Kesehatan dan Gaya Hidup
Rambut Rontok Pasca Melahirkan, Ini Penyebabnya
Rambut rontok setelah melahirkan memang kerap mengkhawatirkan. Cari tahu apa sebabnya dan bagaimana mengatasinya, cek artikel ini
Bunda baru saja menyambut kehadiran sang buah hati? Hal ini memang sangat dinantikan dan menjadi momen paling berharga setelah mengandung 9 bulan lamanya.
Namun perasaan sukacita akan kehadiran si mungil kadang terganggu oleh masalah kecil, seperti rambut rontok. Dan ternyata masalah ini menjadi hal yang kerap dikeluhkan oleh Bunda yang baru melahirkan. Banyak pula yang menganggap bahwa hal ini erat kaitannya dengan perubahan hormon setelah melahirkan. Apa benar?
Rambut rontok melahirkan karena hormon?
“Betul sekali, kerontokan itu akan terjadi pasca melahirkan,” ungkap dr Tridia Sudirga, SpKK. Namun menurut Tridia, hormon tidak sepenuhnya bisa dijadikan ‘kambing hitam.’ Memang selama kehamilan, kadar hormon estrogen dalam tubuh Bunda meningkat secara signifikan.
Hormon estrogen bertanggung jawab pada beberapa perubahan pada tubuh Bunda selama kehamilan, misalnya menimbulkan rasa mual di trimester pertama. Sementara pada trimester kedua dan ketiga, hormon estrogen berperan dalam pembesaran saluran susu di payudara. Tingginya kadar hormon estrogen selama kehamilan ini juga membuat rambut Bunda terlihat lebih berkilau dan lebat.
Mengapa? Menurut Profesor Rodney Sinclair, director of dermatology di St Vincent’s Hospital, Melbourne, Australia, pada dasarnya rambut memiliki siklus tumbuh, istirahat, kemudian rontok. Hormon estrogen pada ibu hamil membuat siklus tersebut menjadi lebih cepat, sementara fase istirahat rambut jadi lebih lama. Tak heran kalau rambut ibu hamil terlihat sangat lebat di akhir masa kehamilannya.
Siklus pertumbuhan selama kehamilan tersebut menjadi normal kembali seiring menurunnya kadar hormon estrogen setelah Bunda melahirkan. Saat itulah, fase istirahat rambut menjadi kembali normal, atau lebih pendek dari saat Bunda hamil. Hal ini ditandai dengan rambut yang rontok. Hanya saja, karena sebelumnya rambut Bunda lebih tebal, kerontokan ini dirasa sangat mengganggu karena jumlah rambut rontok lebih banyak dari biasanya.
“Memang butuh waktu agar rambut kembali normal seperti biasa. Biasanya hal tersebut akan teratasi sendiri dalam waktu 3 sampai 6 bulan setelah melahirkan,” ungkap dr Tridia. Itu artinya, kerontokan rambut pasca melahirkan secara umum terjadi karena perubahan metabolisme tubuh saat hamil dan setelah melahirkan.
Jika Rambut Lebih Rontok dari Biasanya
Namun bukan tidak mungkin, rambut rontok setelah melahirkan itu terasa sangat mengganggu karena jumlahnya yang banyak dan durasinya yang lebih panjang. Bisa jadi, Bunda mengalami apa yang disebut dengan Telogen effluvium (TE).
TE adalah kondisi rambut yang lebih banyak lepas/rontok dari biasanya dan dianggap sebagai salah satu bentuk rambut rontok yang paling sering ditemukan oleh dokter kulit. Kondisi ini terjadi saat ada perubahan jumlah folikel rambut, yaitu struktur kulit yang berguna untuk menumbuhkan rambut.
Jika ternyata angka folikel berkurang secara signifikan selama fase istirahat (telogen) pertumbuhan rambut, maka akan semakin banyak folikel rambut dorman (tidur). Hal ini menimbulkan kerontokan rambut TE.
Telogen effluvium (TE) tak hanya terjadi pada mereka yang baru melahirkan tapi juga pada keadaan sakit berat, seperti demam tinggi, tifus, dan demam berdarah. Selain itu TE juga dapat terjadi jika tubuh dalam keadaan stres berat dan asupan nutrisi yang kurang memadai.
Namun dalam kasus ibu baru melahirkan, selain terjadi perubahan metabolisme karena perubahan hormon, Bunda juga biasanya mengalami banyak hal lain. Pola tidur yang menjadi tidak teratur, kebutuhan energi yang sangat besar karena tengah menyusui, sampai stres karena adanya anggota keluarga baru yang masih memerlukan banyak perhatian. Kondisi ini tentu dapat memperparah kerontokan rambut setelah melahirkan.
Lakukan Ini untuk Atasi Rambut Rontok Pasca Melahirkan
Kerontokan pasca melahirkan yang berlangsung normal, yakni yang terjadi antara 3-6 bulan, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Namun jika kerontokan tersebut berlangsung parah dan dirasa Bunda mengganggu penampilan, maka menurut dr Tridia, Bunda juga harus memperhatikan pola hidup sehari-hari.
“Untuk mengatasi kerontokan tersebut Bunda harus cukup asupan nutrisi, minum dan istirahat secara teratur. Hindari masalah yang akan membuat Bunda stres dan menjadi beban pikiran karena akibatnya adalah rambut akan semakin rontok,” tutur dr. Tridia.
Pertumbuhan rambut Bunda dapat dibantu dengan konsumsi makanan yang mengandung banyak protein dan vitamin. Konsumsi telur, susu dan produk olahannya, serta daging, akan sangat membantu pertumbuhan rambut. Tahukah Bunda, protein merupakan elemen terpenting dalam pertumbuhan rambut. Selain itu, bantu pertumbuhan rambut dengan konsumsi zat besi, vitamin D, vitamin C, magnesium dan Omega-3.
Perawatan rambut yang benar juga dapat membantu mengurangi kerontokan.
Kurangi penggunaan pengering dan pelurus rambut, misalnya. Jika pun ingin menggunakannya, setel kekuatan pada tingkat yang rendah. Gunakan pula secara perlahan-lahan.
Selain itu, hindari gaya rambut yang menyebabkan tekanan pada rambut seperti mengepang atau menguncir rambut terlalu kencang. Ada baiknya, Bunda juga mengenakan sampo dan kondisioner yang disesuaikan dengan kondisi rambut. Atau Bunda bisa menerapkan gaya rambut praktis yang minim perawatan.
Bagaimana bila Bunda telah menerapkan gaya hidup sehat dan menjauhi stres, tapi masih saja mengalami kerontokan rambut? “Apabila kita sudah merawat diri, tapi masih saja mengalami rambut rontok, harus dilakukan pemeriksaan untuk tahu apa yang terjadi pada tubuh kita,” ucap dr Tridia.
Jadi Bunda tidak perlu cemas apabila terjadi kerontokan rambut pasca melahirkan. Tapi kalau memang kasus tersebut berlangsung lama, tidak ada salahnya berkonsultasi ke dokter, ya.
Kesehatan dan Gaya Hidup
Bunda, Ini yang Bisa Terjadi saat Stop Pil KB
Pil KB adalah salah satu alat kontrasepsi yang jadi favorit karena mudah penggunaannya. Namun, perlu diingat, Bun, alat kontrasepsi satu ini merupakan jenis KB hormonal yang mungkin membuat Bunda mengalami beberapa perubahan pada tubuh ketika menggunakannya. Pun, sama seperti ketika mulai menggunakannya, menghentikan konsumsi pil KB juga membuat tubuh Bunda mengalami beberapa perubahan.
Yuk, simak, perubahan apa saja yang mungkin terjadi ketika Bunda stop mengonsumsi pil KB.
Kehamilan
Terjadinya kehamilan adalah konsekuensi yang paling jelas dari menyetop alat kontrasepsi apapun, termasuk pil KB. Meski jarak antara berhenti mengonsumsi pil KB dan kehamilan sering dianggap jauh, nyatanya Bunda bisa langsung hamil setelah berhenti mengonsumsi pil KB setelah satu tahun. Ada pula yang hanya memerlukan waktu 6 bulan saja.
Siklus Menstruasi Mungkin Menjadi Kacau
Bila Bunda menghentikan konsumsi pil KB secara total dan mendadak, mungkin perlu beberapa bulan bagi tubuh untuk menyesuaikan kembali siklus menstruasi. Walau siklus menstruasi Bunda sebelum mengonsumsi pil KB teratur, tetap ada peluang siklus akan menjadi kacau untuk sementara waktu. Menstruasi pun bisa jadi lebih berat dan lebih memicu kram perut.
Siap-Siap Juga Menghadapi PMS ya, Bun
Beberapa kandungan dalam pil KB dapat menyeimbangkan hormon dalam tubuh. Dan karenanya, perasaan cemas atau sedih yang kerap melanda di masa PMS menguap begitu saja. Lepas dari pil KB, siap-siap menghadapi rasa tak enak ini di masa pramenstruasi ya, Bun.
Berat Badan Turun!
Mungkin bisa dibilang ini adalah salah satu dampak positif stop pil KB ya Bun. Hihi. Saat mengonsumsi pil KB, beberapa ibu akan mengalami kenaikan berat badan. Dan ketika menyetop konsumsinya, berat badan bisa turun kembali, Bun.
Namun, jika memang Bunda berhenti pil KB hanya karena ingin menurunkan berat badan, lebih baik pertimbangkan alternatif lain ya. Misalnya, tetap memakai pil KB, tapi menjalankan pola makan seimbang dan hidup sehat. Atau, Bunda bisa beralih alat KB lain yang tidak mempengaruhi hormon, IUD misalnya.
Selamat Datang Kembali Jerawat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pil KB dapat memperbaiki ketidakseimbangan hormon. Karenanya, saat menggunakan pil KB, jerawat mungkin akan sirna. Rambut-rambut di tempat yang tidak diinginkan pun akan berhenti tumbuh. Namun, ini semua sifatnya sementara. Ketika konsumsi pil KB dihentikan, hal-hal ini akan kembali.
Itulah, Bun, beberapa konsekuensi dari menghentikan konsumsi pil KB. Sebelum berhenti, lebih baik pikirkan masak-masak ya. Namun, jika memang tujuan Bunda adalah untuk memulai promil kembali, good luck ya!
Kesehatan dan Gaya Hidup
Mitos dan Fakta Seputar Covid-19 yang Perlu Bunda Ketahui
Virus corona berhasil meluluhlantakkan kehidupan manusia. Keganasan virus strain baru, SARS Cov-2 dari jenis corona ini membuat roda kehidupan seakan berhenti sejenak. Pasalnya, selain obat dan vaksin untuk virus ini belum berhasil ditemukan, masih banyak hal yang belum diketahui dari virus ini. Ketidaktahuan inilah yang akhirnya memungkinkan beredarnya informasi yang salah tentang penyakit Covid-19 dan virus corona itu sendiri.
Agar tidak sesat, berikut ini beberapa mitos dan fakta tentang Covid-19 dan virus corona.
Mitos 1: Obat yang ampuh mengatasi Covid-19 sudah ditemukan dan dipatenkan.
Fakta:
Hingga saat ini belum ada obat yang dilisensikan untuk mengatasi Covid-19. Meski demikian, beberapa percobaan obat sedang dilakukan oleh beberapa produsen farmasi. Sempat beredar kabar bahwa hydroxychloroquine ampuh mengatasi Covid-19. Namun sesungguhnya hingga saat ini belum ada riset yang membuktikan hal ini. Bahkan penyalahgunaan obat hydroxychloroquine dapat menimbulkan efek samping dan penyakit yang lebih serius, bahkan menyebabkan kematian.
Baca juga: Obat yang Aman Dikonsumsi saat Hamil
Salah satu obat lain yang sempat diuji, yaitu remdesivir, kini telah disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai salah satu obat untuk mengatasi Covid-19. Meski telah disetujui, remdesivir yang tadinya digunakan sebagai obat untuk Ebola ini pun tidak nyata-nyata berhasil mengatasi Covid-19. Hasil riset yang dilakukan di Amerika memperlihatkan bahwa remdesivir sanggup mengurangi masa perawatan pasien Covid-19 hingga 30 persen.
Mitos 2: Mengonsumsi cabai bisa mencegah Covid-19
Fakta:
Cabai memang bisa melezatkan makanan yang kita santap, tapi tidak bisa mencegah apalagi mengobati Covid-19. Cara terbaik untuk melindungi diri kita dari Covid-19 adalah dengan menjaga jarak aman dari orang lain, mencuci tangan dengan sabun secara berkala, dan mengenakan masker. Selain itu, kita juga dapat menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat, yaitu asupan makanan bergizi seimbang, konsumsi cairan yang cukup, olahraga teratur dan tidur cukup.
Mitos 3: Menyemprot tubuh dengan desinfektan merupakan cara untuk melindungi diri dari Covid-19
Fakta:
Menyemprot tubuh dengan cairan desinfektan tidak dapat melindungi diri dari paparan Covid-19 dan bahkan bisa meracuni tubuh. Cairan desinfektan terbuat dari bahan-bahan kimia yang kuat dan beracun jika sampai terhirup dan masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia ini juga bisa mengiritasi kulit dan merusak mata. Cairan desinfektan perlu digunakan secara hati-hati dan hanya dipakai untuk membersihkan permukaan benda saja. Karena berbahaya, simpan bahan desinfektan di tempat yang sulit dijangkau oleh anak kecil ya, Bun.
Mitos 4: Covid-19 bisa ditularkan dari lalat ataupun nyamuk
Fakta:
Hingga hari ini, tidak ada bukti ataupun informasi yang menyimpulkan bahwa virus corona dapat berpindah dari lalat. Virus yang menyebabkan Covid-19 ini utamanya bertransmisi melalui droplet yang keluar dari pengidap saat bersin, batuk atau berbicara, yang kemudian terbang di udara atau menempel di permukaan.
Kita dapat terinfeksi virus jika menyentuh benda yang terkontaminasi virus dan kemudian menyentuh mata, mulut, dan hidung, tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Untuk melindungi diri Bunda dari paparan virus ini, jaga jarak setidaknya 1-2 meter dari orang lain dan secara teratur membersihkan permukaan benda yang sering dipegang. Selain itu bersihkan tangan dengan sabun dan hindari menyentuh area mata, hidung dan mulut.
Mitos 5: Lampu UV dapat digunakan untuk membunuh virus yang ada di tangan dan area kulit lainnya.
Fakta:
Radiasi sinar UV memang dikatakan dapat membunuh bakteri dan virus. Hanya saja, sebaiknya metode penyinaran sinar UV ini hanya digunakan untuk mendesinfeksi benda-benda atau ruangan. Radiasi sinar UV dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak mata. Lebih baik, bersihkan tangan dan kulit menggunakan sabun. Untuk tangan, Bunda juga bisa menggunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol.
Baca juga: Ibu Hamil, Ini yang Perlu Diwaspadai soal Virus Corona
Mitos 6: Vaksin pneumonia dan BCG dapat melindungi diri dari infeksi virus corona
Fakta:
Vaksin yang mencegah pneumonia, seperti vaksin Hib dan influenza tidak memberikan perlindungan dari infeksi virus corona. Virus ini merupakan strain baru yang juga memerlukan vaksin tersendiri. Para peneliti kini tengah mengembangkan vaksin khusus untuk virus corona ini. Meski tidak memberikan perlindungan terhadap virus corona, vaksin tersebut tetap direkomendasikan untuk melindungi kesehatan tubuh.
Mitos 7: Kumur-kumur dengan air garam bisa mencegah virus corona masuk ke saluran pernapasan dalam.
Fakta:
Tidak ada bukti bahwa kumur-kumur dengan air garam secara rutin bisa mencegah infeksi virus corona. Meski ada beberapa bukti terbatas yang menunjukkan bahwa membilaskan air garam melalui hidung bisa membantu proses pemulihan dari penyakit flu biasa. Meski demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa cara ini bisa mencegah infeksi saluran napas.
Kesehatan dan Gaya Hidup
Ini Cara Membersihkan Rumah agar Terbebas dari Bakteri dan Virus!
Virus corona yang menyebabkan Covid-19 kini telah menyebar di Indonesia. Bila terpapar virus ini, dampaknya bisa beragam. Mulai dari tidak ada gejala sama sekali hingga sesak napas dan yang terparah adalah menyebabkan kematian.
Penularan virus satu ini terjadi melalui droplet atau cairan tubuh penderita. Bila penderita batuk atau bersin lalu cairannya masuk ke tubuh kita, maka virus dapat masuk ke dalam tubuh dan berkembang menjadi penyakit. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk rajin mencuci tangan sebelum memegang mata, hidung, dan mulut. Pasalnya, melalui 3 organ inilah droplet dari luar bisa masuk ke dalam tubuh.
Nah, rupanya, studi terbaru menyatakan bahwa virus corona yang berasal dari droplet juga bisa bertahan di permukaan benda-benda. Lama waktu bertahannya bervariasi. Di atas permukaan tembaga misalnya, virus corona bisa bertahan selama 4 jam. Sementara itu, di permukaan kardus, ia dapat bertahan hingga 24 jam. Bahkan di permukaan plastik, virus corona bisa bertahan hingga 4 hari.
Meski belum ada cukup bukti yang mendukung temuan ini, pernyataan ini menandakan bahwa kita dapat tertular virus corona jika menyentuh permukaan benda-benda yang terpapar droplet penderita. Hii ngeri ya! Itulah mengapa, selain rajin membersihkan tangan, kita juga harus rajin membersihkan benda-benda di sekitar kita. Soalnya, setelah pergi dari luar, kita tak pernah tahu bakteri atau virus seperti apa yang kita bawa masuk ke dalam rumah. Lantas, bagaimana sih cara membersihkan rumah yang tepat?
Seberapa Sering Harus Membersihkan Rumah?
Untuk menghindarkan diri dan keluarga dari virus, membersihkan rumah saja tidak cukup. Bunda harus membersihkan rumah sekaligus mendesinfeksi. Apa itu desinfeksi? Yakni tindakan pemberantasan kuman dan virus menggunakan zat kimia. Lakukan ini paling tidak sehari sekali agar terhindar dari bahaya virus. Namun, jika Bunda tinggal bersama keluarga besar dengan banyak orang di dalamnya, proses desinfeksi dianjurkan untuk dilakukan lebih dari sehari sekali.
Apa yang Harus Digunakan sebagai Desinfektan?
Mendesinfeksi rumah tentu membutuhkan larutan desinfeksi. Apa yang bisa Bunda gunakan? Bunda bisa menggunakan cairan desinfeksi yang dijual di apotek terdekat. Ingatlah untuk membelinya di tempat resmi agar terhindar dari produk desinfeksi palsu. Cek selalu kode BPOM yang tertera dalam produk. Bunda bisa membuka situs BPOM untuk melakukan ini.
Jika larutan desinfeksi tidak tersedia, gunakanlah campuran air dan sabun untuk membersihkan permukaan. Atau, gunakan alkohol dengan kandungan minimal 70%.
Bagian Mana yang Harus Diberi Desinfektan?
Bagian terpenting yang harus diberi desinfektan di rumah adalah bagian-bagian yang sering disentuh, seperti gagang pintu, tombol lampu, kran, atau gagang shower. Untuk produk-produk kain, seperti seprai atau tirai, pemberian desinfektan agaknya sulit dilakukan. Karena itu, lebih baik rutin-rutinlah menggantinya. Paling tidak seminggu sekali. Semakin sering maka semakin baik.
Haruskah Rumah Dibersihkan Kembali setelah Tamu Berkunjung?
Jawabannya: ya! Sekali lagi, kita tak pernah tahu apa yang orang lain bawa dari luar rumah. Jadi, setelah tamu berkunjung, segera desinfeksi bagian-bagian rumah yang ia sentuh. Namun, di tengah imbauan physical distancing, ada baiknya Bunda mengurangi dulu ya frekuensi tamu yang berkunjung.
Bagaimana Jika Anggota Keluarga Serumah Menunjukkan Gejala Covid-19?
Sesuai imbauan pemerintah, orang yang menunjukkan gejala Covid-19 diminta mengarantina diri selama 14 hari. Di selang waktu ini, ada baiknya kamar dipisah terlebih dahulu. Begitu pun dengan kamar mandi dan alat makan. Namun, jika memang kamar mandi tidak bisa dipisah karena hanya ada 1, rajin-rajinlah memberi desinfektan selepas kamar mandi digunakan.
Bunda, itulah saran membersihkan rumah yang bisa diterapkan di era pandemi ini. Semoga Bunda dan keluarga sehat selalu.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin