Umbi-umbian seperti ketela dan kentang ternyata tidak hanya lezat, tapi mengandung nutrisi berupa karbohidrat, zat besi, vitamin, serta serat yang sangat diperlukan tubuh. Sumber makanan yang satu ini cocok sekali dijadikan salah satu pilihan menu MPASI pertama bayi. Cara penyajiannya juga cukup mudah. Bunda tinggal mengukus atau merebusnya sampai teksturnya berubah menjadi benar-benar lembut.
Makanan bayi Fortifikasi
Selain bahan makanan alami, tersedia juga makanan bayi terfortifikasi yang telah disetujui oleh BPOM. Bunda dapat menggunakannya dan menyesuaikan dengan usia si kecil, terdapat berbagai rasa yang dapat dikenalkan, tekstur sesuai perkembangan bayi, dan kandungannya telah diteliti oleh BPOM.
Memberikan MPASI untuk si kecil akan selalu penuh tantangan. Di awal, mungkin mereka akan menolak makanan yang Bunda suapkan ke mulutnya. Terus saja mencoba ya, Bun, karena semuanya memang perlu pembiasaan. Apapun yang Bunda berikan, tentu harus diperhatikan kebersihannya ya agar anak kita terjaga kesehatannya.
Tips bermanfaat lain seputar parenting juga tersedia di aplikasi Sehati yang bisa di-download melalui ponsel android dan iOS. Semoga menginspirasi!
Menyapih
Weaning with Love, Langkah Menyapih Anak dengan Cinta
Weaning with love atau menyapih anak dengan cinta, belakangan menjadi pilihan ibu menyusui ketika anak sudah cukup usia untuk berhenti ASI. Menggunakan metode yang mirip dengan gentle parenting, menyapih dengan cinta dipercaya bisa menimbulkan efek positif bagi anak di kemudian hari.
Menentukan Waktu yang Tepat
Sesuai dengan anjuran dari World Health Organization (WHO) dan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), anak sudah bisa disapih ketika usianya menginjak 24 bulan atau dua tahun. Pada usia tersebut, anak sudah mumpuni untuk memenuhi kebutuhan gizinya dengan mengonsumsi makanan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.
Untuk menyapih dengan cinta, sebaiknya baik Bunda dan anak harus sama-sama siap untuk melakukan penyapihan, hindari jika hanya salah satu saja yang telah siap penyapihan. Ajak anak bicara dan beri pengertian sederhana tentang usianya yang sudah tidak bayi lagi dan sebentar lagi sudah harus berhenti menyusu.
Bunda bisa menjadikan momen ulang tahun anak menjadi suatu titik mula ketika proses menyapih anak dimulai. Penting untuk membuat anak mengerti mengapa ia harus berhenti menyusu agar prosesnya menjadi lebih mudah.
Aturan Terpenting dalam Menyapih dengan Cinta: Don’t Offer, Don’t Refuse
Dalam proses menyapih anak, jangan menawarkan ASI pada anak tetapi jangan pula menolak jika ia meminta. Bunda boleh menunda untuk mengajarkan anak menunggu dan bersabar, tapi jangan tawarkan ASI kecuali pada waktu yang Bunda tentukan. Dengan begitu, Bunda bisa mengatur pengurangan frekuensi dan durasi menyusui anak. Seiring berjalannya waktu, anak akan semakin jarang meminta.
Menyapih Anak dengan Kreativitas
Pada saat Bunda mulai mengurangi frekuensi dan durasi menyusu, anak mungkin saja rewel, terlebih lagi jika ia mengalami sesuatu seperti terjatuh atau terbentur. Di sinilah Bunda harus menjadi kreatif dalam memberikan pengalihan ketika ia sedang merengek untuk menyusu.
Bunda bisa saja mengalihkan perhatiannya dengan cara mengajaknya membaca buku cerita, memberikan camilan sehat, atau bermain bersamanya. Dengan cara yang menyenangkan, anak akan segera lupa untuk meminta ASI. Sering kali, anak usia dua tahun ke atas mencari ASI untuk rasa nyaman. Maka dari itu, Bunda sebaiknya menciptakan kondisi yang menyenangkan dan nyaman bagi anak.
Konsistensi akan Membawa Hasil yang Baik
Jika Bunda dan anggota keluarga lainnya menjalani langkah di atas dengan konsisten, hasilnya akan segera terlihat. Tanda anak sudah menyapih dirinya sendiri melalui weaning with love adalah Bunda tidak lagi menjalani strategi “don’t offer, don’t refuse”. Sebaliknya, anak mungkin saja menolak ketika ditawarkan.
Bunda boleh saja memberikan pujian atau hadiah sederhana ketika anak sudah berhasil disapih. Hanya saja, hadiah tersebut tidak boleh berlebihan dan sebaiknya jangan dijanjikan sejak awal proses dimulai. Yang pasti, menyapih anak dengan cinta membutuhkan kesiapan mental serta kesabaran, sama seperti ketika mengajarkan anak toilet training.
Untuk menambah wawasan Bunda seputar dunia ibu dan parenting, jadikan Sehati partner Bunda dalam mencari informasi. Unduh aplikasinya di Google Play Store atau Apple Store untuk mengakses Ibu Sehati langsung dari genggaman Bunda. Jangan lupa, kunjungi dan ikuti berita terbarunya di laman Facebook dan Instagram Sehati agar ibu bisa tetap up to date!
Menyapih
Batita Bunda Picky-Eater? Atasi dengan 5 Tips dari Hasil Riset Berikut
Mengatasi anak yang picky-eater itu susah-susah gampang. Simak tipsnya di sini yuk, Bunda.
Pada dasarnya, pola makan anak sedikit banyak bergantung pada kebiasaan orang tuanya. Jika orang tua sering mengonsumsi junk food, kemungkinan besar anak juga lebih berminat untuk melahap makanan-makan serupa ketimbang buah, sayur, dan menu sehat lainnya.
Jika buah hati masih suka pilih-pilih makanan alias picky-eater, tak usah khawatir. Yuk, simak cara mengatasi batita picky-eater dengan tips yang dikompilasi dari hasil riset berikut ini.
1. Kenalkan Menu Baru
Riset dari Busick tahun 2008 membuktikan bahwa mengenalkan menu baru kepada anak terbukti bisa mengurangi kebiasaan picky-eating mereka. Semakin banyak menu yang tersedia, maka semakin beragam pula pilihan makanannya.
Untuk mencegah anak pilih-pilih makanan, sebaiknya latih balita dengan beragam menu baru sejak usianya masih 6 bulan. Ingat, sayur dan buah adalah menu wajib yang harus ada di rumah setiap hari.
2. Kreatif Menghias Makanan
Salah satu penyebab picky-eating adalah tampilan makanan yang kurang menarik meski sebetulnya rasa makanan cukup lezat. Ya, anak memang cenderung menilai makanan dari tampilannya.
Untuk mengatasinya, Bunda perlu sedikit kreatif, yaitu menghias atau menyajikan makanan dengan tampilan yang unik. Di internet ada banyak tips atau referensi menghias makanan untuk si picky-eater yang bisa dicoba.
3. Jangan Dipaksa
Stop menyuapi anak jika ia sudah kenyang. Pun jangan dipaksa jika si kecil menunjukkan tanda penolakan terhadap makanan tertentu. Sediakan variasi menu lain di piring makannya agar ia bebas memilih mana yang disukainya.
4. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Mengajari si picky-eater untuk mencoba menu baru memang butuh sedikit perjuangan. Ini bisa disiasati dengan menciptakan suasana makan yang seru dan menyenangkan. Selain variasi menu yang unik, Bunda juga bisa memakai kotak makan atau piring dengan gambar karakter kartun favoritnya.
5. Ajak si Kecil Menyiapkan Makanannya Sendiri
Riset oleh Nanney (2007) di Parenting Science* menyebut anak akan lebih berminat untuk makan jika dirinya dilibatkan dalam proses memasak/menyiapkan makanannya. Cara ini akan membuat si kecil lebih familiar dengan menu makanan yang akan disantapnya.
Itulah beberapa trik menyiasati anak picky-eater. Kuncinya adalah sabar dan jangan memaksakan jika si kecil rewel dan menolak menu tertentu. Jangan lupa untuk terus mencontohkan kebiasaan makan yang sehat ya, Bun!
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin