Kehamilan
Bunda, Ini 8 Hal Penting tentang Menjaga Berat Badan Saat Hamil
Tahukah Bunda, makan untuk dua orang saat hamil hanya mitos? Yuk, simak 8 hal penting yang perlu Bunda ketahui tentang menjaga berat badan saat hamil.
Bunda, bagi seorang perempuan kenaikan berat badan adalah hal yang paling dikhawatirkan, terutama jika tubuh tergolong mudah gemuk. Namun, Anda dapat mengabaikan kekhawatiran tersebut jika sedang hamil. Calon bayi dan Bunda sama-sama butuh asupan nutrisi yang cukup. Apalagi, asupan nutrisi janin hanya berasal dari apa yang Anda konsumsi.
Muncul pemahaman bahwa makan untuk dua orang saat hamil itu harus. Padahal, memastikan janin bertumbuh dan berkembang baik bukan semata dengan makan lebih banyak. Justru, menjaga berat badan saat hamil lebih penting ketimbang melahap apa saja yang diinginkan tanpa kendali.
Boleh jadi saat trimester I, ketika mual muntah sedang puncak-puncaknya, Anda kesulitan makan dengan enak. Begitu menginjak trimester II, nafsu makan membaik, sehingga Anda lebih leluasa melahap berbagai jenis makanan. Ini bisa berlanjut pada trimester III hingga tiba saatnya melahirkan. Oleh karena itu, dalam kontrol rutin ke bidan atau dokter kandungan, kondisi tubuh Anda terus dipantau.
Berikut 8 hal penting tentang menjaga berat badan saat hamil yang perlu Bunda tahu.
Makan untuk dua orang bukan berarti menggandakan porsi makan
Ini sebuah fakta menarik: janin hanya mengambil 300 kalori dari asupan harian Anda untuk tumbuh dan berkembang. Ini setara dengan satu buah alpukat atau 1,5 gelas yoghurt. Akan tetapi kebutuhan energi bunda pada tiap trimester tidak sama. Jika berat badan Anda tergolong rata-rata, maka jumlah asupan yang diperlukan pada trimester pertama sama dengan kondisi tidak hamil.
Jadi, wajar kok jika Bunda tidak mengalami kenaikan berarti pada trimester I. Apalagi, janin hanya bertumbuh sebesar biji kacang pada periode ini. Pada trimester II dibutuhkan tambahan 340 kkal/hari dan menjelang akhir masa kehamilan, atau trimester III, dibutuhkan tambahan 452 kkal/hari guna mengakomodasi pertumbuhan bayi yang begitu cepat. Ini juga persiapan untuk Anda melahirkan nanti. Tambahan energi ini juga harus disesuaikan dengan umur, indeks masa tubuh dan aktivitas bunda yah.
Rekomendasi kenaikan berat badan sesuai Indeks Massa Tubuh (IMT)
Ke mana sajakah larinya pertambahan bobot tubuh Bunda saat hamil? Ternyata sepertiga dari kenaikan tersebut dialokasikan pada janin, cairan ketuban, dan plasenta. Sisanya, mendorong pembesaran otot rahim, peningkatan volume darah, cairan ekstraseluler, jaringan payudara, dan penyimpanan lemak ibu hamil guna menyusui kelak.
Diperlukan acuan jelas seberapa banyak pertambahan atau pengurangan berat badan itu baik atau buruk. Dokter menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai dasar Bunda dalam menjaga berat badan saat hamil. Besaran kenaikan pun berbeda-beda sesuai berat badan Anda sebelum masa kehamilan. Berikut panduannya.
IMT Ibu (kg/m2) | Kategori | Kenaikan Berat Badan Ideal |
<18,5 | Berat badan kurang | 12,5-18 kg |
18,5-24,9 | Berat badan normal | 11,5-16 kg |
25-29,9 | Berat badan lebih | 7-11,5 kg |
>30 | Obesitas | 5-9 kg |
Sebagai catatan, untuk ibu hamil anak kembar, maka kenaikan berat badan yang disarankan berkisar antara 11,5-24,5 kg selama kehamilan.
Kenaikan berat badan secara bertahap lebih baik
Peningkatan berat badan lebih baik terjadi secara bertahap. Bayi dalam kandungan membutuhkan asupan nutrisi dan energi dalam jumlah tetap saat ia berada dalam rahim Bunda selama 9 bulan. Jangan sampai Anda sibuk menimbun kalori saat jalan-jalan di akhir pekan, dan mengurangi asupan makan anda sepanjang minggu.
Seringkali ada beberapa hal yang sulit Anda kendalikan. Misalnya, penurunan berat badan kerap dikeluhkan oleh ibu hamil yang mengalami periode morning sickness parah pada trimester I. Menginjak trimester II, berat badan anda akan naik sekitar 0,5-1 kg per minggu untuk mendukung pertumbuhan optimal janin.
Overweight atau underweight adalah sinyal masalah kesehatan
Bunda yang memiliki underweight maupun obesitas perlu ekstra waspada soal ini karena bisa berujung pada sinyal masalah kesehatan. Penambahan berat badan secara berlebihan tentu menimbulkan perasaan tidak nyaman pada diri Bunda selama masa kehamilan. Selain itu, jika berat badan anda naik terlalu banyak, maka akan meningkatkan risiko diabetes gestasional, hipertensi gestasional, serta komplikasi saat persalinan. Sementara jika berat badan kurang, risiko kelahiran bayi prematur dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga mengintai.
Tak perlu cemas jika berat badan naik terlalu dini
Boleh jadi Anda masih menyetujui pemahaman makan untuk berdua pada awal kehamilan. Tak heran jika berat badan naik drastis saat trimester I. Tenang saja, toh Bunda hanya berusaha menikmati kehamilan dengan menyenangkan lewat santapan menggugah selera. Setelah menyadari isu menjaga berat badan saat hamil, ini waktunya Anda mulai mengatur pola makan (tentu dengan saran dan pengawasan dokter) dan jenis makanan yang dianjurkan.
Ternyata tidak semua ibu hamil bisa menaikkan berat badan
Ada lho ibu hamil yang sulit menaikkan berat badan. Namun, lebih penting lagi bahwa kenaikan tersebut dipengaruhi juga oleh metabolisme, morning sickness, nafsu makan, atau alasan medis lain. Jika Bunda termasuk kategori ini, konsultasi pada dokter untuk tahu mana makanan sehat dengan lemak baik. Plus, tambah frekuensi makan Bunda, seperti makan sebelum tidur atau sarapan lebih awal dari biasanya.
Apakah kenaikan berat badan ibu hamil berhubungan dengan berat badan bayi?
Ya, ternyata kenaikan berat badan berlebih pada ibu hamil tidak menjamin akan membuatnya melahirkan bayi besar. Faktor yang berpengaruh justru genetik, berat orang tua saat lahir, berat Bunda sebelum hamil, dan jenis makanan yang dikonsumsi sepanjang kehamilan.
Sempatkan diri untuk berolahraga secara rutin. Penelitian menunjukkan, perempuan obesitas yang rajin berolahraga saat hamil mampu melakukan persalinan dengan berat bayi lahir normal.
Langsing kembali butuh proses panjang
Butuh proses panjang untuk mencapai tubuh ideal Anda sebelum hamil. Jika Anda telah menjaga berat badan saat hamil, bukan mustahil tubuh langsing kembali itu menjadi nyata. Dengan menyantap makanan sehat, berusaha melakukan olahraga yang aman pasca melahirkan, dan menyusui bayi dapat mendukung proses tersebut secara perlahan tapi pasti.
Menjaga berat badan saat hamil lebih dari sekadar memantau pertumbuhan bayi, tetapi juga memastikan kondisi Bunda tetap sehat dan aman dari gangguan kesehatan apa pun hingga tiba waktunya melahirkan. Jangan ragu untuk konsultasi ke bidan atau dokter kandungan jika Anda punya keluhan tertentu terkait hal ini.
Bunda dapat mengecek informasi seputar kehamilan lainnya dengan mengunduh aplikasi Sehati untuk pengguna Android. Klik like pada halaman Facebook dan follow Instagram Ibu Sehati untuk mendampingi perjalanan Bunda selama kehamilan.
Referensi
- Artal, R., et.al. “A Lifestyle Intervention of Weight-Gain Restriction: Diet and Exercise in Obese Women with Gestational Diabetes Mellitus.” Dalam http://obgyn.stanford.edu/content/dam/sm/obgyn/documents/mothers/students/additional-reading/LifestyleInterventionofWeightGainRestrictioninObeseWomenwithGDM.pdf (diakses 7 Desember 2018).
- Veratamala, Arinda. “Berapa Batas Kenaikan Berat Badan Saat Hamil?” Dalam https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/berapa-kenaikan-berat-badan-saat-hamil/ (diakses 7 Desember 2018)
Kehamilan
Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John Legend, sempat berbagi cerita pengalamannya melalui keguguran via Instagram maupun Twitter. Dari kisahnya, kita jadi memahami bahwa keguguran bukanlah pengalaman yang mudah untuk dilalui, baik secara psikis maupun fisik. Efek keguguran pada fisik ibu bahkan bisa bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Bila Bunda adalah salah satu yang baru saja melalui momen berat itu, artikel ini mungkin bisa membantu Bunda memahami perubahan apa saja yang terjadi dan apa yang harus dilakukan karenanya.
Perubahan Fisik setelah Mengalami Keguguran
Di Indonesia, perempuan pekerja yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan lamanya. Pemberian waktu istirahat ini bukan tanpa alasan. Selain kondisi emosional yang butuh waktu untuk pulih, kondisi fisik Bunda setelah mengalami keguguran pun akan terasa sangat berbeda.
Dilansir dari Parents.com, semakin lama Bunda mengalami kehamilan sebelum akhirnya keguguran, semakin banyak pula efek keguguran yang akan dirasakan tubuh. Hal paling mungkin yang Bunda rasakan adalah perubahan pada payudara dan kenaikan berat badan.
Jika Bunda mengalami kematian janin dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD) di mana usia kandungan sudah di atas 20 minggu, Bunda mungkin sudah merasakan penuh pada payudara karena ASI sudah mulai dipersiapkan. ASI yang semestinya diperuntukkan bagi bayi, kini tetap tinggal dalam payudara dan bisa menimbulkan rasa sakit.
Tak hanya itu, hal lainnya yang mungkin Bunda alami adalah timbulnya selulit, sakit pada perut, rambut rontok, hingga rasa sakit pada vagina. Rasa sakit pada vagina ini umumnya dirasakan oleh para bunda yang mendapatkan episiotomi (jahitan pada perineum) ketika proses mengeluarkan janin.
Bunda juga akan merasakan kram perut karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan sisa darah. Perdarahan yang lebih banyak dari menstruasi pun akan terjadi. Gumpalan darah pun mungkin akan turut keluar. Bagi Bunda yang sebelumnya pernah melahirkan, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan masa nifas.
Efek keguguran pada tubuh ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu tergantung lamanya kehamilan sebelum mengalami keguguran. Perdarahan yang dialami oleh perempuan saat keguguran di usia 6 minggu biasanya akan lebih sedikit dan singkat dibanding perdarahan pada keguguran di usia 16 minggu.
Kondisi Emosional yang Dialami
Selain perubahan fisik, perubahan emosional tak dapat dinafikan. Rasa bingung, sedih, bahkan bersalah, campur baur jadi satu. Dan rasa duka ini mungkin diperparah dengan kondisi hormon yang berubah tiba-tiba. Saat keguguran terjadi, hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Hormon hCG pun pelan-pelan menurun hingga nol. Kondisi emosional yang sudah tak stabil akan bertambah buruk karena hal ini.
Bagaimana Menyelesaikannya?
Kondisi fisik yang melelahkan ditambah dengan kondisi emosional yang masih berduka mungkin membuat Bunda ingin menyendiri dan menjauh dari kehidupan sosial. Its okay, take your time. Namun, jika dirasa Bunda tak dapat menyelesaikannya sendiri, cobalah ungkapkan perasaan kepada orang terdekat yang membuat Bunda nyaman. Entah itu pasangan, orang tua, atau sahabat.
Tak perlu pula merasa bersalah jika Bunda ingin menerima bantuan sebanyak mungkin. Kondisi fisik yang belum sepenuhnya prima mungkin akan membuat Bunda kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sahabat ataupun saudara menawarkan bantuan, terimalah selama Bunda merasa nyaman.
Jika bercerita dengan orang terdekat belum juga mendamaikan hati Bunda, Bunda bisa meminta bantuan profesional, seperti terapis, psikolog, ataupun psikiater. Bergabung dalam support group pun terkadang bisa membantu. Namun, pastikan support group yang Bunda ikuti diampu oleh seorang tenaga ahli, ya.
Kehamilan
Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri bagi ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan? Begitu pun pada bayi yang baru lahir.
Risiko selama Kehamilan
Dilansir dari mayoclinic.org, risiko penularan Covid-19 pada ibu hamil berada pada level rendah. Namun, kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius pada bumil yang menderita Covid-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ibu hamil dengan Covid-19 lebih berpotensi mengalami masalah pernapasan yang membutuhkan penanganan intensif dibanding pasien yang tidak dalam keadaan hamil. Ibu hamil dengan Covid-19 juga lebih mungkin membutuhkan ventilator.
Sebuah studi dari para peneliti di University of Jordan menunjukkan sisi lain dampak pandemi bagi ibu hamil. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 900 orang ibu hamil ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pemeriksaan kehamilan yang signifikan. Hanya 4% ibu hamil yang menerima pemeriksaan kehamilan selama lockdown. Padahal, ibu hamil saat pandemi sangat membutuhkan pemeriksaan kehamilan tepat waktu dan berkualitas demi kesehatan bayi yang dikandung.
Di Indonesia sendiri, Bunda bisa melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan yang tentunya lebih dekat dari rumah dan lebih kecil kemungkinannya berkontak dengan pasien lain. Cara ini bisa membuat Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan kehamilan meski PSBB diberlakukan. Risiko penularan Covid-19 pun lebih rendah. Dengan catatan, kehamilan Bunda tidak berisiko dan tidak memiliki komplikasi serius ya. Kehamilan dengan risiko sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter kandungan.
Persalinan di Tengah Pandemi
Ibu yang hamil saat pandemi berpotensi besar juga melahirkan di kala pandemi. Hal ini bisa menjadi kerugian tersendiri. Mengapa?
Di masa pandemi, mayoritas faskes hanya memperbolehkan satu pendamping selama persalinan dan selama di ruang perawatan, beberapa faskes bahkan tidak memperbolehkan adanya pendamping sama sekali kala proses melahirkan. Padahal, ibu baru membutuhkan dukungan sebanyak yang diperlukan. Rasa lelah setelah melahirkan ditambah adaptasi dengan kehadiran bayi kadang membuat ibu baru kewalahan. Belum lagi ancaman baby blues yang bisa berkembang menjadi depresi pasca persalinan bila rasa sedih dan stres tinggal berlarut-larut. Angka depresi pasca persalinan sendiri meningkat selama pandemi, loh.
Dampak Pandemi bagi Bayi yang Baru Lahir
Tak hanya bagi Bunda, pandemi juga memiliki dampak sendiri bagi bayi. Sistem imun yang belum sempurna membuat bayi rentan tertular Covid-19, apalagi anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan masker karena khawatir mengganggu jalannya pernapasan.
Belum lagi jika ada anggota keluarga yang kekeuh ingin menjenguk si kecil di tengah pandemi, risikonya pasti akan berlipat. Sulit pasti menerapkan protokol pada keluarga sendiri, tapi tetap dicoba ya, Bun. Mintalah keluarga yang menjenguk mengenakan masker baru ketika berada di dekat si kecil.
Bagi bayi yang orang tuanya terinfeksi Covid-19, ada kerugian lain yang akan dialami. Biasanya, bayi akan dipisahkan dari ibunya dan tidak bisa dirawat gabung demi mencegah penularan. Ini akan mengurangi peluang bayi untuk melakukan skin to skin contact dengan sang bunda. Pada beberapa kasus, ada pula kemungkinan bayi diperbolehkan pulang terlebih dulu dari rumah sakit, sementara sang ibu masih dirawat, sehingga proses menyusui langsung tidak bisa dilakukan dengan optimal.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 bagi Bunda yang tengah hamil dan keluarga, hal yang bisa dilakukan adalah mematuhi protokol kesehatan. Hindari bepergian ke luar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. Kalaupun harus ke luar rumah, selalu gunakan masker dan jaga jarak. Minta pula orang-orang yang tinggal serumah melakukan hal yang sama. Jangan lupa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum menyentuh wajah atau makan/minum. Konsumsi gizi seimbang agar daya tahan tubuh terjaga.
Yang terpenting tetap semangat ya, Bun. Semoga senantiasa sehat!
Kehamilan
Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program yang terus bergulir, banyak juga pertanyaan terkait keamanan dan efektivitas vaksin, salah satunya untuk ibu hamil dan menyusui.
Berikut ini Ibu Sehati merangkumkan beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai kaitan vaksin Covid-19 dengan ibu hamil dan menyusui. Yuk, disimak.
Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19?
Tujuan vaksin adalah agar penerima dapat memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk Covid-19 itu sendiri, yang menjadi penyebabnya adalah virus SARS CoV-2. Melalui vaksinasi tubuh kita berkenalan dengan virus tersebut. Setelah dikenali, diharapkan tubuh dapat membangun sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut. Mereka yang belum menerima vaksin, tubuhnya tidak mengenali virus dan tidak tahu cara melawannya. Itu sebabnya, mereka yang tidak menerima vaksin, dapat jatuh sakit karena tubuh tidak memiliki bekal untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus.
Akan tetapi, kekebalan tubuh itu tidak datang secara serta-merta. Diperlukan waktu bagi vaksin untuk dapat bekerja maksimal. Vaksin SInovac yang digunakan di Indonesia, misalnya, diperlukan dua kali suntikan dengan jarak antara 28 hingga 40 hari.
Apakah janin bisa mengidap Covid-19 jika ibu hamil menerima vaksin Covid-19?
Melalui vaksinasi Covid-19, bayi dalam kandungan ibu tidak akan terpapar virus. Virus Covid-19 itu sendiri terbuat dari satu protein yang tidak akan bereplikasi di dalam tubuh manusia. Selain tidak menyebabkan seorang yang divaksin menjadi positif Covid-19, begitupun janin dalam perut ibu hamil.
Apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Dalam situasi darurat, uji klinis vaksin tidak akan melibatkan ibu hamil. Itu sebabnya, hingga sekarang tidak ada angka efikasi maupun keamanan vaksin bagi ibu hamil. Dari semua vaksin Covid-19 yang beredar saat ini pun tidak ada yang melibatkan ibu menyusui dalam uji klinisnya.
Namun, vaksin dari jenis mRNA yang tidak diaktifkan, sehingga tidak dapat bereplikasi dibandingkan vaksin lain dengan jenis yang sama seperti vaksin tetanus, difteri maupun influenza. Sehingga, secara umum vaksin jenis ini aman dan dapat memberikan perlindungan pasif untuk janin, serta tidak menyebabkan keguguran maupun kelainan kongenital.
Namun demikian, sejumlah badan dunia, organisasi profesi, lembaga kesehatan nasional maupun internasional seperti World Health Organisation (WHO) dan Persatuan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) belum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil. Sebaliknya, vaksinasi bagi ibu menyusui diperbolehkan sepanjang tidak ada kontraindikasi.
Apakah perlu berhenti menyusui setelah divaksin?
Bayi akan mendapatkan segudang manfaat dari air susu ibu. Manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi begitu berlimpah, termasuk di dalamnya antibodi. Itu sebabnya, Bunda tidak perlu berhenti menyusui setelah menerima vaksin Covid-19. Bahkan bayi dapat menerima manfaat vaksin dari ASI Bunda.
Saya berencana menjalankan program hamil, apakah boleh divaksin?
Jika Bunda berencana menjalankan program kehamilan, sebaiknya tunda terlebih dahulu sampai mendapatkan vaksin Covid-19. Bunda dapat menjalankan program hamil paling lama 4 minggu setelah divaksin untuk menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Saya tengah melaksanakan vaksinasi lain, apakah dapat menerima vaksin Covid-19?
Tergantung vaksinasi apa yang sedang dilaksanakan. Jika dari vaksinasi tersebut diharapkan angkat titer antibodi tinggi dalam waktu yang cepat, maka vaksinasi tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu. Sementara untuk pemberian vaksin yang bersifat booster atau penguat, dapat ditunda.
Apakah vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan?
Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan. Kabar ini sempat beredar Desember tahun lalu. Dikatakan bahwa kandungan yang ada pada vaksin bisa menyerang protein yang diperlukan untuk perkembangan plasenta. Akan tetapi, direktur WHO menepis kabar tersebut. Menurut situs Healthline, protein vaksin Covid-19 merupakan struktur yang sama sekali berbeda dari protein yang ada di plasenta. Sehingga, keduanya tidak berhubungan.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin